Akhlak

Mana yang Lebih Penting, Ibadah atau Akhlak?

4 Mins read

Ibadah dan akhlak merupakan dua dimensi yang penting dalam ajaran Islam. Kita mengetahui bahwa Islam terdiri dari beberapa dimensi ajaran: Akidah, Ibadah, Muamalah dan Akhlak. Ibadah artinya penghambaan, penyembahan dan ketaatan, pelakunya disebut ‘abid atau ‘abd. Seorang muslim diharuskan menjadi hamba Allah SWT.

Dalilnya dalam QS. Adz Dzariyat: 56 Allah SWT berfirman: Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu. Dalam QS. Al Isra: 23 Allah SWT berfirman: Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah kecuali kepadaNya dan berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Allah SWT juga memerintahkan kepada seluruh manusia agar beribadah kepada Tuhan yang menciptakan mereka semua dan kaum sebelum mereka. (QS. Al Baqarah: 21)

Apa itu Ibadah dan Akhlak?

Menurut Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah dalam Bab Masalah Lima, ibadah didefinisikan sebagai bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT dengan jalan menaati segala perintah-perintahNya, menjauhi larangan-laranganNya dan mengamalkan apa-apa yang diizinkanNya.

Ibadah dibagi menjadi dua jenis: ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umum adalah segala amalan yang diizinkan Allah SWT. Sedangkan ibadah khusus adalah apa yang telah ditetapkan Allah SWT akan perincian-perinciannya dan cara-caranya yang tertentu. Dalam masyarakat umum, ibadah umum dikenal dengan ibadah ghairu mahdlah, sedangkan ibadah khusus dikenal dengan ibadah mahdlah.

Akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq. Artinya perangai, tabiat atau karakter. Menurut Imam Al Ghazali, akhlak adalah sesuatu yang tertanam dalam jiwa, yang melahirkan perbuatan secara mudah dan spontan tanpa perlu dipikirkan terlebih dahulu.

Dalam QS. Al Qalam: 4, difirmankan bahwa Nabi Muhammad SAW mempunyai akhlak yang agung. Sehingga dalam QS. Al Ahzab: 21, dijelaskan bahwa Rasulullah SAW adalah suri teladan yang baik bagi umatnya.

Baca Juga  Makna Umum dan Makna Khusus Shalat, Apa Bedanya?

Dalam sebuah hadits dari sahabat Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah SAW bersabda bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Abu Daud Rasulullah SAW bersabda bahwa seorang mukmin yang sempurna imannya adalah yang berakhlak mulia.

Seorang muslim, idealnya mengamalkan keseluruhan ajaran Islam. Hal ini disebut berIslam secara kaffah. Artinya seorang muslim harus mengamalkan dimensi-dimensi ajaran Islam yakni akidah, ibadah, muamalah dan akhlak.

Lalu Apa itu Akidah?

Akidah adalah sistem keyakinan, ibadah dalam konteks ini adalah ibadah mahdlah atau ibadah ritual seperti salat, puasa dan haji. Muamalah adalah aturan-aturan saat berinteraksi antar sesama manusia, misalnya jual beli, pernikahan, kepemimpinan dll. Akhlak adalah karakter kepribadian yang melahirkan tingkah laku seorang muslim sehari-hari.

Seorang muslim juga idealnya tidak memisahkan antara ibadah (mahdlah) dengan akhlak. Walaupun fiqh ibadah dan akhlak adalah dua cabang ilmu yang berbeda. Imam Malik rahimahullah pernah berkata, “Barangsiapa yang mengamalkan ilmu fiqh (ibadah) tapi tidak bertasawuf (akhlak), maka dia fasiq. Barangsiapa yang bertasawuf (akhlak) tapi tidak mengamalkan ilmu fiqh (ibadah) maka dia zindiq.”

Menariknya, di masyarakat selalu muncul pertanyaan-pertanyaan yang menantang pemikiran kita. Misalnya, mana yang lebih penting, ibadah atau akhlak? Saya pikir kita tidak perlu emosi dengan pertanyaan semacam ini. Lalu kemudian mengatakan yang menanyakannya sebagai kurang kerjaan.

Sahabat Ali bin Abi Thalib juga pernah ditanya mana yang lebih baik, harta atau ilmu? Syaikh Yusuf Qaradhawi pernah ditanya, mana yang lebih baik? Orang kaya yang bersyukur atau orang miskin yang bersabar? Jadi pertanyaan semacam itu mari kita sikapi dengan santai lalu kita coba cari jawabannya.

Baca Juga  Mendarat di Jeddah, Jamaah Haji Pakai Ihram di Embarkasi

Jadi Mana yang Lebih Penting?

Jadi mana yang lebih penting antara ibadah dan akhlak? Sebelum menjawab, penulis tegaskan bahwa membandingkan lebih penting mana antara ibadah dengan akhlak tidak sama dengan mengganggap salah satunya tidak penting. Silahkan simak lagi uraian di atas, dimana penulis sudah tegaskan bahwa seluruh dimensi ajaran Islam adalah penting untuk diamalkan.

Namun dalam konteks tertentu, penulis katakan bahwa akhlak lebih penting daripada ibadah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Rasulullah SAW pernah bertanya kepada para sahabatnya. “Wahai para sahabatku, apakah kalian tahu siapa orang yang muflis (bangkrut) itu?”. Para sahabat kemudian menjawab, “Orang bangkrut itu adalah orang yang tidak punya uang dan harta benda.”

Namun Rasulullah SAW bersabda, “Bukan itu. Orang yang muflis (bangkrut) itu, adalah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala salat, zakat dan puasa, namun saat di dunia dia gemar mencaci dan memfitnah orang lain. Memakan harta orang lain, menumpahkan darah dan memukul orang lain. Maka orang yang menjadi korban dari orang ini, akan mendapatkan pahala kebaikan yang dia bawa. Jika telah habis pahala-pahalanya diberikan, maka dosa para korban yang akan ditimpakan ke orang muflis ini. Kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka.”

Imam Al Ghazali dalam kitab Mukasyafatul Qulub mengisahkan dialog antara Nabi Musa a.s. dengan Allah SWT. Suatu hari Musa bertanya kepada Allah SWT tentang ibadah yang paling Dia sukai. Apakah salat? Kata Allah SWT salatmu hanya untuk dirimu sendiri, karena ia mencegahmu dari perbuatan keji dan munkar.

Musa lalu bertanya kembali, apakah dzikir menjadi amal yang paling disukai? Allah SWT kembali menjawab bahwa dzikirnya adalah untuk diri Musa sendiri, karena dzikir membuat hatinya tenang. Musa bertanya kembali apakah puasanya menjadi amalan paling disukai? Allah SWT menjawab bahwa puasanya hanya untuk diri Musa saja, karena melatih Musa mengekang hawa nafsu.

Baca Juga  Urgensi Akhlakul Karimah: Refleksi Hadis Nabi

Akhirnya Nabi Musa penasaran, sebenarnya apa sih ibadah yang paling disukai Allah SWT jika bukan salat, dzikir dan puasa? Allah SWT menjawab bahwa amalan yang paling disukainya adalah sedekah, tatkala Musa membahagiakan orang yang kesusahan dengan sedekah, maka Allah SWT ada disampingnya.

Dari kisah orang muflis dan Nabi Musa di atas, kita tahu bahwa ibadah seseorang bisa saja ditolak oleh Allah SWT manakala seseorang mempunyai perangai buruk. Allah SWT juga menganggap bahwa ibadah-ibadah ritual hakikatnya untuk diri sendiri, namun ibadah sosial seperti sedekah lebih disukai oleh Allah SWT. Jadi dalam konteks ini, akhlak lebih penting daripada ibadah. Jangan sampai banyak ibadah namun gak ada akhlak. Syukur-syukur rajin ibadah dan akhlaknya juga baik.

Jika kita kaji lebih dalam, ibadah ritual yang disyariatkan pun terkandung muatan pendidikan akhlak di dalamnya. Salat jelas untuk mencegah perbuatan keji dan munkar. Salat juga melatih kedisiplinan. Wudhu melatih kebersihan, puasa melatih pengendalian diri. Zakat melatih kedermawanan, haji melatih solidaritas kemanusiaan. Maka jika ada yang rajin ibadah, namun tidak melahirkan akhlak yang baik, mungkin ada yang salah dengan ibadahnya.

Editor: Yahya FR
Related posts
Akhlak

Mentalitas Orang yang Beriman

3 Mins read
Hampir semua orang ingin menjadi pribadi yang merdeka dan berdaulat. Mereka ingin memegang kendali penuh atas diri, tanpa intervensi dan ketakutan atas…
Akhlak

Solusi Islam untuk Atasi FOPO

2 Mins read
Pernahkan kalian merasa khawatir atau muncul perasaan takut karena kehilangan atau ketinggalan sesuatu yang penting dan menyenangkan yang sedang tren? Jika iya,…
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds