IBTimes.ID – Fenomena dan gerakan hijrah di Indonesia semakin menyita perhatian publik. Para peneliti dan akademisi juga berusaha mengkaji tentang kuatnya gerakan ini yang kian banyak disukai anak muda Islam di Indonesia. Setidaknya ada lima faktor penyebab gerakan hijrah begitu kuat di Indonesia.
Lima faktor itu sebagaimana yang disampaikan oleh Wahyudi Akmaliah Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional dalam acara Pengajian Bulanan Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada Jumat (14/7/23) di antaranya;
Pertama, algoritma otoritas agama sebagai referensi utama di media sosial.
“pertama yang harus kita lihat adalah algoritma otoritas agama di media sosial. Karena di Indonesia, pertumbuhan pengguna internet mulai tinggi. Sebanyak 250 juta penduduk Indonesia, hampir 180 juta data terbaru itu menggunakan internet,” kata Yudi.
Kedua, disparitas ekonomi di Indonesia. Yudi mengatakan, bahwa di Indonesia kita mengalami disparitas ekonomi. Dalam satu sisi ekonomi tumbuh dengan cukup baik, tapi di sisi lain, disparitas ekonomi antara yang kaya dan miskin semakin tinggi.
“kemudian yang terjadi adalah banyaknya orang-orang yang tertarik dengan kelompok-kelompok hijrah dengan referensi Islam semacam ini. Dan kenapa anak muda tidak terlalu suka di Muhammadiyah dan NU karena mengalami disparitas ekonomi. Di tengah itu, mereka menciptakan apa yang disebut dengan ketidakpastian kondisi dalam pekerjaan dan lain sebagainya. Dalam ketidakpastian ini, mereka mencari Islam yang cocok buat mereka dan adanya kebanyakan di media sosial,” ungkapnya.
Di samping itu, ada kecemasan tersendiri jika mereka lari ke Muhammadiyah atau NU. Sebab, kata Yudi, mereka curiga karena kedekatan ormas-ormas besar ini kepada negara. Ditambah dengan kajian-kajian Islam di kedua ormas itu sudah high class, yang tentu tidak sesuai dengan apa yang mereka butuhkan.
Ketiga, adanya globalisasi yang mempengaruhi imajinasi orang tentang apa yang disebut dengan imajinasi ummat secara internasional. Hal ini sangat berdampak besar pada anak muda.
Keempat, adanya transisi demokrasi. Di masa transisi demokrasi, banyak bermunculan kelompok-kelompok baru Islam yang tumbuh di tanah air.
Kelima, penguatan ideologi islamis. Penguatan ideologi islamis di antara ideologi-ideologi yang lain yang harus kita akui yang tidak tengahan, tapi kemudian menjadi islamis.
Tentu dari kelima faktor tersebut perlu menjadi perhatian bersama. Sebab, fenomena kelompok hijrah yang saat ini sedang berkembang di Indonesia dalam beberapa hal menggerus ruang publik dan secara tidak langsung mengancam kelompok-kelompok besar Islam seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.
(Soleh)