Ibadah

Tantangan Menegakkan Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar

4 Mins read

Banyak orang yang untuk beramar ma’ruf dan ber-nahi munkar itu dihinggapi penyakit putus asa. Melihat amat meluasnya kemunkaran dalam masyarakat, orang sering beranggapan, kalaupun juga amar ma’ruf dan nahi munkar tidak akan didengarkan, bahkan mungkin akan diejek dan dicemoohkan.

Menghalau Tantangan

Untuk menghindarkan timbulnya perasaan seperti itulah kiranya, bila wasiat Luqman kepada anaknya untuk ber-amar ma’ruf dan nahi munkar itu ditutup dengan, washbir ‘alaa maa ashaabak (bersabarlah atas segala sesuatu yang menimpamu dalam melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar itu). Jangankan kita, Rasulullah SAW sendiri dalam melaksanakan dakwah risalahnya, juga menghadapi berbagai macam reaksi, bukan hanya diejek dan dicemoohkan, tetapi juga diboikot, dilempari batu, dan akhirnya bahkan akan dibunuh.

Siapa saja yang mengajak-ajak kebaikan dan menghalangi keburukan pasti akan menghadapi tantangan, di samping tentu ada yang mau mendengarkan. Sudah menjadi watak orang, berat meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk dan melawan setiap ajakan untuk menghentikan kebiasaan itu. Namun demikian, kalau kita ingin masyarakat menjadi baik, masyarakat menjadi kuat, hubungan individu-individunya akrab, amar ma’ruf dan nahi munkar harus kita tegakkan. Kita tidak boleh putus asa. Kita wajib menunaikan kewajiban ber-amar ma’ruf dan ber-nahi munkar itu, dan hasilnya kita serahkan saja kepada Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan amal orang-orang yang mau beramal menunaikan kewajibannya.

Gangguan lain yang sering juga menimpa orang yang hendak ber-amar ma’ruf dan ber-nahi munkar ialah adanya kekhawatiran akan menampar muka sendiri. Takut kalau-kalau tindakan kita bertentangan dengan yang kita ajakkan. Merasa diri belum mampu melaksanakan ajaran-ajaran yang akan diajakkan, mengapa sudah berani mengajak orang lain? Merasa diri masih banyak melanggar yang munkar, mengapa akan mencegah orang lain?

Baca Juga  KH Azhar Basyir (3): Pokok-pokok Manhaj Tarjih Muhammadiyah

Sepintas lalu, kita dapat membenarkan sikap demikian. Sepintas lalu, kita mengatakan bahwa orang itu amat berhati-hati. Tetapi kalau kita perhatikan lebih mendalam, jelas sikap demikian itu amat merugikan, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap masyarakat. Diri sendiri rugi, karena kewajiban tidak dipenuhi, dan masyarakat pun rugi, karena ada anggotanya yang tidak berani mengajak yang baik dan mencegah yang munkar, yang berarti pada anggotanya itu terdapat kelemahan.

Kita semua manusia. Pada tempatnyalah bila kita mempunyai sifat kurang, dapat keliru, dapat lupa, dan sebagainya. Justru, karena manusia yang bersifat kurang, dapat keliru, dan dapat lupa itulah, maka kepada kita diperintahkan agar saling nasihat-menasihati satu sama lain untuk tetap berpegang teguh pada yang benar, untuk tetap bersabar menghadapi berbagai macam ujian dalam hidup ini.

Apabila hal itu kita sadari, kita akan dapat makin mantap lagi, bahwa justru oleh karena manusia mempunyai sifat kekurangan, dapat keliru dan dapat lupa itulah, maka amar ma’ruf dan nahi munkar diperintahkan. Ber-amar ma’ruf berarti memerintahkan diri sendiri pula untuk berbuat yang baik, demikian pula, ber-nahi munkar berarti memperingatkan diri sendiri agar segera menghentikan hal-hal yang tidak baik yang dialaminya. Berani mengakkan amar ma’ruf dan  nahi munkar berarti suatu keberanian mendidik diri untuk menghindarkan munkar yang dialaminya, sebagaimana yang diserukan kepada orang lain. Menempatkan diri sebagai orang yang ber-amar ma’ruf dan ber-nahi munkar akan menorong orang untuk selalu berhati-hati dalam hidupnya sehari-hari. Kalau ini dilakukan oleh setiap Muslim, berarti setiap Muslim berusaha untuk berhati-hati dalam hidupnya sehari-hari, dan hal ini pasti akan menimbulkan kebiakan dalam hidup bermasyarakat.

Sering dirasakan ada keseganan, bila seseorang akan menyampaikan peringatan kepada orang lain yang dipandang lebih tinggi kedudukannya. Misalnya, anak kepada orang tua, murid kepada guru, buruh kepada majikan, dan sebagainya. Karena adanya keseganan itu, seringkali keinginannya itu bahkan dicetuskan berupa mengumpat, membicarakan dengan orang lain di belakang, dan sebagainya yang kesemuanya itu tidak akan sampai kepada yang dituju. Cara ini sudah jelas bukan cara yang baik. Bahkan, orang yang bersangkutan telah memasuki kemunkaran sendiri, yaitu mengumpat orang yang menjadi larangan syara’. Cara yang baik ialah, carilah orang lain yang sekira akan dapat menyampaikan peringatan kepada orang yang disegani itu, hingga akan tahu ma’ruf apa yang harus dilaksanakan dan munkar apa yang harus dihentikan.

Baca Juga  Melihat Model Amar Ma’ruf Nahi Munkar Versi FPI

Bila untuk dapat tegaknya amar ma’ruf dan nahi munkar dalam raung lingkup yang lebih luas hanya dapat dilaksanakan dengan melalui suatu perkumpulan, maka mengadakan perkumpulan untuk itu menjadi wajib hukumnya. Perkumpulanlah yang nantinya akan mengatur cara-cara yang lebih menghasilkan, dan sasaran-sasaran yang lebih terarah. Perkumpulan itu tentunya memerlukan biaya. Oleh karena adanya, perkumpulan dengan maksud tegaknya amar ma’ruf dan nahi munkar itu menjadi wajib, maka membiayai hidupnya perkumpulan itu pun menjadi kewajiban ummat Islam seluruhnya, karena asal kewajiban amar ma’ruf dan nahi munkar itu adalah wajib ‘ain.

Yang penting, bila amar ma’ruf dan nahi munkar kita laksanakan dengan membentuk  perkumpulan, para yang bertanggung jawab dalam perkumpulan itu benar-benar menunjukan kesungguhannya, hingga memberikan kepercayaan dan harapan akan berhasilnya usaha yang dilaksanakannya. Bila hal ini dapat tercapai, rasanya tidak akan mengalami kesukaran untuk menyadarkan kepada ummat Islam pada umumnya agar perkumpulan itu dapat memperoleh dana yang diperlukan. Sebab, untuk mencukupkan kebutuhan perkumpulan serupa itu memang menjadi kewajiban bersama.

Tantangan Dewasa Ini

Untukmelaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar dengan ruang lingkup yang luas seperti dewasa ini, tidak semudah seperti waktu-waktu yang lampau. Dewasa ini, kita menyaksikan timbulnya berbagai macam aliran-aliran paham hidup. Konsepsi-konsepsi hidup dibuat orang sedemikian rapih dan sistematis dalam berbagai macam bidang. Bidang kepercayaan, ekonomi, sosial, politik, pertahanan, dan sebagainya. Kita yakin bahwa Islam memberikan ajaran-ajaran yang lengkap dan mengatasi segala paham hidup lainnya. Tetapi untuk membuktikannya, kita harus mampu menyuguhkan ajaran-ajaran Islam dengan sistem dan metode yang dipergunakan oleh penyebar isme-isme yang beraneka macamnya itu. Pepatah Arab mengatakan, haaribul qauma bi aslihatihim (perangilah musuh dengan senjata yang mereka pergunakan). Dan, untuk dapat menyuguhkan ajaran-ajaran Islam dengan sistem dan metode baru itu, diperlukan berbagai macam keahlian dan riset yang terus menerus.

Baca Juga  Keutamaan Sepuluh Hari Pertama di Bulan Zulhijah

Untuk memungkinkan terlaksananya hal yang amat penting itu, bukan hanya diperlukan tenaga-tenaga ahli yang menginsafi kewajiban ber-amar ma’ruf dan nahi munkar , tetapi juga pembiayaan yang tidak kecil, di samping organisasi kerja yang benar-benar mantap dan teratur rapih. Kalau untuk menyebarluaskan isme-isme yang banyak macam dan ragamnya itu dilakukan dengan kerjasama internasional, maka untuk memberi jawaban tantangan terhadap amar ma’ruf dan nahi munkar dewasa ini, kerjasama internasional yang teratur rapih diperlukan.

Sumber: SM no. 8/Th. Ke-54/1974

Editor: Arif

Admin
188 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Ibadah

Mengapa Kita Tidak Bisa Khusyuk Saat Salat?

3 Mins read
Salat merupakan ibadah wajib bagi umat Islam. Di dalam Islam, salat termasuk sebagai rukun Islam yang kedua. Sebab, tanpa terlebih dahulu mengimani…
Ibadah

Empat Tingkatan Orang Mengerjakan Shalat, Kamu yang Mana?

4 Mins read
Salah satu barometer kesalehan seorang hamba dapat dilihat dari shalatnya. Dikatakan oleh para ulama, bahwa shalat itu undangan dari Allah untuk menghadap-Nya….
Ibadah

Sunah Nabi: Hemat Air Sekalipun untuk Ibadah!

3 Mins read
Keutamaan Ibadah Wudu Bagi umat Islam, wudu merupakan bagian dari ibadah harian yang selalu dilakukan terutama ketika akan melaksanakan salat. Menurut syariat,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *