Perspektif

Literasi Wajib Dipahami Manusia Era Digital

3 Mins read

Oleh: Hendra Hari Wahyudi*

Berbagai bidang terutama di pendidikan sedang menggalakan gerakan literasi. Menurut Wikipedia, literasi adalah istilah umum yang merujuk kepada seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi, literasi tidak lepas dari kemampuan berbahasa.

Bahasa yang Dianggap Mudah

Literasi penting bagi kehidupan kita, Allah sudah mengingatkan kita untuk membaca, dalam Al ‘Alaq ayat 1 yang artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan”. Jadi, banyak warga Indonesia yang kurang dalam membaca. Sebagai contoh kecil yang sering kita lihat, banyak postingan di media sosial yang mempublish suatu acara atau kegiatan entah itu berupa foto atau tulisan lengkap dengan tempat, waktu, dan lainnya.

Namun, terkadang ada saja yang menulis komentar menanyakan kapan dan dimana lokasinya. Mungkin itu yang dinamakan kurangnya literasi. Literasi bukan hanya tentang menulis dan membaca, namun juga dalam berbahasa atau percakapan sehari-hari. Orang yang kurang literasinya, kebanyakan dalam berdebat atau berdiskusi akan mendahulukan sentimen daripada argumen sebagaimana quote yang dikatakan oleh Rocky Gerung.

Menulis memang sulit, entah itu tulisan fiksi, fakta, bahkan menulis hal yang fiktif. Butuh imajinasi dan inspirasi yang tinggi dan penempatan kata yang baik dan sesuai dengan Pedoman Ejaan Umum Bahasa Indonesia (PUEBI). Terkadang dalam menulis sebuah artikel pun butuh hal itu, tak jarang kita sebagai author menerima pengembalian tulisan dari redaktur atau editor dikarenakan masalah tata bahasa yang kurang baik, ini memang wajar karena penulisan yang baik juga dalam rangka literasi.

Meski sejak sekolah tingkat dasar kita diajari Bahasa Indonesia, namun ternyata sampai jenjang perkuliahan pun masih diajarkan hal itu. Bahasa Indonesia yang terkadang dianggap mudah oleh siswa, namun nyatanya sulit dan memang sangat perlu dalam rangka literasi terutama dalam berbicara. Kurangnya literasi dalam diri kita akan menjadikan diri seakan gagap dan gugup, hal ini penting apalagi untuk seorang public figure.

Baca Juga  Jilbab dan Ukuran Keislaman Seseorang

Literasi dalam Islam

Al-Qalam, salah satu surah dalam Al-Qur’an yang sarat perintah dan motivasi untuk membudayakan literasi, “Nuun. Wal qalami wamaa yasthuruun..”—kiranya dapat dijadikan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan era digital saat ini. Literasi selain tentang membaca, menulis, dan berbahasa, juga tentang berpikir. Dalam surat Ar Ra’d ayat 19 Allah berfirman “…… Hanyalah orang-orang yang berpikir (berakal) saja yang dapat mengambil pelajaran“. Dalam hal ini, menulis, membaca, dan berbahasa yang baik hanya bisa dilakukan oleh orang yang mau berpikir.

Salah satu cara mengikat ilmu adalah dengan menulis, sebagaimana Ali bin Abi Thalib ra katakan. Menulis sejatinya bukan untuk membranding diri, membuat diri menjadi terkenal. Namun, dengan menulis membuat diri kita berarti. Jika gajah mati meninggalkan gading, maka manusia mati (akan) meninggalkan tulisan. Biar tidak hanya nama saja yang ia tinggalkan, maka ilmu adalah sebaik-baik warisan bagi anak cucu kita kelak.

Sebagaimana hadis Nabi SAW “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh.” (HR. Muslim no. 1631). Ilmu yang bermanfaat akan menjadi penolong kita di akhirat kelak.

Kembali lagi, literasi merupakan bahasa sebagai alat komunikasi yang baik. Di mana dengan bahasa tutur kata yang baik, akan menjadi mudah dan berkah bagi semua, juga sebagai sarana dakwah yang efektif. Disaat berkembangnya berita bohong (hoax) yang memperkeruh suasana kebangsaan, literasi merupakan cara efektif dalam melawan hoax.

Berfikir, membaca, menulis, serta berbahasa yang baik merupakan unsur literasi yang menjadi tonggak pendidikan. Nabi Muhammad SAW sendiri sangat menekankan pentingnya penulisan sesuatu. Dia mengikuti nasihat yang disampaikan Alquran (Q.S. al-Baqarah [2]: 282) untuk menuangkan segala sesuatu dalam tulisan: “Hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya”.

Era Digital

Saat ini, literasi sudah memasuki era digital, gerakan dakwah pun ikut merambah dunia digital. Di mana teknologi sekarang bukan hanya dinikmati orang dewasa, tapi juga anak-anak bahkan balita pun sudah melek teknologi. Gawai yang hampir setiap saat dilihat oleh orang, membuat pegiat dakwah juga merambah ke dunia digital, tak terkecuali pegiat literasi. Literasi digital merupakan cara yang efektif dikembangkan, baik pada dunia dakwah maupun pendidikan. Dimana salah satunya maraknya e-book atau buku elektronik sekarang mudah didapat dengan hanya men-download file yang dibutuhkan.

Baca Juga  Festival Takbir Keliling, Ibadah, atau Bid’ah?

Buku elektronik berisikan informasi digital yang juga dapat berwujud teks atau gambar, sehingga memudahkan pembacanya untuk membawa kemana saja hanya dengan menyimpannya di gawai mereka. Literasi digital merupakan sarana untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, berguna untuk melawan informasi palsu dan berita bohong yang tersebar di internet, bukan malah turut serta menyebarkannya.

Kembali lagi pada akhlak dalam bermedia sosial, literasi merupakan bahasa yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari aktivitas di media sosial. Maka dalam penyampaian suatu gagasan atau informasi melalui tulisan dan lisan diperlukan cara yang baik. Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu sekalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-dosamu. Barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Q.S. Al-Ahzab : 70-71)

Maka, literasi adalah tentang bahasa, adab, tutur kata, tulisan, dan penulisan dengan baik. Membudayakan literasi bisa menjadi cara untuk membentuk karakter yang aktif, pada perkataan, penulisan, menghitung, dan juga berpikir. Gerakan literasi harusnya kita terapkan dan tanamkan dalam diri, dalam keseharian dan juga ketika bermedia sosial.

*) Guru di MI Muhammadiyah 06 Tebluru, Solokuro, Lamongan.

Hendra Hari Wahyudi
97 posts

About author
Anggota Majelis Pustaka, Informasi dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds