Menurut Bahasa Arab, bahwa rambut uban diartikan dengan lafadzh شيب yang berasal dari kata شاب-يشيب- شَيْب. Ibn manzhur menjelaskan lafadh شيب dengan (قليله و كثيره بياض الشعر) yang diartikan putihnya rambut baik sedikit ataupun banyak. Serupa dengan Abed Al-Hafidz yang mengartikan lafadh syayb dengan old age, whitness of the hair (usia tua atau putihnya rambut). Lafadh syayb disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak tiga kali sebagaimana tertera dalam QS. Maryam ayat 4 dengan bentuk شَيباً, QS. Muzzamil ayat 17 dengan bentuk شِيباً dan QS. ar-Ruum ayat 54 dengan bentuk شيبَةً.
Rambut Uban dalam Surah ar-Ruum: 54 dan Tiga Tafsir
Adapun salah satu ayat yang menjelaskan tentang rambut uban, yaitu dalam QS. ar-Ruum ayat 54 yang berbunyi:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Artinya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.
Pertama, Sayyid Qutb menjelaskan bahwa lafadh شيبة yang dimaknai dengan beruban adalah salah satu tanda kondisi ketuaannya seseorang yang diciptakan oleh Allah dari keadaan lemah dan berupa sosok yang lemah tubuhnya. Sebagaimana tercermin dalam sel kecil yang darinya tumbuh janin, kemudian dalam janin dan fase-fasenya itu ia rapuh dan lemah.
Setelah itu, dijadikannya menjadi kuat dengan bangunan jiwa dan akalnya yang kemudian dikembalikan lagi menjadi lemah dalam usia tua. Ini merupakan fase penurunan ke arah kondisi anak-anak dengan semua bentuknya. Pun juga disertai dengan kelemahan jiwa yang timbul dari kelemahan kehendak.
***
Kedua, di dalam tafsir Al-Azhar juga dijelaskan ber-uban adalah salah satu kondisi rasa sakit yang timbul pada masa tua sebagai bentuk melemahnya seseorang. Kemudian dibarengi dengan ingatan sebelumnya kuat menjadi lemah, mata mulai kabur, gigi mulai gugur dan bertambah lemah diri dan terladang kembali sebagai kanak-kanak yang baru mulai akan tumbuh. Maka setelah kekuatan yang tadinya cukup, telah berkurang, menipis bahkan menghilang.
Ketiga, dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa ayat tersebut menguraikan tentang tahap-tahap hidup manusia secara umum yang membuktikan keesaan Allah. Ketika Allah menciptakan manusia dari keadaan lemah, yaitu setetes sperma yang bertemu dengan indung telur, kemudian meningkat melalui tahap bayi, kanak-kanak dan remaja, hingga kemudian memiliki kekuatan menjadi dewasa dan sempurna secara umurnya.
Setelah berlangsung cukup lama dan telah melewati usia kematangan. Akhirnya dari kekuatan itu seseorang menderita kelemahan dengan hilangnya sekian banyak potensi dan tumbuhnya uban di kepalanya.
Dari ketiga tafsir di atas, menunjukan bahwa beruban adalah salah satu tanda yang akan muncul pada seseorang ketika memasuki usia lanjut. Pun juga dibarengi dengan tanda-tanda penuaan yang lain, seperti melemahnya tulang, gigi yang gugur dll.
Rambut Uban dalam surah Maryam: 4 dan Tafsirannya
Kemudian ayat lain yang menjelaskan tentang rambut uban sebagaimana termaktub dalam QS. Maryam ayat 4 yang berbunyi:
قَالَ رَبِّ إِنِّي وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّي وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَلَمْ أَكُنْ بِدُعَائِكَ رَبِّ شَقِيًّا
Artinya: Ia berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku”.
Berdasarkan ayat di atas, sebagaimana dijelaskan oleh Prof. Hamka yang menceritakan kondisi nabi zakaria yang benar-benar telah tua dengan tanda-tanda tulang belulang yang mulai lemah. Sehingga segala bagian tubuh yang lain juga tidak dapat bertahan lagi. Seperti mata mulai kabur dan gigi berturut-turut menjadi gugur, pun juga kepala yang mulai menyala lantaran uban.
Nyala kepala oleh uban adalah sebuah ungkapan, karena seseorang yang seluruh kepalanya sudah lebih banyak uban daripada rambut hitamnya. Sehingga benar-benar dia laksana menyala karena kilatan ubannya itu.
Dalam tafsir Fii Zhilal Al-Quran dijelaskan terkait dengan Nabi Zakaria yang mengadu kepada rabbnya, di saat dirinya sudah lemah (karena lanjut usia). Ketika tulang-tulang sudah rapuh, secara otomatis jasmani pun akan ikut melemah. Nabi Zakaria juga mengadu kepada tuhannya tentang keadaan rambutnya yang sudah ber-uban.
Ungkapan yang digambarkan di sini membuat ubannya seakan-akan penuh dengan api yang bercahaya. Sehingga tidak satu pun rambut hitam melekat di kepalanya. Tulang yang melemah dan rambut yang memutih dalam ayat ini adalah “kinayah/kiasan” tentang masa ketuaan dan kelemahan pada Nabi Zakaria.
***
Serupa dengan penjelasan di atas, bahwa Quraish Shihab menyatakan pada ayat ini, di mana Nabi zakaria benar-benar memanjatkan do’a karena sangat membutuhkan seorang anak sebagi generasi penerus. Ditambah dengan keadaan beliau yang lunglai, tidak memiliki kekuatan dan tumbuhnya uban di kepala sebagai pertanda bahwa usiannya telah lanjut. Adapun makna telah berkobar kepalaku oleh uban adalah ilustrasi tentang putihnya rambut yang sedemikian jelas. Ibarat api yang menyala di atas kepala.
Berdasarkan penafsiran pada QS. Maryam ayat 4 dapat disimpulkan, bahwa makna uban yang menyala adalah sebagai bentuk ungkapan atau ilustrasi tentang putihnya rambut atau mengkilatnya warna uban, yang seakan-akan penuh dengan api yang bercahaya dan benar-benar tidak ada satu pun rambut yang berwarna hitam.
Editor: Soleh