Setiap Didi Kempot singgah di suatu tempat pasti jadi lagu. Itu adalah kelakar teman-teman saat membincang Didi Kempot dan lagu-lagu campur sarinya. Hidup dan karya Didi Kempot memang melekat kuat dalam memori segenap sobat ambyar.
Liriknya sederhana, mengena. Masyarakat Solo pun merasa memiliki tak hanya lagu, tapi juga memori patah hati. Stasiun Balapan menjadi lagu yang legend sampai sekarang.
Didi Kempot menyanyi tak banyak gaya. Musiknya cenderung kalem. Tapi perubahan dan aransemen yang ngepop abiz membuat lagunya begitu dinikmati oleh kawula muda nusantara.
Popularitasnya kian menanjak. Ia dijuluki sebagai bapak patah hati nasional. Konsernya pun ambyar di setiap kota besar. Didi Kempot laris menjadi bintang iklan yang semakin melambungkan namanya.
Hidup dan Karya Didi Kempot
Kita tak asing dengan Didi Kempot dengan segala kejawaannya. Selain lirik lagunya yang serba Jawa, mengangkat bahasa Jawa, Didi bukanlah orang yang neko-neko setelah tenar. Ia tak melupakan teman-teman dan tentu saja Solo, kota yang ikut melambungkan namanya. Beberapa kali ia sering keliling meladeni penggemar-penggemarnya untuk sekadar melepas kangen dan berjoget ria bersama.
Didi juga akrab dengan busana atau identitas blangkon dan pakaian adat jawa meski agak necis kemasannya. Dari sana Didi nampak sadar diri, aku adalah orang Jawa. Ia tak mau meninggalkan identitasnya. Kejawaannya pula nampak dalam perilaku dan kesehariannya. Ia bukanlah tipe artis yang sok gaya dan langsung mengejar trend ibu kota.
Tidak banyak yang berubah dari Didi Kempot yang sederhana dan biasa saja. Ia meladeni siapa saja untuk sekadar berfoto, memberi testimoni dan banyak hal yang dilakukan sesama seniman dan sesama pegiat budaya. Inilah gambaran hidup dan karya Didi Kempot yang dikenal banyak orang.
Didi juga bukanlah orang yang lekas lupa akan jerih perjuangannya. Lagu-lagunya adalah cerita panjang tentang bagaimana ia menggeluti dan menekuni campur sari sejak lama.
Didi sadar, sebagai orang yang sedang naik daun ia tak pongah dan sombong. Ia bagian dari musisi yang bergerak hatinya saat menyaksikan musibah korona. Konser amalnya ia adakan tanpa basa-basi. Ia ingin berbuat murni saat negeri membutuhkan kerjanya.
Kerjanya dipuji saat yang lain masih kebingungan dan menaruh ragu di zaman yang serba susah. Kepeduliannya membuktikan bahwa seniman adalah yang dekat dengan rakyat. Didi merakyat dengan nada-nada dan kesederhanannya.
Lagu patah hati yang ia lantunkan mengingatkan kita akan cinta dan kesetiaan. Saat orang sudah sukses dan kaya, cinta dan kesetiaan cenderung ikut sirna. Didi melalui lagunya ingin menyindir patah hati layak dinikmati dan dirayakan. Hidup harus berjalan, kira-kira begitulah makna dari sederet lagu-lagunya.
Life Must Go On, Sobat Ambyar!
Kehilangan Didi Kempot adalah kehilangan seniman yang penuh dedikasi. Ia bukanlah artis yang cepat tenar dengan segepok uang dan aneka relasi. Didi membangun karirnya jatuh bangun puluhan tahun. Ia bergerak dari bawah, sampai pada panggung populeritas.
Ketekunan dan konsistensinya mengangkat musik Jawa bukanlah tanpa cibiran dan hinaan. Ia lebih konsisten dan memilih jalan sunyi ketimbang lekas populer dengan mengejar popularitas dalam waktu yang singkat. Ia meyakini, ketekunan akan berbuah manis. Apa yang ia lakukan membuktikan kerja itu.
Banyak para seniman cenderung lupa bahwa kerja seni adalah kerja kreativitas. Publik tidak hanya membutuhkan suguhan karya, tapi juga inovasi dan juga kreasi yang tidak mandeg.
Didi kempot melakoni jalan musisi adalah jalan seni. Hidup dan musiknya ikut membaca zaman. Didi masih setia di jalur “patah hati” dan “Jawa”. Cinta dan kejawaannya inilah yang membawanya tenar dan jaya. Di saat seniman lain memilih undur diri dan hengkang ke dalam lagu pop dan meninggalkan musik Jawa.
Didi telah membawa musik campur sari dan lagu Jawa ke dalam panggung nasional. Barangkali di alam kalanggenan ia pun masih tersenyum kepada penggemarnya. Life must go on sobat ambyar.
Editor: Nabhan