Opini

Legenda Datu-Datu: Cara Unik Dakwah Islam di Kalimantan Selatan

3 Mins read

Suku terbesar yang berdomisili di Provinsi Kalimantan Selatan adalah suku Banjar. Suku Banjar memiliki cerita rakyat yang cukup banyak dan beragam. Cerita rakyat tersebut berupa legenda para datu-datu. Islamisasi di Kalimantan Selatan berkaitan erat dengan masuk Islamnya Pangeran Samudera atau Sultan Suriansyah dan berdirinya Kesultanan Banjar.

Pangeran Samudera masuk Islam di bawah bimbingan Khatib Dayyan (utusan Demak) sebagai wujud dari perjanjian antara Pangeran Samudera dengan Kesultanan Demak (Rahmadi, 2020). Namun, kapan Islam masuk ke Kalimantan Selatan, ada banyak perbedaan terkait angka tahun. Praseminar Sejarah Kalimantan Selatan tahun 1973 memperlihatkan Islam masuk pada abad ke-16, tetapi ada yang mengatakan abad ke-18 M.

Agama Islam dengan cepat menyebar di wilayah Kalimantan Selatan. Pengaruh Islam begitu terasa hampir di semua sendi kehidupan masyarakat Banjar. Tidak terkecuali di kehidupan sastranya. Salah satu sastra daerah Banjar yang terpengaruh oleh Islam adalah cerita rakyat. Cerita rakyat Banjar banyak berisi cerita bernafaskan Islam. Sebagai contoh adalah cerita rakyat mengenai datu-datu.

Sejarah Legenda Datu-Datu

Kata Datu tersebar luas di kawasan Asia Tenggara terutama di Indonesia. datu memiliki artian, yaitu bersifat tinggi, mulia, kuat, tua, dan pemimpin (Desti, 2021). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata datu atau datuk bermakna: 1). Raja, 2). Orang yang pandai tentang ramuan obat, 3). Orang yang keramat, 4). Bapak dari orang tua kita, 5). Gelar kehormatan bagi orang yang dituakan.

Di dalam masyarakat Kalimantan Selatan, khususnya masyarakat Banjar. Para datu memiliki peran sentral dalam membentuk karakter masyarakat. Cerita para datu secara tidak langsung telah dipandang sebagai sejarah kolektif masyarakat dengan kisah-kisah yang luar biasa atau yang biasa disebut dengan karomah (Saefuddin, 2015). Setidaknya ada enam datu yang terkenal di Kalimantan Selatan, yakni: 1). Datu Suban, 2). Datu Sanggul, 3). Datu Kalampayan, 4). Datu Abulung, 5). Datu Bakumpai Marabahan, 6). Datu Abbas (Yulianto, 2014). Keenam datu tersebut memiliki peran, kisah dan sejarahnya masing-masing.

Baca Juga  Apakah Nabi Mendukung Patriarki?

Legenda Datu-Datu sebagai Sarana Dakwah Islam di Kalimantan Selatan

Berdakwah dapat dilakukan oleh seseorang atau sekelompok masyarakat dengan bermacam-macam cara, salah satunya melalui cerita legenda para datu. Cerita legenda para datu merupakan karya sastra lama yang didalamnya mengandung nilai-nilai agama, falsafah hidup, dan kehidupan manusia. Beberapa di antaranya bahkan berkisah mengenai nilai-nilai sufistik. Sebagaimana dalam kisah tentang Syekh Abdul Hamid Abulung atau Datu Abulung.

Syekh Abdul Hamid Abulung, juga dikenal dengan Datu Abulung. Beliau tidak diketahui masa kelahirannya, namun diperkirakan hidup pada masa Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Menurut beberapa sumber Syekh Datu Abulung merupakan ulama yang menganut aliran ittihad Abu Yazid al-Bustami dan paham hulul al-Hallaj, serta Syekh Siti Jenar. Datu Abulung mengajarkan ilmu hakikat yang selalu menumpukan pandangan dan pemikirannya kepada sisi batin, yakni hakikat (Kolis, 2012).

Selain Datu Abulung, terdapat kisah-kisah datu yang mengembangkan karakter disiplin, yakni Datu Bakumpai Marabahan atau Qadhi Haji Abdus Shamad merupakan cucu dari Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Beliau mewarisi sikap disiplin dalam menuntut ilmu agama sehingga banyak ilmu yang beliau peroleh dengan cepat menghimpun ilmu-ilmu syariat, tarekat, dan hakikat dalam waktu singkat. Sebagaimana dalam Riwayat Datu Bakumpai Marabahan:

“Setibanya di Tanah Haram Makkah Al-Mukkaramah Qodhi Haji Abdus Shamad berjumpa dengan keponakannya yang bernama Mufti Haji Jamaluddin bin Haji Ahmad Kusyasyi yang telah dua puluh tahun lamanya menuntut ilmu agama sekaligus bermukim disana sebelum akhirnya kedatangan Haji Abdus Shamad. Maka mulailah Haji Abdus Shamad mengaji kepada guru-guru dan para ulama di Tanah Suci Makkah dengan tekunnya sehingga dalam waktu relatif singat banyak ilmu yang ia dapatkan” (Hestiyana, 2020).

Baca Juga  Menata Masa Depan Generasi Muda Nahdliyin

Selain Datu Bakumpai Marabahan, ada juga datu yang mengajarkan tentang arti bersahabat, yakni Datu Sanggul Rantau. Diceritakan bahwa Datu Sanggul datang dari Palembang ke daerah Tatakan dengan tujuan untuk memperdalam ilmu agama kepada Datu Suban. Konon dengan berkat mengamalkan ilmu yang diperoleh, beliau mendapat karomah dari Allah Swt. Beliau setiap jumat melaksanakan salah jumat di Masjidil Haram.

“Karena seringnya shalat Jumat di Masjidil Haram, maka beliau pun dapat berkenalan dengan Syekh Arsyad Al-Banjari yang sedang menuntut ilmu di tanah suci Makkah. Dari perkenalan itu membuahkan persahabatan. Datu Sanggul selalu membawakan oleh-oleh dari tanah air seperti cempedak yang diberikan kepada Syekh Arsyad Al-Banjari”.

Ada juga kisah tentang Datu Kandang Haji Paringin yang mengajarkan tentang kehidupan cinta damai. Diceritakan bahwa awalnya terdapat sebuah desa bernama Desa Baluning dibangun oleh dua orang bersaudara dan delapan saudara sepupu. Mereka masing-masing mempunyai kelebihan atau keistimewaan. Desa yang dibangun oleh para datu itu pada masanya penuh dengan kedamaian, ketentraman, dan kesejahteraan. Hal itu karena desa tersebut dibangun dan dibina oleh para datu yang bijak bestari.

Kisah-kisah di atas hanya beberapa dari kisah para datu-datu, namun sejatinya kehadiran kisah datu-datu ini setidaknya dapat menanamkan nilai-nilai kehidupan dan keluhuran bagi masyarakat yang mendengarkannya.

Daftar Referensi

Rahmadi. (2020). Islam Kawasan Kalimantan. Banjarmasin: Antasari Press.

Desti. (2021, Januari 15). Cerita Datu: Mengenal Sastra Lisan Masyarakat Sasak. Diambil kembali dari aperofublic.com.

Saefuddin. (2015). Legenda Banjar Sebagai Sarana Dakwah Keagamaan. Metasastra .

Yulianto, A. (2014). Unsur Keramat Dalam Legenda Datu-Datu di Kalimantan Selatan. LOA.

Kolis, N. (2012). Nur Muhammad Dalam Pemikiran Sufistik Datu Abulung di Kalimantan Selatan. Al-Banjari.

Hestiyana. (2020). Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Riwayat Datu-Datu Banjar. Jurnal Lingko: Jurnal Kebahasaan dan Kesastraan.

Editor: Soleh

Baca Juga  Literasi Instan dan Bahaya ‘Tuhan-Tuhan Kecil’ dalam Masyarakat Modern
Dimas Sigit Cahyokusumo
23 posts

About author
Alumni Pascasarjana Studi Perdamaian & Resolusi Konflik UGM
Articles
Related posts
Opini

Merancang Generasi Pemberontak ala Ahmad Dahlan

3 Mins read
Anak muda bukan sekadar “matahari terbit”. Mereka adalah energi potensial yang perlu diarahkan menjadi kekuatan pembaru. Di sini, Ahmad Dahlan bukan sekadar…
Opini

Melukai Hati Masyarakat: Saat Musibah Diukur Dengan Viralitas, Bukan Fakta di Lapangan

3 Mins read
Pernyataan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto bahwa banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tidak perlu didiskusikan panjang lebar terkait…
Opini

Agus Salim: Sintesis Islam–Nasionalisme dalam Model Diplomasi Profetik Indonesia

3 Mins read
Pendahuluan Di antara tokoh-tokoh perintis Republik, nama KH. Agus Salim (1884–1954) berdiri sebagai figur yang tidak hanya cemerlang dalam kecerdasan linguistik dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *