Perspektif

Lima Langkah Reaktualisasi Gerakan Pemuda Muhammadiyah

6 Mins read

Pemuda Muhammadiyah merupakan asset sangat penting bagi regenerasi kepemimpinan di Muhammadiyah. Ia lahir dari konstruksi sosio-historis masyarakat Indonesia yang sedang terpuruk. Keterpurukan sosial, politik, budaya, ekonomi, dan praktik keagamaan menjadikan kondisi bangsa Indonesia terbelakang, jumud, dan tertindas sehingga membutuhkan sebuah solusi konseptual maupun konkret untuk menjawab persoalan tersebut. 

Agar mampu menjawab persoalan bangsa serta memberikan pencerahan di masyarakat, maka langkah awal perlu dibangun sebuah strategi gerakan. Strategi gerakan adalah sebuah langkah gerakan Pemuda Muhammadiyah dalam berjuang membangun peradaban dan pencerahan di masyarakat. Stretegi gerakan tersebut merupaka hal yang penting sebagai arah gerakan untuk membangun taktik dalam mewujudkan cita-cita gerakan Pemuda Muhammadiyah yang lebih maju.

Strategi gerakan Pemuda Muhammadiyah merupakan sebuah Ijtihad misi gerakan ke depan yang visioner, progresif, sehingga gerakan ini dapat memberi manfaat bagi masyarakat, umat, dan kader. Karena bernilainya manusia (gerakan) adalah pada saat di mana dia bisa memberi manfaat bagi orang lain bukan malah menjadi beban, sehingga spirit Fastabiqul Khairat (berlomba-lomba dalam memberi manfaat kebaikan) benar-benar dapat diwujudkan dalam gerakan Pemuda Muhammadiyah dari tingkat nasional sampai ranting.

Lima Langkah Reaktualisasi

Lima langkah reaktualisasi strategi gerakan Pemuda Muhammadiyah. Pertama, penataan dan penguatan struktur organisasi sampai tingkat ranting/basis. Penataan dan penguatan struktur organisasi dari tingkat nasional sampai ranting merupakan hal penting bagi langkah gerakan selanjutnya. Bagaikan kita mau perang, maka langkah awal adalah konsolidasi dan penataan pasukan dulu, baru mengatur strategi perang selanjutnya.

Begitu juga dalam gerakan Pemuda Muhammadiyah, penataan struktur gerakan dari tingkat nasional sampai ranting merupakan kebutuhan mendesak yang harus segara dilakukan. Supaya  penataan kader dan struktur organisasi dalam mengembangkan dakwah dan sasaran dakwah tepat dan efektif. Kebutuhan masa depan dalam membangun sebuah gerakan yang progresif-revolusioner dibutuhkan penataan struktur oraganisasi yang kuat dari tingkat atas sampai basis. Karena untuk melakukan sebuah perubahan harus bertumpuh dan menyentuh akar rumput di bawah. Sebab, merekalah pondasi terkuat bagi sebuah gerakan. Apabila kondisi di basis rapuh, maka berpengaruh pada kondisi di atasnya, baik dari segi organisasi maupun keberlanjutan perkaderan dan gerakan.

Masalah sekarang adalah gerakan Pemuda Muhammadiyah masih berkutat pada orientasi gerakan di seputar tingkatan daerah/kota, struktur organisasi di tingkat ranting banyak yang belum ada, bahkan dianggap tidak penting. Gerakan Pemuda Muhammadiyah macet pada struktur daerah/ kota atau ada di struktur cabang tapi masih sedikit, apa lagi di tingkat ranting. Sehingga yang terjadi adalah para pimpinan terkesan elite, tidak dikenal di tingkat basis. Kita lemah pada saat gerakan membutuhkan kader atau pelaksanaan program di wilayah basis.

Ranting merupakan basis gerakan karena dari sinilah seharusnya gerakan dimulai. Sebab, mereka inilah yang langsung bersentuhan dengan problematika dakwah di masyarakat. Maka penataan struktur organisasi tidak cukup hanya pada tingkatan nasional, wilayah, daerah dan cabang, tapi ke depan penataan dan pengembangan harus sampai tingkat ranting.

Baca Juga  Apakah Orang Beriman itu Identik dengan Penderitaan?

Kedua, penguatan dan pengembangan perkaderan yang membumi. Perkaderan merupakan denyut nadi gerakan di Pemuda Muhammadiyah, karena lewat perkaderan sampai saat ini keberadaan Muhammadiyah masih diperhitungkan. Proses perkaderan bertujuan untuk melakukan pemupukan militansi kader dalam berjuang dan berdakwah. Di samping itu, perkaderan merupakan benteng ideologi gerakan dari rongrong ideologi pihak luar. Fenomena transisi/migrasi ideologi sudah dan sedang terjadi di gerakan Muhammadiyah sehingga menjadi ancaman serius di masa depan. Maka melalui proses perkaderan, transformasi pendidikan penguatan ideologi Muhammadiyah dapat ditransfer ke kader.

Saat ini ada beberapa problem perkaderan yang terajdi di kalangan gerakan Pemuda Muhammadiyah: 1) orientasi dan landasan perkaderan masih belum menjadi satu kesatuan gerakan, masih sepotong dalam memahami ideologi gerakan Muhammadiyah, mudah terpengaruh dengan ideologi lain. 2) Pendidikan perkaderan belum menyentuh kebutuhan dan potensi kader yang ada, sehingga proses perkaderan kurang menarik bagi kader, karena konsepnya masih melangit. Penguatan dan pengembangan perkaderan ke depan adalah proses pendidikan perkaderan yang membangun satu kesatuan ideologi yang berbasis ideologi Muhammadiyah, dan transformasi perkaderan yang berbasis kebutuhan dan potensi kader serta memperhatikan kondisi problematika masyarakat sekitar atau dalam istilah lain, perkaderan yang membumi.

Ketiga, pengembangan pemikiran sosial-keagamaan Muhammadiyah. Gerakan Pemuda Muhammadiyah merupakan kepanjangan dari gerakan Muhammadiyah. Muhammadiyah sejak awal berdirinya menasbihkan dirinya sebagai organisasi yang mengusung ide pembaruan pemikiran maupun aksi sosial di masyarakat (tajdid dan tanzih). Pembaharuan (tajdid) identik dengan suburnya dinamika pemikiran, karena di situlah dinamika pemikiran berkembang bebas dan bertanggungjawab, sehingga posisi ijtihad dalam pembangunan dinamika pemikiran mempunyai posisi penting dan signifikan dalam merespon permasalahan umat.

Fakta di lapangan, dinamika pemikiran di kalangan Pemuda Muhammadiyah dapat dikatakan sedang mengalami kekeringan, jumud, statis, dan mandeg dalam produksi pemikiran sosial keagamaan. Sehingga terkesan gerakan Pemuda Muhammadiyah sering mengalami gagap dan reaksioner terhadap pemikiran baru dan masalah baru yang sedang terjadi di masyarakat. Bahkan hanya diam melihat persoalan tersebut seolah-olah hal itu bukan menjadi masalah, karena lemahnya wacana dan pemikiran yang dimiliki. 

Kebutuhan ke depan, gerakan pengembangan pemikiran sosial-keagamaan merupakan hal penting dalam pembangunan stretegi gerakan Pemuda Muhammadiyah. Ke depan Pemuda Muhammadiyah diharapkan dapat memproduksi pemikiran yang progresif, sehingga aksi gerakan Pemuda Muhammadiyah yang dihasilkan benar-benar otentik dan dapat menjawab problematika umat secara kontekstual.

Keempat, pembangunan kepekaan sosial terhadap kaum mustadh’afin. Ideologi gerakan Pemuda Muhammadiyah adalah amar ma’ruf nahi mungkar, yaitu mengajak kepada kebaikan (amar ma’ruf)) dan mengantisipasi kemungkaran sosial yang terjadi di masyarakat (nahi mungkar). Di tambah dengan spirit filosofis fastabiqul al-khairat (berlomba-lomba dalam memberi kebaikan). Dari landasan di atas gerakan Pemuda Muhammadiyah seharusnya menjadi sebuah gerakan yang pro-aktif  dalam merespon semua permasalahan yang terjadi di masyarakat, terutama yang berikatan dengan kepentingan kaum mustadh’afin (lemah) dan persoalan kemungkaran sosial di masyarakat.

Baca Juga  PP Pemuda Muhammadiyah Usulkan Pendiri KOKAM Jadi Pahlawan Nasional

Salah satu ciri sebuah gerakan dianggap bermanfaat/eksis adalah karena ada aktivitas di dalam maupun di luar. Artinya, gerakan Pemuda Muhammadiyah dianggap bermanfaat dan eksisis bagi kader dan masyarakat apabila gerakan Angkatan Muda Muhammadiyah selain bergerak di dalam juga bergerak peka/merespon persoalan keummatan dan kebangsaan terutama terhadap penindasan kepentingan kaum marginal. Sebab, apabila gerakan Pemuda Muhammadiyah sudah tidak bergerak (berfastabiqul khairat) berarti telah mati dan tinggal dikubur.

Kondisi sekarang  dapat dikatakan gerakan Pemuda Muhammadiyah masih minim dan lambat dalam merespon kemungkaran sosial, walaupun ada gerakannya masih sebatas persoalan internal organisasi, belum banyak yang menyentuh persoalan kerakyataan dan kebangsaan. Kepakaan sosial di gerakan Pemuda Muhammadiyah belum terbangun dan menjadi orientasi gerakan. Gerakan Pemuda Muhammadiyah masih terkesan lamban, tidak peduli  dan belum memihak pada kepentigan rakyat kecil. Dalam khittah perjuangan bahwa orientasi politik gerakan Pemuda Muhammadiyah adalah pembelaan terhadap kaum mustadh’afin dan berani mengatakan tidak dan melawan setiap kemungkaran sosial yang terjadi di masyarakat.

Salah satu kritik pedas terhadap gerakan Pemuda Muhammadiyah adalah gerakannya masih terbatas internal dan kurang mengaplikasikan ideologi nahi munkar. Serta masih sibuk pada  persoalan internal dan kurang peka terhadap problem kerakyaatan. Pada saat ada problem kerakyataan gerakan Pemuda Muhammadiyah kurang peduli dan terkesan membiarkan karena dianggap tidak jadi bagian dari masalah Pemuda Muhammadiyah. Sehingga posisi gerakan Muhammadiyah kurang  diperhitungkan dan dikenal di masyarakat bawah.

Berawal dari situ strategi gerakan gerakan Pemuda Muhammadiyah ke depan adalah  pembangunan kepekaan sosial terhadap kaum mustadh’afin. Stretegi ini sebagai salah satu lompatan gerakan untuk menjadikan gerakan Pemuda Muhammadiyah semakin membumi dan bermanfaat bagi masyarakat sehingga gerakan Pemuda Muhammadiyah ke depan akan menjadi salah satu kekuatan gerakan sipil yang diperhitungkan di pentas lokal dan nasional.

Kelima, penguatan dan pengembangan kemandirian ekonomi gerakan. Kemandirian gerakan Pemuda Muhammadiyah merupakan kerangka utama dan spirit dasar dari lima stretegi gerakan yang akan dibangunnya. Tidak sedikit organ kepemudaan semenjak reformasi dan terbukanya kran demokrasi yang semakin terpasung oleh kepentingan-kepentingan politis dan ekonomis sempit yang berujung pada membudayanya pragmatisme gerakan.

Bukan bermaksud membatasi jaringan komunikasi dan kerjasama dengan para pemegang kebijakan di negeri ini, dengan para stakeholders ekonomi, ataupun dengan potensi kekuatan yang lain. Tetapi sekedar refleksi-antisipatif terhadap semakin banyaknya gerakan kepemudaan yang terkooptasi dengan banyak kepentingan di luar tujuan awal organisasinya yang berujung pada terpasungnya independensi ketika berhadapan dengan kepentingan asing di luar dirinya.

Baca Juga  Pluralisme Otentik ala Muhammadiyah

Gerakan organ tanpa kemandirian seperti itu menjadikan suatu komunitas organisasi kelihatan “gagah” disebabkan mampu menjalin kerjasama dengan berbagai stakeholders, bahkan sampai luar negeri. Namun, jika ditelisik lebih dalam tentunya organ gerakan seperti itu memiliki beberapa kelemahan struktural, kultural, dan programatik.

Tiga Bentuk Gerakan Kepemudaan

Secara sederhana, jika dilihat dari pola gerakannya, setidaknya terdapat tiga bentuk gerakan kepemudaan dalam sejarah Indonesia. Pertama, gerakan kepemudaan yang memang diciptakan dari kesadaran akan kebutuhan masyarakat. Gerakan seperti ini merupakan respon kebutuhan akan komunitas progresif dan dinamis yang mampu mengawal kebutuhan masyarakat.

Gerakan demikian berupaya memberikan dan menjembatani berbagai kepentingan yang solutif terhadap masyarakatnya. Selain itu, gerakan tersebut juga merupakan manifestasi komunitas-komunitas di luar birokrasi negara dalam rangka melakukan pengawalan, penguatan, dan pendistribusian kepentingan publik ketika bersinggungan bahkan berhadap-hadapan dengan negara layaknya dalam konsep civil society.

Kedua, gerakan yang berafiliasi penuh dengan negara atau kekuatan tertentu yang berusaha membentuk negara. Saat ini memang sudah tidak ditemui lagi praktek di mana negara membentuk secara nasional gerakan pemuda seperti Karang Taruna pada mMasa Orde Baru atau semacam gerakan kepemudaan milik PKI. Untuk tidak menyebut telah mati, Karang Taruna seperti kehilangan idealisme dan arah gerakan ketika pemerintahan yang melahirkannya telah diganti.

Ketiga, gerakan kepemudaan yang memang profit oriented. Gerakan diciptakan untuk merespon berbagai tawaran program dari pemerintah atau pihak asing di luar dirinya. Apapun dilakukan selama mendapatkan keuntungan tanpa memberikan sumbangsih yang signifikan terhadap masyarakat kecuali signifikasi karikatif, instan, formalis, dan permukaan. Masyarakat dalam gerakan terakhir ini hanya dijadikan bahan eksploitasi program.

Dalam dua bentuk gerakan terakhir tersebut setidaknya mengakibatkan organ kepemudaan menjadi lemah responsibilitasnya terhadap kebutuhan masyarakat, memiliki visi dan kehidupan yang tergantung pada pesanan negara atau pihak lain. Terakhir, yang paling penting bagi gerakan pemuda yang demikian itu sangat lemah bargaining-nya disebabkan tidak dianggap sebagai komunitas kreatif yang independen dan mandiri. Dalam kerangka yang demikian itulah pentingnya meletakkan visi kemadirian ekonomi dalam lima stretegi yang harus dibangun oleh Pemuda Muhammadiyah. Dalam rangka keinginan mewujudkan organisasi yang mampu bekerjasama dengan siapapun tanpa menjual dan terkooptasi dengan pihak manapun. 

Akhirnya, selamat bermilad ke-88 Gerakan Pemuda Muhammadiyahku tercinta. Semoga selalu terdepan dalam menyinari negeri demi kejayaan Islam-Muhammadiyah dan Indonesia, sehingga diridlai langit, bermanfaat di bumi. Fastabiqul khairat!

Editor: Arif

Avatar
4 posts

About author
Dr. Sholikhul Huda, M.Phil.I./Dosen Prodi Studi Agama-Agama (SAA) FAI UMSurabaya/ Penggiat Majelis Sinau Padhang Wetan/ Direktur Kedai Jambu Institute Riset & Survei Jombang Indonesia/Sekretaris DPD KNP Jatim 2017-2019/Sekretaris PW Pemuda Muhammadiyah Jatim 2010-2014.
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds