Perspektif

LiteraTour: Membentuk Kader Perdamaian dengan Metode Literation Cycle

4 Mins read

Al-Qur’an merupakan pedoman ajaran agama Islam. Al-Qur’an berisikan pesan, tuntunan dan jalan terbaik dari Allah SWT yang tiada hentinya dilakukan proses telaah oleh umat Islam. Nilai-nilai yang terkandung dalam al-Qur’an sangat inklusif. Tidak hanya membahas masalah ibadah, hukum, aqidah, sosial, maupun sejarah atau kisah-kisah. Akan tetapi, nilai-nilai tentang pendidikan juga ada didalam Al-Quran.

Indonesia merupakan negara yang mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. 1 dari 4 penduduk Indonesia adalah pemuda, berarti 25% dari penduduk Indonesia merupakan pemimpin masa depan. Pemuda merupakan harapan bagi bangsa Indonesia dalam merangkai gagasan dan aksi dalam membawa Indonesia menjadi lima besar dunia.

Berdasarkan proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Indonesia diestimasikan meningkat menjadi 305,6 juta jiwa pada tahun 2035. Jumlah penduduk Indonesia 24 tahun mendatang diasumsikan meningkat 28,14 % dari perhitungan tahun 2010 (Proyeksi Penduduk Indonesia 2010- 2035 : 24). Untuk itu, pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk diperhatikan dalam membangun negara. Pendidikan yang baik dapat diukur dengan tingkat literasi yang inklusif dalam masyarakatnya.

Menurut UU Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003, pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Selain dari pada itu, pendidikan juga menjadi hal yang sangat penting dalam mengembangkan sumber daya manusia menuju terbentuknya manusia yang sempurna. Al Quran sudah memuat segala hal terebut dan menunjukkan kode agar kita berproses menuju manusia yang sempurna, salah satunya dengan menerapkan Q.S Al Alaq ayat 1-5 yang memerintahkan kita untuk membudayakan literasi menuju masyarakat Islami yang berkualitas tinggi.

Al-Quran dan Kelembutan Hati

Literasi akan membawa kita pada capaian manusia yang luas pandangannya. Al Quran sudah memerintahkan kita untuk terus menuntut ilmu dan melakukan banyak perjalanan. QS Al Imron ayat 159 artinya berbunyi: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.”

Baca Juga  Belajar Menulis ala Pegiat Media Sosial

Al-Quran dapat menjadi pedoman kita untuk menjadi manusia yang cinta kedamaian dan cinta kelembutan. Dalam program “LiteraTour”, kita akan berfokus pada penciptaan komunitas yang membedayakan anggota menuju insan kamil dan juga membuat keberlanjutan komunitas persisten.

Komunitas “LiteraTour”

Program yang dilaksanakan oleh Komunitas ini akan berfokus pada investasi nilai-nilai yang dapat dinamakan “Literation Cycle” karena siklus literasi ini akan melahirkan manusia yang lembut hatinya dan cinta perdamaian seperti yang dikabarkan oleh Al-Quran. Pertikaian yang hari ini terjadi di Indonesia timbul karena masyarakat tidak diajarkan budaya literasi.

Program “Leader is Reader”

Dalam program ini anggota komunitas akan diajak untuk membaca minimal 1 buku dalam 1 bulan karena syarat keanggotaannya adalah tekun membaca buku. Dalam hal ini sistem pengontrolannya dikorelasikan dengan program yang lain. Penulis sadar ketika budaya membaca sudah ditanamkan maka benih benih perdamaian dan kelembutan hati sudah ditanam dalam diri setiap insan. Dasar dari program ini adalah surah Al-Alaq ayat Pertama yang artinya: “Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang telah menciptan.”

Buya Hamka menafsirkan ayat ini dengan satu makna penting, bahwa dengan membaca, telah terbuka kepentingan pertama di dalam perkembangan agama ini. Selanjutnya ditegaskan bahwa di ayat kedua, maksud membaca disini bukan hanya membaca buku tapi membaca hakikat penciptaan secara luas.

Program “FundWriting”

Ayat keempat dari surah Al-Alaq, yang artinya “Yang Mengajarkan Manusia dengan Pena”. Dalam keberjalanan komunitas ini tidak hanya membaca tetapi realisasikan bahan bacaan tadi untuk diaktualisasikan dengan salah satu Instrumennya, yaitu pena (Al-Qalam). Ayat ini, secara tidak langsung, sebetulnya mendorong kita untuk menulis. Maka dari itu untuk melihat seberapa jauh pemahaman dan kepintaran dalam mengolah bacaan 1 buku dalam 1 bulan dalam program sebelumnya, anggota komunitas diajarkan untuk menulis agar bahan-bahan yang dibaca dapat disampaikan dalam bentuk keterkaitannya dengan realitas yang ada.

Baca Juga  Ian G. Barbour: Integrasi Agama dan Sains di Barat

Fund Writing juga merupakan konsep komunitas ini agar keberlanjutan komunitas dari sisi ekonomi dapat terjamin. Karena itulah bagian yang sangat penting untuk diperhatikan dalam membuat sebuah komunitas. FundWriting merupakan bentuk donasi yang diterima komuitas ini lewat tulisan. Hasil tulisan dari anggota komunitas dapat kita bukukan dan diterbitkan menjadi sebuah antologi tulisan dan akan dijual.

Program “EliteLiteratus”

Menurut Moh Uzer Usman (2005), Diskusi adalah suatu proses yang teratur yang sudah melibatkan sekelompok orang untuk saling berinteraksi, bisa berasal dengan pengalaman, informasi, kesimpulan, serta solusi untuk sebuah masalah yang didiskusikan. Maka pada program ini metode yang dilakukan adalah diskusi, karena dengan adanya diskusi maka permasalahan-permasalahan yang ada dapat diperjelas dan diketahui oleh orang banyak.

Dalam Ayat kelima surah Al- Alaq yang artinya “Mengajarkan manusia apa-apa yang tak diketahuinya.” Ayat ini berarti mentradisikan ‘pengajaran’, atau dengan kata lain ‘diskusi’ sebagai pelengkap membaca dan menulis.

Program “LiteraTour”

Program ini merupakan manifestasi daripada program program sebelumnya. Menjadikan komunitas ini menjadi komunitas yang penuh dengan aksi implementasi hasil pembelajaran di dalam kehidupan sehari hari. Program ini lebih kepada mengimplementasikan apa yang sudah dihasilkan dalam proses membaca, menulis dan diskusi. Bentuknya dapat berupa sociotravelling, pendirian taman baca, beasiswa pembinaan, promosi kebudayaan dan pariwisata sebuah daerah maupun aksi sosial lainnya.

Seperti ucapan Kiai Dahlan dalam buku yang berjudul H. Ahmad Dahlan: Amal dan Perjuangannya: “Kalian sudah hafal surat al-Maun, tapi bukan itu yang saya maksud. Amalkan! Diamalkan, artinya dipraktekkan, dikerjakan! Rupanya, saudara-saudara belum mengamalkannya.” Maka dari itu program LiteraTour ini dihadirkan untuk mengimplementasikan hasil dari perintah perintah Allah dalam Al-Quran di program sebelumnya dalam wilayah sosial kemasyarakatan secara masif dan menyeluruh.

Keberlanjutan Komunitas Literatour dari Segi Ekonomi

Dalam melakukan pelayanan sosial, sebuah komunitas tidak bisa terlepas dari manajemen. Seringkali masalah yang dihadapi oleh komunitas terkait permasalahan pendanaan. Kettner (2002) mengemukakan terdapat lima aspek manajemen dalam organisasi pelayanan sosial/Komunitas, antara lain yaitu: Planning, Organizing, Budgeting, Human Resources Development, dan Information System.

Kelima aspek yang telah dikemukakan oleh Kettner tersebut terdapat salah satu aspek yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan organisasi pelayanan sosial/komunitas agar dapat bertahan hidup dan mencapai tujuannya, yaitu aspek budgeting yang di dalamnya mencakup sumber pendanaaan dari organisasi pelayanan sosial/komunitas yang diperoleh dari kegiatan fundraising.

Baca Juga  Survey Indeks Literasi Zakat Warga Muhammadiyah

Beberapa rencana pendanaan dari Komunitas “LiteraTour” sebagai berikut:

Penggunaan beberapa website pendanaan yang sudah ada seperti Kitabisa.com sangat memungkinkan untuk mendapatkan pendanaan untuk kegiatan komunitas. Pelaksanaan crowdfunding dapat dilakukan ketika mengadakan kegiatan sosial literasi seperti sumbang buku, pendirian perpusatakaan ataupun beasiswa bagi anak anak yang kurang mampu tetapi rajin membaca buku.

Pendirian Usaha Kedai Literasi dengan sistem manajemennya nanti akan diisi oleh anggota dari komunitas yang dikelola secara profesional. Dari usaha ini kita dapat menyebarkan virus literasi dan juga menjaga keberlanjutan pendanaan dari komunitas. Keuntungan dari perusahaan selain digunakan untuk menggaji manajemen, kita gunakan juga untuk keperluan kegiatan komunitas sebesar 10% dari keuntungan. Konsep pendanaan ini karena terinspirasi dari sebuah hadist yaitu “Hendaklah kamu berdagang, karena di dalamnya terdapat 90% pintu rezeki” (H.R.Ahmad).

Salah satu marketing dari bisnis kedai literasi ini digunakan untuk program-program dalam komunitas literasi seperti menulis, membaca cepat, dan FGD.

Corporate Fundaising merupakan strategi pendanaan dengan bermitra dengan perusahaan perusahaan yang punya kesamaan visi misi dan memiliki dana Corporate Social Responsibility. Sedangkan Multichannel Fundraising dalam mengumpulkan dana menggunakan berbagai saluran dengan pemanfaatan teknologi digital dan internet.

Komunitas literatour ini hadir karena sebuah tujuan untuk menerangkan teologi al-‘Alaq yang dijadikan dasar untuk bergerak membantu umat. Keprihatinan terhadap kondisi umat yang berada dalam kebodohan, keterbelakangan dan juga konflik yang diakibatkan kurangnya literatur dalam kehidupan berbangsa.

Editor: Yusuf

Avatar
3 posts

About author
Mahasiswa Institut Pertanian Bogor
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds