Review

Mata Air Kebijaksanaan Gus Mus

2 Mins read

Oleh: KH Husein Muhammad

Hari ini saya berbahagia dan bersyukur ke hadirat Allah Swt. Seorang sahabat, Imam Muhtar, mengirimi naskah buku berisi rekaman pikiran-pikiran salah seorang tokoh besar dan penuh kharisma : K.H. Ahmad Mustafa Bisri, atau yang akrab dipanggil Gus Mus. Ia memberinya judul “Mereguk Mata Air Kebijaksanaan Gus Mus”. Pikiran-pikiran atau lebih patut disebut ajakan, saran, pesan, nasihat dan pencerahan Gus Mus tersebut dihimpun oleh penulisnya dari sejumlah ruang “mengaji” beliau di sejumlah “tempat”.

Adalah menarik, “tempat” bagi Gus Mus, bukan hanya ruang terbatas semacam pengajian di rumah, ceramah publik di atas panggung, atau diskusi di ruang-ruang terbatas. Gus Mus adalah seorang Kiyai millenial dengan seluruh maknanya : keren, gaul dan akrab teknologi digital. Beliau mengaji dengan memanfaatkan teknologi masa kini itu : facebook, tweeter, instagram dan lain-lain.

Gus Mus adalah seorang kiyai yang dadanya terbentang menerima pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat dan kebijaksanaan dari siapa pun dan dari manapun. Bagi beliau segala yang baik, bermanfaat dan mencerahkan pikiran dan hati adalah dari Allah. Betapa langkanya kiyai seperti Gus Mus ini. Saya sering menyebut beliau sebagai seorang “Alim Gharib”, alim yang aneh, asing, tak umum dan zuhud, sebagaimana teman karibnya yang telah pulang “Gus Dur”. Allah Yarhamuh.

Saya membaca lembar demi lembar buku itu, meski tidak seluruhnya. Aduhai. Semuanya adalah keindahan dan cahaya pengetahuan kemanusiaan yang dibutuhkan umat manusia dalam segala zaman dan semua ruang kehidupan. Gus Mus bicara tentang etika individu dan etika sosial dan kemanusiaan atau dalam bahasa yang lebih populer dalam masyarakat sebagai “Al-Akhlaq al-Karimah”, atau “Al-Ihsan”.

Kedua terma ini sesungguhnya menjadi inti dan puncak keberagamaan dalam Islam. Beberapa di antaranya tentang : “tawadhu’” (rendah hati), “Muhasabah al-Nafs”(memeriksa dan koreksi diri), “Al-Zuhd”(ugahari, tak berlebihan memikirkan hal-hal duniawi), memaafkan, kasih dan tidak merendahkan “liyan” dan sebagainya.

Baca Juga  Shoemaker: Keraguan dalam Tradisi Pengumpulan Al-Qur'an

Hal yang menarik lainnya adalah pitutur-pitutur Gus Mus itu disampaikan dengan bahasa yang cair, akrab, kadang dalam bentuk dialog yang renyah dan kadang dengan gaya bercerita seperti cerpen atau novel, sesuatu yang menjadi keahliannya sebagai budayawan.

Pokoknya asyik. Dalam konteks kehidupan yang tengah berada dalam situasi moral yang menjelang runtuh, kecenderungan hedonistik, kerapuhan spiritual, kesalehan sosial rapuh dan keangkuhan diri yang akut, buku ini menjadi salah satu yang seharusnya dibaca publik luas. Semoga Allah menghadirkan banyak orang yang menulis buku yang mencerahkan akan dan spiritual seperti Gus Mus ini.

Tulisan ini merupakan Pengantar Buku berjudul Mereguk Mata Air Kebijaksanaan Gus Mus, Karya Imam Muhtar. Selengkapnya klik di sini.

Admin
188 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Review

Debat Bergengsi Epikureanisme vs Stoikisme Tentang Tuhan

3 Mins read
Wacana mengenai ketuhanan bukanlah persoalan yang baru muncul pada zaman kontemporer ini. Jauh sebelum Islam dan Kristen lahir di dunia ini, manusia…
Review

Pasang Surut Politik Islam dalam Gelanggang Sejarah Bangsa Indonesia

5 Mins read
Islam sebagai sumber moralitas dan idealitas tidak mungkin dipisahkan dari wawasan kekuasaan. Kekuasaan tanpa didasari moralitas hanya akan melahirkan banalitas sebagaimana yang…
Review

Sejauh Mana Gender dan Agama Mempengaruhi Konsiderasi Pemilih Muslim?

4 Mins read
Isu agama memang seksi untuk dipolitisir. Karena pada dasarnya fitrah manusia adalah makhluk beragama. Dalam realitas politik Indonesia, sebagian besar bangsa ini…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *