Tafsir

Makna Kalimat Tauhid Laa Ilaaha Illallah

3 Mins read

شَهِدَ اللَّهُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ وَالْمَلائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (18)

18. Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Dia (Allah) -lah yang menegakkan keadilan. Tak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Qs. Ali Imran: 18)

Allah menyatakan diri-Nya sebagai illah yang wajib disembah oleh seluruh golongn jin manusia, dan yang wajid ditaati oleh semua makhuk langit dan bumi. Satu-satunya illah yang wajib disembah, agar manusia bertaqwa kepada–Nya  Inilah tauhid, keadilan yang ditegakkan Allah. Tidak ada sesembahan selain Dia, yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ (21

21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.

Pengertian

Kalimah Laa ilaaha illah Allah disebut kalimat tauhid atau kalimat thayyibah. Kalimah itu mengandung makna sangat dalam.

Tauhid  = (توحد)  berarti:

  1. beribadah kepada Allah saja dan tidak berbuat syirik kepada-Nya.
  2. keyakinan tentang  keesaan Allah, pengakuan akan keesaan Allah sebagai satu-satu dzat yang wajib disembah.
  3. Tauhid adalah i’tiqadiyah, yaitu mengesakan Allah sebagai sebagai satu-satunya motivator dan tujuan dalam setiap perbuatan 

Laa ilaha illa Allah adalah inti tauhid yang diajarkan para Nabi dan Rasulullah sejak Nabi Adam as. sampai khatamul anbiya’i wa rasul Muhammad SAW. Yang dimaksud para ahli ilmu adalah para nabi, para ulama sahabat Nabi SAW, para ulama seluruhnya yang beriman baik para ahli ilmu duniawai maupun para ahli ilmu ukhrawi.

Asbabbu Nuzul

Kata Al Kalby: “Telah datang ke Madinah mau menjumpai Nabi Saw dua orang pendeta dari Syam. Tatkala keduanya sampai di Mekah mereka berkata: “Apakah kota ini yang menyerupai sifat-sifat kota/Madinah tempat akan lahir seorang nabi akhir zaman?”

Baca Juga  Ketentraman dalam Al-Qur’an Menurut Tafsir Al-Azhar

Ketika keduanya berjumpa dengan Nabi Saw, dan keduanya telah mengetahui sifat-sifatnya, maka bertanya, “Engkau Muhammad?” Nabi menjawab, “Ya!” Keduanya bertanya lagi, “Engkau Ahmad?” Nabi Saw menjawab, “ya, saya Muhammad atau Ahmad.” Keduanya berkata: “Kami mau bertanya kepada engkau tentang sesuatu. Bila engkau bisa menerangkan, maka kami akan beriman kepadamu dan membenarkan engkau.” Kata Nabi Saw, “Bertanyalah!” Keduanya bertanya, “Terangkan kepada kami sebenar-benarnya syahadah/pernyataan di dalam Kitab Allah!” Maka turunlah ayat QS Ali Imran ayat 18 ini, kemudian keduanya pun masuk Islam.

Kandungan Makna Kalimat Tauhid Laa ilaha illa Allah

Makna yang terkandung dalam kalimat Laa ilaaha illa Allah adalah:

  1. Laa khaaliqa illa Allah yaitu tidak ada pencipta yang hak kecuali Allah. (Qs. Al Baqarah ayat 21-22)
  2. Laa Raziiqa illa Allah, yaitu tidak ada pemberi rizqi yang hak selain Allah. (Qs. Al Fathir ayat 3)
  3. Laa Mudzabbira illa Allah, yang berarti tidak ada penjaga atau pemelihara atau penjaga atau pengatur selain Allah. (Qs. Yunus ayat 3)
  4. Laa Hakima illa Allah, yang berarti tidak ada penentu hukuman atau aturan segala sesuatu kecuali Allah. (Qs. Al An’am: 57)
  5. Laa waliyyu illa Allah, yaitu tidak ada pelindung selain Allah. (QS. Al  Baqarah: 257)
  6. Laa farghaba illa Allah, yaitu tidak ada tumpuan harapan dan segala macam amal ditujuan kecuali hanya kepada Allah. (Qs. Alam Nasyrah: 8)
  7. Laa ma’buda illa Allah, yaitu tidak ada yang pantas disembah selain Allah (qs. An-Nahl: 36)

Jenis tauhid yang terkandung dalam kalimat Laa Ilaaha illa Allah adalah:

  1. Tauhul Uluhiyah : mengesakan Allah sebagai satu-satunya Dzat yang paling agung, paling mulia, paling super
  2. Rububiyah : mengesakan Allah sebagai  Maha Pencipta, Maha Pemelihara
  3. Malikiyah : mengesakan Allah sebagai Maha Penguasa jagad raya, seperti hal raja yang mempunyai kekuasaan mutlak
  4. Ubidiyah : adalah kewajiban makhluk (manusia) untuk mengesakan Allah sebagai sesembahan yang wajid diibadahi
Baca Juga  Telaah Kritis Terhadap Kisah Israiliyyat dalam Kitab-Kitab Tafsir

***

Dalam kalimat Laa Ilaaha illallah juga terkadung jenis tauhid yang lain, seperti:

  1. Tauhid Af’al  =  ( افعل توحد ) mentauhidkan bahwa Allah sendiri yang mencipta dan memelihara alam semesta, empunya iradah dan yang menentukan .
  2. Dzat = ( ذاتتوحد ) mengi’tikadkan bahwa dzat Allah itu esa, tidak berbilang, dan hanya dimiliki Allah saja.
  3. Ibadah  = ( عبده توحد) mengi’tikadkan bahwa hanya kepada Allah saja yang patut dipuji dn berhak untuk disembah.
  4. Qashdi  = ( قصد توحد) mengi’tikadkan bahwa hanya kepada Allah saja segala amal ditujukan, dilakukan tanpa perantara, semata untuk mencai ridlo-Nya.
  5. Sifat =  (   سفت توحد ) mengi’tikadkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamai sifat Allah dan Allahlah yang mempunyai sifat kesempurnaan.
  6. Tasyri’  =  ( تشرع توحد ) mengi’tikadkan bahwa hanya Allah saja pembuatan hukum, peraturan yang paling sempurna, sumber dari segala sumber hukum.
  7. Wujud  = ( وجود توحد ) mengi’tikadkan hanya Allah yang wajib ada tanpa perlu kehadiran yang lain dan Dia-lah yang maha abadi, yang paling awal dan yang paling akhir

Pahala Mengucapkannya Kalimat Tauhid

Barang siapa mengucapkan Laa Ilaaha Illallahu kemudian dia mati dengan memegang teguh kalimat itu, ia masuk surga meskipun ia telah berzina dan mencuri.

عن أَبي الْأَسْوَدِ الدِّيلِيِّ عن أَبي ذَرٍّ قَالَ أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ نَائِمٌ عَلَيْهِ ثَوْبٌ أَبْيَضُ ثُمَّ أَتَيْتُهُ فَإِذَا هُوَ نَائِمٌ ثُمَّ أَتَيْتُهُ وَقَدْ اسْتَيْقَظَ فَجَلَسْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ مَا مِنْ عَبْدٍ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ مَاتَ عَلَى ذَلِكَ إِلَّا دَخَلَ الْجَنَّةَ قُلْتُ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قَالَ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قُلْتُ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ قَالَ وَإِنْ زَنَى وَإِنْ سَرَقَ ثَلَاثًا ثُمَّ قَالَ فِي الرَّابِعَةِ: “عَلَى رَغْمِ أَنْفِ أَبِي ذَرٍّ”. قَالَ فَخَرَجَ أَبُو ذَرٍّ وَهُوَ يَقُولُ وَإِنْ رَغِمَ أَنْفُ أَبِي ذَرٍّ

Baca Juga  Hijrah dari Tauhid Ilahiyah ke Tauhid Insaniyah

53- Dari Abul Aswad Ad-Dili, bahwasanya Abu Dzarr berkata, “Saya pernah mendatangi Nabi saw ketika beliau sedang tidur, beliau mengenakan baju putih. Lalu saya mendatangi beliau kembali, namun beliau masih tidur, kemudian saya mendatangi beliau lagi. Beliau telah bangun. Saya duduk di dekatnya kemudian beliau bersabda, “Tidak ada seorang hamba yang mengucapkan Laa Ilaaha Illallahu kemudian dia mati dengan memegang teguh kalimat itu melainkan ia masuk surga” Saya bertanya, “Meskipun orang tersebut berzina dan mencuri?” Beliau menjawab, “Meskipun ia berzina dan mencuri.” Beliau mengulangi kata itu tiga kali. Kemudian beliau berkata untuk yang ke empat kalinya, “Hal itu pasti Wahai Abu Dzar.” Abu Al Aswad berkata, Lalu keluarlah Abu Dzar ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengucapkan, “Hal itu pasti wahai Abu Dzar!.” {HRS Muslim 1/66}

Editor: Yusuf

Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Tafsir

Apakah Allah Bisa Tertawa?

4 Mins read
Sebagaimana menangis, tawa juga merupakan fitrah bagi manusia. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Najm [53]: 43 mengenai kehendak-Nya menjadikan…
Tafsir

Kontroversi Tafsir Ayat Pernikahan Anak dalam Qur’an

4 Mins read
Pernikahan, yang seharusnya menjadi lambang cinta dan komitmen, kerap kali terjebak dalam kontroversi. Salah satu kasus terbaru yang menarik perhatian publik adalah…
Tafsir

Sepintas Sejarah Gagasan Tafsir Modern di Indonesia

4 Mins read
Pada subbab yang ditulis oleh Abdullah Saeed berjudul “The Qur’an, Interpretation, and the Indonesian Context” merupakan bagian dari bukunya Saeed sendiri, yaitu…

This will close in 0 seconds