Tajdida

Melihat Muhammadiyah 2045

4 Mins read

Oleh : Irvan Shaifullah

Mengapa 2045 ?

Tepat kiranya, seperti hitung-hitungan berdirinya. Organisasi Muhammadiyah tepat berusia 133 pada tahun 2045. Organisasi Islam yang melintasi hampir satu setengah abad lamanya. Dan mengokohkan dirinya sebagai organisasi islam yang secara tekun merawat Indonesia.

Bangsa Indonesia dan dunia kemanusiaan universal merupakan ranah sosio-historis bagi Muhammadiyah dalam menyebarkan misi dakwah dan tajdid. Misi dakwah dan tajdid dalam konteks kebangsaan dan kemanusiaan merupakan aktualisasi dari fungsi kerisalahan dan kerahmatan Islam untuk pencerahan peradaban.

Muhammadiyah sejak awal berperan sebagai pengintegrasian keislaman dan keindonesiaan. Bahwa Muhammadiyah dan umat Islam merupakan bagian integral dari bangsa dan berkiprah membangun pondasi dasar kebangsaan. Nasionalisme bukanlah doktrin mati sebatas slogan cinta tanah air tetapi harus dimaknai dan difungsikan sebagai energi positif untuk membangun indonesia secara dinamis dan transformatif dalam mewujudkan cita cita nasional.

Melihat Muhammadiyah, berarti juga melihat bangsa Indonesia. Sejak tahun 2012, bangsa Indonesia diprediksi dan disebut sebut sedang menikmati bonus demografi ketika jumlah penduduk dengan usia produktif sangat besar, sementara penduduk usia mudanya semakin mengecil dan penduduk usia lanjutnya (lansia) belum membesar.

***

Puncak bonus demografi tersebut, akan diperkirakan terjadi tahun 2028-2031. Pemerintah sendiri mengklaim bonus demografi ini sudah dinikmati sejak 2012 dimana rasio ketergantungan penduduk di bawah 50% per 100 penduduk usia produktif. Dengan kekuatan tenaga kerja produktifnya, ke depannya bangsa Indonesia diharapkan mampu menguasai ekonomi dunia.

Menteri Sosial RI, Khofifah Indar Parawansa seperti dikutip dari prokal.com (4/10/16) mengungkapkan, Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2030. Dari kondisi tersebut, diperkirakan jumlah lansia di Indonesia diperkirakan meningkat dari 18 juta di tahun 2010, menjadi 48 juta pada tahun 2030 dan 80 juta lansia ditahun 2050.

Memang Indonesia akan menikmati bonus demografi pada tahun 2020-2030. Namun, jika dibiarkan alamiah, kemakmuran yang dinikmati akan sangat pendek karena segera memasuki fase penduduk mulai menua atau negara menua (2045). Jumlah penduduk lansia Indonesia diperkirakan terus meningkat dari 18 juta (7,6%, tahun 2010), 27,1 juta (10%, 2020), 41 juta (13,8%, 2030), dan 48,2 juta (15,8%, 2035) (Sensus Penduduk 2010; Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035; Lansia dalam Data Informasi 2004).

Baca Juga  Amal Usaha Muhammadiyah Pertama di Surakarta

***

Di Indonesia sendiri, setiap tanggal 29 Mei selalu diperingati sebagai Hari Lanjut Usia (Lansia) Nasional. Definisi Lansia menurut Undang-undang (UU) Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia adalah orang yang telah berusia 60 tahun ke atas atau sering disebut sebagai penduduk dengan usia non-produktif. Perayaan Hari Lansia Nasional itu sendiri dicanangkan pertama kali oleh Presiden Soeharto tahun 1996 sebagai bentuk keperdulian dan penghargaan atas penduduk Lansia.

Menurut data diatas, hingga kini jumlah lansia mencapai 18 juta jiwa dan diperkirakan akan meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050. Nantinya di tahun 2050, satu dari empat penduduk Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah menemukan penduduk lansia dibandingkan bayi atau balita. Sayangnya, perhatian terhadap penduduk lansia ini dianggap masih sangat kurang. Belum ada satupun kota di Indonesia yang memenuhi kriteria kota ramah lansia.

Sebuah kota didefinisikan ramah lansia jika memiliki banyak ruang publik yang dapat digunakan penduduk lansia untuk bersosialisasi serta tersedianya sistem transportasi dan pelayanan umum yang memperhatikan keterbatasan lansia. Jika  hal itu terus terjadi, bukan tidak mungkin Indonesia akan terancam di posisi pertumbuhan ekonomi dan pembangunannya pada saat ledakan lansia itu terjadi. Angka kejahatan dan penurunan produktifitas dalam negeri juga akan turun. Keberagaman dan kemanusiaan juga akan ikut terancam. Lantas bagaimana peran Muhammadiyah di tahun 2045 dalam menghadapi negara yang penduduknya banyak yang menua?

Memahami Kesehatan Jiwa Lansia

Sebelum masuk dalam analisis peran Muhammadiyah di tahun 2045. Alangkah pentingnya apabila kita mengerti dan faham terlebih dahulu bagaimana karakter lansia dan kesehatan jiwanya. Sebagaimana disampaikan oleh Dr Samlee Plianbangchang, Direktur Regional WHO kawasan Asia Tenggara seperti dikutip oleh detik.com (10/9/12) program sehat jiwa lansia dikatakan berhasil jika para lansia masih tetap mandiri dan produktif di usia tuanya. Idealnya, seseorang yang telah mencapai usia lanjut harus tetap menjadi teladan bagi orang lain baik itu sehat secara fisik maupun mental, seperti lebih bijaksana, berperilaku positif dan dapat menempatkan diri sebagai orang yang patut dicontoh.

Baca Juga  Kata Siapa Percaya Takhayul itu Selalu Buruk?

Seorang lansia yang tetap sehat di hari tuanya, akan mampu mengembangkan keterampilannya dan tidak banyak bergantung pada orang lain. Para lansia dinilai mandiri dan produktif jika masih tetap dapat melakukan aktivitas positif seperti merawat cucu, membuat kerajinan tangan, atau bahkan masih mampu menjadi tenaga pengajar di suatu universitas dan lain sebagainya.

Jika semua lansia dapat lebih produktif di usia tuanya, masalah kesehatan terkait dengan penumpukan jumlah lansia yang sakit-sakitan akan berkurang. Sehingga suatu negara tidak akan menghadapi dampak negatif dari pertumbuhan jumlah lansia yang besar di kemudian hari.

Penyadaran Islam Berkemajuan Untuk Indonesia 2045

Berbagai macam masalah kesehatan pada lansia akan dapat teratasi jikalau semua pihak berupaya dan berkontribusi. Salah satu indikator keberhasilan program kesehatan jiwa lansia adalah mendorong lansia untuk mandiri serta mampu melakukan peran di masyarakat secara luas dan menyeluruh. Untuk mencapai itu, tidak mungkin hanya dibebankan pada dukungan keluarga tapi juga pada menciptakan iklim kesadaran masyarakat sekitar yang berkemajuan, dan itu murni tugas Muhammadiyah. Sebab agenda Muhammadiyah pada abad kedua adalah menegaskan tekad dan usaha untuk terus menerus menjadikan gerakannya sebagai Gerakan Pencerahan dengan misi membebaskan, memberdayakan dan memajukan kehidupan. (Haedar Nashir, 2017)

Sebagaimana cita cita Muhammadiyah dalam membangun Islam yang berkemajuan. Ajaran agama juga diwahyukan Tuhan untuk kepentingan manusia. Dengan bimbingan agama, diharapkan manusia mendapatkan pegangan yang pasti dan benar dalam menjalani hidup dan peradabannya.

Bukannya manusia tercipta untuk kepentingan agama. Agama adalah jalan, bukan tujuan. Dengan bimbingan agama, manusia berjalan mendekati Tuhan dan mengharap RidhaNya melalui amal kebajikan yang berdimensi vertical (ritual keagamaan) dan horizontal (social). (Komarudin Hidayat, 2008)

Baca Juga  Muhammadiyah, Teladan Toleransi Otentik

***

Lansia dan pemenuhan kebutuhannya akan spiritualitas yang mendorong pada kemandirian perlu diarahkan maknanya agar tidak bias dikemudian hari. Gerakan apapun tentang lansia, tidak hanya mendorong lansia pada kemandirian secara personal tapi juga kemandirian secara spiritual  dan sosial. Pengetahuan dan Penyadaran pada makna hidup yang dicapai akan mengantarkan seseorang pada semangat kemandirian dalam menjalankan peran.

Makna hidup tersebut mengandung arti sebagai manifestasi spiritualitas dalam hubungan social (interpersonal), dimana seseorang bermanfaat, menginspirasi, dan mewariskan sesuatu yang bernilai bagi kehidupan manusia, sekaligus cara dia mendapatkan eksistensinya yang unik sebagai manusia. Tiga kata kuncinya adalah, bermanfaat, menginspirasi dan mewariskan. (Taufiq Pasiak, 2012).

Tiga makna tersebut tidak hadir begitu saja. Dr Taufiq Pasiak dalam bukunya Tuhan dalam Otak Manusia (2012), meneliti dan menghubungkan peran spiritual dalam menggerakan berbagai hal. Termasuk menghubungkan spiritualitas dengan kesehatan. Semakin religius seseorang maka semakin jauh ia dari kata ‘sakit’. Untuk mencapai titik religius itulah diperlukan keyakinan akan makna hidup dan penyadaran lingkungan.  

Belajar dari kisah para nabi dan tokoh tokoh besar hubungan antar manusia ini merupakan bagian yang sangat penting dari keberadaan seorang manusia. Nabi Muhammad SAW, setelah berdiam diri di Gua Hira lalu menerima wahyu dari Allah, tidak lantas berdiam diri dan menikmati kesendirian dalam hubungannya dengan Allah.

***

Beliau keluar dari Gua Hira, kembali ke masyarakat dan melakoni kehidupan sosial sebagaimana mestinya. Salah satu sabda Rasulullah yang paling terkenal adalah, “ Sebaik baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi orang lain,” (HR Bukhari Muslim).

Kesadaran membangun kehidupan masyarakat islam yang berkemajuan perlu dipupuk sedini mungkin kepada generasi muda. Generasi muda sekarang akan menjadi bagian dari lansia di tahun 2045. Spreading Awareness makna tersebut meliputi, kesadaran menebar manfaat, menginspirasi dan mewariskan nilai nilai.

Tiga hal tersebut akan mengantarkan manusia, terutama untuk lansia menuju titik puncak spiritualitasnya. Sehingga mampu mandiri secara personal dan sosial. Mencipta lingkungan islam yang berkemajuan dan mencerahkan.  

Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds