Oleh: Erik Tauvani
Sejak tahun 2012, sejak Tim Pengembangan Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta dibentuk, upaya untuk mengembangkan madrasah dari Wirobrajan ke Sedayu bukanlah perkara mudah. Nyatanya, pembangunan baru dimulai pada Februari 2019. Harus menunggu hingga tujuh tahun baru tampak sebuah gedung sekolah unit A yang dibangun hanya dalam waktu sekitar 8 bulan. Mengapa harus menunggu dalam waktu yang cukup lama untuk melaksanakan pembangunan? Pertama, soal perizinan, kedua, lahan ini milik banyak orang, dan ketiga, soal dana. Meskipun harus banting tulang selama bertahun-tahun, akhirnya, dengan lahan seluas 6,5 hektar, Tim Pengembangan yang diketuai oleh Buya Syafii Maarif kini mulai bisa bernapas lega.
Pada Sabtu, 16 November 2019, di lokasi ini diadakan peletakan batu pertama pembangunan masjid Hajah Yuliana Madrasah Mu’allimin. Acara ini sedianya akan dilaksanakan pada 18 November 2019 saat milad Muhammadiyah ke 107. Namun di hari itu agenda milad sudah sangat padat. Lalu diubah ke tanggal 17, lagi-lagi tidak memungkinkan karena masih dalam agenda milad, ada peletakan batu pertama SM Tower dan Muhammadiyah Expo di Jl Ahmad Dahlan Yogyakarta. jadilah Sabtu tanggal 16 November 2019 pukul 10.00 dan 14.00 di Desa Argorejo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta.
Yendra Fahmi dan Hajah Yuliana
Yendra Fahmi, mungkin banyak yang asing dengan nama ini. Ia adalah seorang pengusaha muda asal Minang sekaligus pengurus Jaringan Saudagar Muhammadiyah dan anggota Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Pada 2015 yang lepas, Yendra kehilangan sosok ibunda yang sangat dicintainya, Hajah Yuliana. Saat Yendra masih usia belia, di kampung Sulit Air (nagari Sulik Aia) di Koto Diateh, Solok, Sumatra Barat, ia melihat ibundanya sebagai sosok yang gigih bekerja supaya dapur tetap berasap. Selain sebagai sosok pekerja keras, almarhumah Hajah Yuliana juga dikenal gigih memperjuangkan Muhammadiyah di kampung halaman. Hajah Yuliana tak segan-segan mengeluarkan hartanya untuk kepentingan Muhammadiyah.
Setelah kepergian sang ibunda, sebagai pengusaha nasional, Yendra kini berusaha untuk mewarisi kemuliaan hati sang ibunda. Selain doa sebagai seorang anak, Yendra juga ingin mengenang nama sang ibunda sebagai nama masjid. Atas komunikasi Buya Syafii Maarif, di sebuah sekolah Yayasan Hamka di Padang, telah berdiri megah sebuah masjid bernama Hj Yuliana yang dibangun oleh Yendra sepenuhnya pada tahun lalu. Kini, juga atas komunikasi Buya Syafii Maarif sebagai ketua Tim pengembangan Mu’allimin, Yendra datang dan siap menjadi donatur tunggal masjid Hajah Yuliana Mu’allimin senilai Rp. 30.000.000.000.
Atas dasar ketulusan dan kepercayaan, semua gembira. Yendra menjadi donatur dengan gembira, Tim Pengembangan juga mengelola biaya pembangunan dengan gembira. Semua sama-sama gembira. Berjuang di Muhammadiyah itu sungguh melelahkan, tapi, kata Buya Syafii, jika niatnya tulus pasti menggembirakan, membahagiakan. Pengembangan yang diperjuangkan ini adalah untuk kebaikan nyata jangka lama selama-lamanya dan untuk memberi manfaat bagi lingkup yang luas seluas-luasnya.
Masjid Hajah Yuliana
Masjid Hajah Yuliana dirancang oleh arsitek senior Muhammadiyah, Ismudiyanto Ismail dan timnya. Sebagaimana usulan Yendra, masjid ini didesain dengan sentuhan modernitas dan unsur tradisionalitas Jawa yang melekat pada beberapa sudut interior dan eksterior. Masjid ini dapat menampung hingga 2.000 jama’ah. Terdiri dari tiga lantai. Untuk kegiatan ibadah di lantai dua dan tiga. Sedangkan lantai pertama berfungsi sebagai perpustakaan terpadu dan klinik berobat. Selain didesain ramah lingkungan, masjid ini juga didesain ramah difabel. Di sisi timur masjid akan dibangun sebuah danau buatan yang dikelilingi pepohonan. Di sebelah utara danau akan dibangun lapangan sepak bola dengan standar nasional.
Buya Syafii menuturkan harapannya agar masjid dan madrasah ini menjadi kampus Islam yang memancarkan sinar Islam yang ramah. Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, juga mengungkapkan harapannya agar masjid ini dapat memancarkan sinar untuk kemanusiaan. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, selalu memantau perkembangan desain masjid dari waktu ke waktu. Beliau senantiasa mendampingi dan memberi masukan pada Tim agar desain masjid ini dapat memenuhi keinginan sang donatur.
Menara masjid akan menjulang tinggi dan membawa ikon Islam berkemajuan. Kepada anaknya yang juga merupakan Tim Pengembangan Mu’allimin, Ismudiyanto selalu berpesan agar madrasah ini dirancang sebaik-baiknya karena kakeknya dulu juga sekolah di madrasah ini seangkatan dengan KH AR Fakhruddin.
Peletakan Batu Pertama dalam Dua Kloter
Penyelenggaraan peletakan batu pertama masjid Hajah Yuliana sedianya akan dilaksanakan bertepatan dengan milad Muhammadiyah ke-107 pada 18 November 2019. Sebagaimana telah dijelaskan di muka, bahwa penyelenggaraan itu terlaksana pada 16 November 2019 pukul 10.00 dan 14.00. Acara ini terlaksana sampai dua kloter karena Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Mochamad Basoeki Hadimuljono, hanya bisa hadir pukul 10.00 dan tetap harus hadir karena membawa mandat Presiden RI. Sedangkan undangan yang telah disebarkan tercantum pukul 14.00. Mana mungkin mengubah jam acara dalam H-1.
Dalam situasi yang serba tak menentu itu, saat Tim Pengembangan dan panitia secara fisik dalam keadaan agak lelah karena bekerja siang malam untuk persiapan acara, tanah sawah pun harus segera diratakan untuk penyelenggaraan acara, Buya Syafii tampak tetap berpikir tenang. Didapatlah jalan tengah, bahwa acara kita laksanakan pukul 10.00 sesuai dengan arahan Menteri PUPR, namun jam 14.00 juga tetap dilaksanakan sebagaimana rancangan acara semula. Sebuah solusi yang melegakan. Semua sepakat. Tinggal persiapan acara yang sudah H-1. Sebagian guru dan siswa dilibatkan dalam acara ini.
Alhamdulillah, kloter pertama berlangsung sangat lancar. Upaya pegembangan juga semakin menggembirakan. Negara melalui Kementerian PUPR siap membangun dua unit gedung asrama Mu’allimin ditambah dengan sebuah danau buatan di sisi timur masjid Hajah Yuliana. Pembangunan ini akan dimulai pada Januari 2020 secara bersamaan. Menteri Basoeki mengatakan bahwa kedatangannya ke acara ini adalah atas perintah Presiden Republik Indonesia.
Tiga jam kemudian, kloter kedua juga berlangsung sangat lancar. Hadir dalam acara ini: Buya Syafii Maarif (Ketua Tim Pengembangan), Yendra Fahmi (pengusaha), Bambang Soesatyo (Ketua MPR RI), Haedar Nashir (Ketua Umum PP Muhammadiyah), Badrodin Haiti (Yayasan Muslim Sinar Mas), Sutrisno Bachir (pengusaha), Ahmad Dofiri (Kapolda DIY), Agung Danarto (PP Muhammadiyah), Marpuji Ali (Bendahara Umum PP Muhammadiyah), dan tamu undangan lainnya. Setelah semua acara usai, Buya berkirim pesan via WA: “Alhamdulillah, alhamdulillah, kerja kita tidak sia-sia. Maarif”
Khoiruddin Bashori, Anas Farchan, Ikhwan Ahada, dan semua tim serta panitia rela bekerja hingga tengah malam memastikan kesiapan acara di Sedayu. Sebungkus nasi pecel lele menjadi pelengkap lembur malam. Lelah macam tak dirasa. Buya berkata: “Tim dan panitia telah bertungkus lumus siang malam. Lelah tapi riang gembira karena tim dan panita bekerja dengan hati, bekerja dengan iman, bekerja dengan ketulusan.” Haedar Nashir juga berkata: “Segala upaya ini adalah jangka panjang untuk membangun peradaban, dan membangun peradaban tidak cukup hanya dengan retorika dan wacana, tapi harus dengan kerja nyata.”
Akhirnya, semoga masjid Hajah Yuliana menjadi amal jariah bagi Yendra Fahmi sekeluarga dan menjadi doa untuk almarhumah sang ibunda agar mendapatkan tempat yang mulia di sisi Allah Swt. Semoga pembangunan ini berjalan lancar, sesuai harapan, dan memberi manfaat yang luas seluas-luasnya untuk jangka waktu yang lama selama-lamanya.