Falsafah

Kebangkitan Islam (1): Melihat Sekularisme dan Pengaruh Barat

2 Mins read

Romantisme kejayaan Islam ratusan tahun silam seakan muncul kembali, diagung-agungkan oleh para aktifis muslim dan juga para da’i dengan berbagai macam motivasi yang melatarbelakanginya. Pertanyaan besar kemudian muncul di forum-forum diskusi ikhwal mengapa umat Islam mundur, dan kapan kebangkitan Islam bisa muncul? Bagaimana bisa kita bangkit dari ketertinggalan?

Pengaruh Pemikiran Barat

Sekularisasi dan liberalisasi merupakan fenomena khas dalam dunia barat. Fenomena ini kemudian menyebar ke seluruh dunia. Sebuah paham yang kemudian dicatat dalam sejarah sebagai faktor yang menyebabkan runtuhnya kekhalifaan utsmani. Ini semua berawal dari pengaruh sekularisme yang mempengaruhi pemikiran para aktifis muda Turki.

Sebuah konsep yang memisahkan agama dengan politik ,negara dan kehidupan sehari-hari sungguh tidak bisa dibayangkan oleh dunia Islam. Namun begitu kuatnya pengaruh ini sehingga sampai detik ini banyak umat beragama mulai terpapar paham ini. Khususnya Islam, yang notabene seluruh kehidupan diatur oleh agama mulai dari tidur hingga tidur lagi. Mulai dari urusan mandi hingga memilih pemimpin. Namun perlahan sebagian harus meninggalkan hal-hal yang sakral.

Salah satu tokoh muslim yang concern terhadap sekularisme adalah Nurcholis Madjid. Beberapa tulisannya memunculkan banyak kritikan di antara para cendekiawan muslim. Dalam satu makalah beliau mencatat bahwa “dengan sekularisasi tidaklah dimaksudkan penerpan sekularisme dan merobah kaum muslimin menjadi kaum sekularis. Tapi dimaksudkan untuk menduniakan nilai-nilai yang sudah semestinya bersifat duniawi dan melepaskan umat Islam dari kecenderungan untuk mengukhrowi-kannya”.

Mengapa sekularisme bisa tumbuh di negara islam? Mayoritas hal ini disebabkan karena cendekiawan muslim dan tokoh-tokoh pergerakan di negara itu terpengruh oleh pemikiran barat. Terlebih bagi negara-negara berkembang, dimana parameter perkembangan dilihat dari pembangunan fisik dan teknologi serta pertumbuhan ekonomi yang semuanya dicontoh dari dunia barat. Mereka semua berfikir bahwa sekularisasi barat adalah jalan menuju kebangkitan. Inilah letak masalahnya. Sehingga perlahan umat semakin jauh dari nilai agama.

Baca Juga  Rene Descartes: Tuhan Ada, Maka Aku Ada

Sekularisme dan Islam Fundamentalis

Di negara dengan penduduk mayoritas muslim, Kalangan fundamentalis merupakan musuh utama sekularisasi, mereka berada di garis terdepan untuk melawan paham ini. Mungkin terlalu dini jika kita menyimpulkan kaum imperialis barat menggunakan Islam liberal untuk menghancurkan musuh-musuhnya termasuk Islam fundamentalis. Barangkali karena jargon-jargon yang dipakai Ilam Liberal mirip dengan jargon-jargon yang dipakai barat (Islam Liberal :Sejarah,Konsepsi dan Jawabannya ,Adian Husain,2004)

GH Jansen (1980:6) mencatat bahwa bangkitnya “Islam militan” adalah sebagai reaksi terhadap masalah bagaimana menghadapi tantangan cara hidup Barat yang telah menjadi cara hidup dunia. Sedangkan menurut Fazlur Rahman “Semangat anti barat” adalah semangat yang melahirkan fundamentalis. Sama halnya dengan penggunaan “Islam Ekstrem”.

Samuel P. Huntington melalui bukunya The Clash Of Civilizations and Remaking Of World Order (1996). Huntington mengarahkan Barat untuk memberikan perhatian khusus terhadap Islam. Menurutnya diantara berbagai peradaban besar yang masih eksis hingga kini, hanya Islamlah satu-satunya peradaban yang berpotensi besar menggoncang peradaban barat.

Huntington menyebut setelah keruntuhan Komunisme, “Islam Militan” sebagai ancaman serius dunia barat. Menurutnya berbagai serangan terorisme yang dilatarbelakangi oleh “Islam Militan” sebagai pemicunya. Data-data tersebut memang menjadi fakta, namun Huntington tidak menyebut kenapa kaum muslim itu terlibat konflik. Jika sedikit saja ia menilai secara objektif maka akan ditemukan fakta pemicunya adalah dunia barat sendiri.

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Avatar
6 posts

About author
Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan Ketua Asosiasi Futsal Indonesia Bolaang Mongondow Selatan
Articles
Related posts
Falsafah

Sokrates: Guru Sejati adalah Diri Sendiri

3 Mins read
Dalam lanskap pendidikan filsafat, gagasan bahwa guru sejati adalah diri sendiri sangat sesuai dengan metode penyelidikan Sokrates, filsuf paling berpengaruh di zaman…
Falsafah

Homi K. Bhabha: Hibriditas, Mimikri, dan Ruang Ketiga

4 Mins read
Homi K. Bhabha, salah satu tokoh terkemuka dalam teori pascakolonial, berkontribusi membangun wacana seputar warisan kolonialisme secara mendalam, khususnya melalui konsepnya tentang…
Falsafah

Kehidupan Setelah Mati Perspektif Al-Kindi

2 Mins read
Al-Kindi terkenal sebagai filsuf pertama dalam Islam, juga sebagai pemikir yang berhasil mendamaikan filsafat dan agama. Tentu, hal ini juga memberi pengaruh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds