Perspektif

Lima Tahun IBTimes.ID: Temu Penulis Muda Bincang Strategi Baru Narasi Islam Digital

5 Mins read

Jika nongkrong-nongkrong anda anggap nggak ada gunanya, mungkin anda harus segera menarik anggapan tersebut dan segeralah bertobat. Siapa sangka, nongkrong-nongkrong yang rutin dilakukan oleh beberapa aktivis intelektual Muhammadiyah ini, bisa menghasilkan ide brilian yang di-follow-up dan menjadi masterpiece yang berdampak pada percaturan dunia media keislaman Indonesia. Adalah Hilman Latief, Azaki Khoirudin, M Abduh Zulfikar, dan Mu’arif, empat aktivis intelektual tadi yang rutin kongkow-kongkow bareng di beberapa titik kumpul; bisa di kafe, warung, rumah, angkringan, di manapun jadi.

Konon, mereka resah terhadap narasi-narasi keislaman yang banyak muncul di dunia digital. Narasi keislaman yang kaku, bernuansa jihadis & patriarkal, konservatif, apologetik, fikih-sentris, dan “itu-itu aja”, adalah keresahan utama yang mereka rasakan. Ditambah lagi, fakta bahwa media-media Muhammadiyah, baik media kultural atau struktural, belum ada yang nangkring di top 10 media keislaman di Indonesia, membikin mereka tambah resah dan semakin rajin nongkrong.

Di satu titik, akhirnya mereka sepakat untuk membikin sebuah multiplatform media online. Fokus utamanya yakni tentang isu-isu keislaman. Tema-tema kunci yang menjadi ciri khas media ini ialah seputar isu moderasi beragama, Islam & sains, dan wacana keislaman kontemporer. Media ini diharapkan menjadi oase di tengah gersang gurun pasir narasi keislaman di Indonesia yang cenderung menonjolkan sisi “praktis-praktis”-nya saja atau “sadis-sadis”-nya saja.

Berlatarbelakang Muhammadiyah, mereka akhirnya memutuskan satu nama yang mencitrakan spirit Muhammadiyah, dipilihlah nama islamberkemajuan.id sebagai nama resmi domainnya. Media ini sebenarnya sudah mulai eksis di tahun 2018.

Di tahun-tahun awal, para assabiqunal awwalun mati-matian menghidup-hidupi kanal media ini. Artikel website menjadi tulang punggung dan fokus utama untuk diseriusi di masa-masa perintisan. Kebanyakan konten artikel masih ditulis oleh mereka sendiri, masing-masing dari mereka dijadwal untuk menulis. Pokoknya, gimana caranya satu hari at least ada satu tulisan yang diunggah.

Di samping itu, mereka juga giat menjapri siapapun yang punya HP; mulai kalangan akademisi senior, akademisi junior, politisi, pendakwah, peneliti, dan siapapun yang bersedia menyumbang tulisan yang sejalan dengan spirit, visi, dan misi utama islamberkemajuan.id.

Tak berhenti di sana, mereka setiap hari selalu stand-by membuka akun Facebook (FB) masing-masing. Di saat para akademisi, tokoh, influencer, membuat postingan yang bagus dan sesuai dengan semangat media, secepat kilat mereka men-dm atau meninggalkan komen di kolom komentar; “Panjangin dikit, Mas Bro!” “Mohon izin untuk ditayangkan di media kami, Prof” “Poles dikit, lalu kirim ke islamberkemajuan.id” dan berbagai variasi kata-kata permintaan lain demi status FB-mereka bisa dimuat di islamberkemajuan.id.

Dan ingat, para assabiqunal awwalun tak dibayar atau dijanjikan jabatan komisaris untuk melakukan semua ini. Murni panggilan hati dan spirit keummatan.

Baca Juga  Benarkah Al-Ghazali adalah Sosok di Balik Kemunduran Sains Islam?

Untuk memperkuat tim, mereka menambah kru. Direkrutlah Nabhan Mudrik Alyaum dan Galih Qoobid Mulqi sebagai dua orang yang sudah berpengalaman merasakan asam garam dunia perdigitalan. Galih fokus menjadi desainer, sementara Nabhan diamanahi menjadi redaktur pelaksana merangkap admin medsos. Islamberkemajuan.id akhirnya bisa menjajaki ranah media sosial dan tidak hanya berfokus pada artikel website.

Dari Islamberkemajuan.id ke IBTimes.ID

Memasuki awal tahun 2019, mereka kembali urun rembuk memikirkan masa depan media ini. Media ini nggak boleh gini-gini aja, nggak boleh jalan di tempat, dan menghamba pada “rutinitas semu tanpa inovasi-kreatif”. Harus ada gebrakan baru supaya media ini tak bernasib seperti tahi ayam, “anget di awal, lalu ujung-ujungnya anyep dan diinjak kaki orang”. Seketika, mereka langsung ingat kata-kata Amin Abdullah, profesor dari UIN Sunan Kalijaga, “Supaya long-last, sebuah ide itu harus dilembagakan!”. Ya! Media ini nggak boleh jadi sekadar akun atau domain tahunan aja, harus diseriusi, harus dilembagakan. Tok, akhirnya disepakati untuk bikin perusahaan yang menaungi media ini: PT Litera Cahaya Bangsa!

Mereka menentukan tanggal launching resmi media ini. Timbul diskusi kecil yang agak “panas” terkait rebranding media. Azaki, sebagai Founder-cum-CEO-cum-Pemred awal, menganggap nama islamberkemajuan.id itu kepanjangan, kurang praktis, dan nggak SEO-friendly. Ia terlibat diskusi cukup intens dengan David Krisna Alka, redakatur GEOTIMES, terkait penamaan yang lebih efektif dan ramah SEO. Gimana caranya spirit nama awal tetap ada, namun dibikin lebih ringkas & mudah diingat. Singkatnya, kata-kata Islam Berkemajuan dalam nama domain awal disingkat menjadi IB, lalu ditambahin “Times” dengan harapan media ini tak lekang oleh waktu;  IBTimes.ID!

Dihadiri oleh jaringan penulis, IBTimes.ID secara resmi di-launching pada tanggal 10 April 2019, di Hotel Mutiara, Yogyakarta. Kala itu, saya hadir sebagai penulis.

Baca Juga  Tidak Selamanya Mengandung Takhayul: Inilah Kekuatan Local Wisdom dalam Melawan Covid-19

Progres yang Begitu Cepat

Di suatu pagi, Azaki Khoirudin menjapri saya, “Ya, bantu-bantu di IB!”, langsung saya jawab “Ok gas, oke gas, tambah dua torang gas!”.

Saya didapuk sebagai redaktur pelaksana di bawah komando Mu’arif sebagai Pemred pengganti Azaki yang kala itu fokus menjadi CEO. Redaktur-redaktur baru sedikit demi sedikit juga bermunculan seperti Sifa Lutfiani Atiqoh, Yusuf Rohmat Yanuri, Ninin Karlina, dan Nashir Effendi, dan Muhammad Saleh. Supaya media ini tetap pada “rel-nya”, editorial board pun dibentuk sebagai penasehat sekaligus pemberi masukan konstruktif demi keberlanjutan media, mereka adalah: Khelmi Pribadi, Arif Nurcholis, Robby Karman, Fauzan Anwar Sandiah, Wahyudi Akmaliah, dan Hasnan Bachtiar.

Proses keredaksian pun berjalan rutin, jihad-jihad redaksional yang dicurahkan oleh para assabiqunal awwalun mulai menampakkan hasilnya. Puncaknya akhir tahun 2019 hingga 2020, IBTimes.ID sukses menjadi perbincangan khalayak warga Muhammadiyah dan juga menarik pembaca non-Muhammadiyah. Tema Muhammadiyah & Salafi berbulan-bulan menjadi pembicaraan diskusi, debat, hingga berbalas opini antar penulis IBTimes.ID. Efek domino pun terjadi, artikel-artikel yang lain mulai juga terangkat engagement-nya, followers IBTimes.ID di berbagi platform medsos juga meningkat derastis. Eksistensi IBTimes.ID sebagai media baru sudah diendus banyak khalayak. Meledak! 

Di pertengahan tahun 2020, karena juga harus berbagi dengan kesibukan lain, akhirnya Mu’arif mulai kewalalahan mengurus email tulisan masuk yang per-harinya bisa sampai 40 hingga 50 email. Keputusan harus cepat diambil, dan regenerasi harus segera dipercepat. Berbekal pengalaman kurang dari satu tahun di IBTimes.ID, tiba-tiba saya ditunjuk Azaki Khoirudin untuk menjadi Pemred, pas IBTimes.ID lagi viral-viralnya, sibuk-sibuknya, tenar-tenarnya. Sempat ragu, tapi beliau yang terhormat terus meyakinkan saya untuk mengambil peran ini. Tak ada kata-kata keluar dari mulut saya selain kalimat “siap, Pak Bosss!”.

Di akhir tahun 2020, saya cek Alexa (situs perankingan website), dan boom! IBTimes.ID jadi Top 15 media keislaman di Indonesia! Wow, progres yang begitu cepat. Hingga tahun 2021, IBTimes.ID berhasil menghasilkan 8 juta views di website. 

Mencatatkan 2000 Penulis, Menyelenggarakan Event, Hingga Mencetak Jurnalis & Penulis Profesional

Memasuki tahun 2022 IBTimes.ID semakin memantapkan branding-nya sebagai kanal media online. 2000 penulis tercatat sudah pernah menerbitkan tulisan di IBTimes.ID. Beberapa event juga berhasil diselenggarakan seperti pelatihan menulis, magang, dan perlombaan. Tercatat, sudah empat angkatan magang di IBTimes.ID yang sudah diluluskan dan banyak dari mereka telah sukses berkarir dunia jurnalistik profesional dan berkarir sebagai akademisi.

Baca Juga  Buya Hamka: Ruh Penyemangat Perjalanan Intelektual

Dhima Wahyu Sejati, lulusan angkatan magang pertama, kini berhasil menjadi reporter tetap koran Solo Pos. Zahra Sido, juga angkatan magang pertama, kerapkali memenangkan perlombaan menulis esai, baik tingkat nasional dan internasional. Bayu Setiawan, lulusan angkatan ketiga, beberapa kali menjuarai karya tulis ilmiah dan kini terdaftar sebagai Mahasiswa double-degree Universitas Islam Internasional Indonesia & University of Edinburgh. Serta banyak lulusan magang lain yang sukses berkarir setelah mendapat “gemblengan” saat magang di IBTimes.ID.

Di tahun ini juga, IBTimes.ID juga melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak mulai dari NGO, Kementerian, universitas, hingga sesama kanal media online yang memiliki visi yang sama.

Jalan Baru Dakwah IBTimes.ID

Di pertengahan 2023, IBTimes.ID melakukan peremajaan redaktur dan penguatan visi serta spirit untuk melangkah lebih jauh lagi. CEO dan Pemimpin Redaksi baru ditunjuk, Nabhan Mudrik menggantikan Azaki Khoirudin sebagai CEO, dan Muhammad Saleh menggantikan saya sebagai Pemimpin Redaksi.

Dobrakan-dobrakan serta program-program baru mulai dirumuskan. IBTimes.ID semakin relevan dengan iklim serta kultur perkembangan dunia digital yang begitu cepat.

Tepat di hari ini, 9 Juni 2024, IBTimes.ID merayakan ulang tahunnya yang kelima dengan menyelenggarakan IBFest, sebuah hajatan besar berlokasi di Laboratorium IsDB FISHIPOL UNY. Dimeriahkan oleh Husein Ja’far Alhadar, Yusril Fahriza, Alimatul Qibtiyah, dan Farchan Noor. Di event ini juga, para penulis IBTimes.ID berkumpul untuk membincangkan narasai ke depan IBTimes.ID. 

Di titik ini, produksi artikel website dirasa cukup, dan mulai fokus untuk menggarap media sosial, terutama konten-konten video pendek. Selain itu, IBTimes.ID juga akan me-launching beberapa program sebagai gebarakan baru. Selain itu, di antaranya; IBTalk (program siniar), IBEvent (Event Organizer), IB Community Fund (Creative Fundrising), IB Community Engagement (Program Magang, Diskusi, & IBFest), dan UpItUp by IBTimes.ID & Digital Talent Pool).

Bermula dari ide tongkrongan, IBTimes.ID kini berhasil membuktikan dirinya sebagai kanal media keislaman yang mampu mewarnai narasi keberislaman di Indonesia!

Editor: Yusuf

Yahya Fathur Rozy
39 posts

About author
Peminat studi-studi keislaman
Articles
Related posts
Perspektif

Agama Mana yang Paling Benar?

3 Mins read
Tidaklah terlalu jelas kapan sebenarnya masyarakat mengetahui ada perbedaan antara agama langit (samawi) dan agama bumi (ardy), kategori-kategori seperti ini baru muncul…
Perspektif

Perang Israel-Iran dan Masa Depan Dunia Islam

4 Mins read
Timur Tengah menyala. Perang antara Israel dan Hizbullah di Lebanon mendapat reaksi dari Iran dengan mengirimkan 200-an rudal ke Israel. Serangan Israel…
Perspektif

Siapa yang Paling Muhammadiyah?

1 Mins read
Persyarikatan Muhammadiyah bagai gula dirubung semut ketika momen Pilpres dan Pilkada. Kontestan yang maju di ajang pemilihan berebut suara dari warga organisasi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds