Tasawuf

Memahami Seputar Tarekat dalam Dunia Islam

3 Mins read

Tarekat berasal dari bahasa Arab thariqa yang berarti  jalan spiritual, khususnya dalam perkumpulan spiritual, yang dikenal sebagai tarekat sufi. Sejak abad kedua belas dan seterusnya, kehidupan mistik semakin meningkat dalam perkumpulan atau tarekat sufi yang masih aktif sampai sekarang.

Jika ditinjau pada fenomena sekarang, istilah sufisme atau mistisme Islam, tarekat sufi adalah hal pertama yang terlintas dalam pikiran (Knysh, 2010:172).

Secara etimologis, tariqa berarti jalan, dan kata yang dekat dengannya adalah tariq, yang diartikan secara umum sebagai jalan spiritual menuju Tuhan. Tariqa biasanya terdapat dalam tulisan beberapa kaum sufi, meskipun dalam tradisi para sufi terdapat banyak perbedaan dalam praktik dan organisasi.

Istiah tariqat sudah umum bagi para guru sufi untuk menunjukkan bahwa hanya ada satu jalan spiritual yang meliputi dari semua variasi yang berbeda ini (Ernst, 2004: 680).

Kebanyakan tarekat sufi dinamai menurut tokoh yang dipandang sebagai pendirinya. Misalnya, tarekat Suhrawardiyah merujuk kepada Abu Hafs al-Suhrawardyah, Ahmadiyyah disandarkan kepada Ahmad al-Badawi, dan Syadziliyah disandarkan kepada Abu Hasan asy-Syadzili.

Para pendiri umumnya merupakan guru atau mursyid yang telah mengkodifikasi dan melembagakan ajaran dan praktik tarekat yang khas. Meskipun dalam banyak kasus reputasi mereka sebagai orang suci atau wali melampaui lingkaran kelompoknya.

Kebanyakan tarekat berlokasi di daerah tertentu, meskipun ada beberapa seperti Qadiriyah dan Naqsyabandiyah ditemukan tersebar luas di banyak negara muslim.

Tarekat-tarekat tersebut meluas sebagai jaringan yang berdasarkan geneanologi kelompok. Otoritas masing-masing mursyid yang diperoleh dari para pendahulu dan silsilahnya menyambung hingga Nabi Muhammad.

Dalam setiap tarekat seringkali ditemukan beberapa cabang dengan ditandai dua, tiga, atau lebih nama untuk menunjukkan banyak tingkat cabangnya. Terdapat beberapa contoh seperti: Ma’rufi-Rifai, Jarrahi-Khalwati (Cerrahi-Halveti), dan Sulaymani-Nizami-Chisti. yang dibentuk pada abad ke 15 dan 16 atau setelah itu (Ernst, 1997: 134).

Baca Juga  Upaya Menyatukan Umat dengan Ketegasan

Tiga Tahapan Pembentukan Tarekat

J.Spencer Trimingham, orientalis dan seorang sejarawan Islam, melalui karya monumentalnya tentang sejarah dan perkembangan tarekat yang berjudul, “The Sufi Orders in Islam” yang diterbitkan pada 1973 menjelaskan setidaknya ada tiga tahapan dalam pembentukan tarekat-tarekat dalam dunia tasawuf.

Pertama, yang ia sebut sebagai khanaqah

Ia menyebutnya sebagai abad emas mistisme. Ketika seorang guru dan muridnya seringkali berpindah-pindah tempat dan memiliki aturan yang minimum untuk menjalani kehidupan yang biasa.

Pada abad kesepuluh menuju ke arah pembentukan-pembentukan pondok yang seragam dan tidak khusus. Bimbingan di bawah guru merupakan hal prinsip dan diterima. Secara intelektual dan emosional merupakan suatu gerakan yang bersifat aristokrasi.

Kedua, ia menyebutnya dengan thariqah

Bermula sejak abad ketiga belas, yang bertepatan dengan zaman Seljuq. Abad ini bermula sejak 1100-1400 M dan terjadi transmisi doktrin, aturan, dan metode.

Pada saat itu, berkembang mazhab-mazhab mistisme bersinambung yang biasanya disebut dengan sanad atau mata rantai thariqah dan munculnya gerakan Borjuis. Menyesuaikan dan menjinakkan semangat mistikal dan legalisme. Perkembangan tipe-tipe baru metode kolektif untuk menumbuhkan ekstase.

Ketiga, ia menyebutnya dengan thaifah

Bermula pada abad kelima belas, bersamaan dengan masa Dinasti Ottoman yang mencapai puncaknya. Pada abad ini, mulai muncul ajaran baiat, pemberlakuan aturan, dan akhirnya sufisme menjadi gerakan populer dalam sejarah Islam.

Selain itu, pada masa ini mulai muncul fondasi-fondasi baru dalam tarekat, dan akhirnya memunculkan beberapa cabang tarekat. Dimana sepenuhnya bermuara sama dengan mengkultuskan orang suci dari tarekat tersebut (Trimingham, 1973:103).

Polemik Tarekat

Dalam perkembangan selanjutnya, pertentangan terhadap tasawuf atau sufisme terjadi khususnya wilayah Arab. Salah satu contoh dan paling terkenal adalah Wahabi yang muncul di wilayah Nejd, Arab Saudi.

Baca Juga  Lailatul 'Ella' Fithriyah, Penggagas Metode Tahfizh Quran Tematik

Kaum Wahabi mengkritik ajaran Sufisme populer yang sudah berkembang pada abad ke-18 yang mereka pandang sebagai degradasi moral yang menggerogoti masyarakat selama berabad-abad (Rahman, 2017: 301).

Pada abad ke-16 sebelum munculnya Wahabisme di Arab Saudi, di wilayah Turki Ottoman, khususnya Istanbul, muncul salah satu gerakan yang menyerang tasawuf yang terkenal dengan gerakan Kadizadeli yang radikal. Selain mengkritik lewat-lewat majelis dan khutbah, mereka juga menyerang secara fisik infrastruktur tarekat.

Trimingham menjelaskan bahwa tarekat-tarekat telah mencapai bentuk akhir organisasi. Trimingham juga mengatakan bahwa tidak ada perkembangan dan kerja lanjutan yang berwawasan mistik yang dapat menandai titik mula yang baru dalam doktrin.

Ciri-Ciri Tarekat Menurut Trimingham

Trimingham memberikan ciri-ciri dari tarekat, antara lain:

1. Prinsip otoritarian atau penghormatan kepada syaikh thaifah, pewaris barakah dari wilayah, dan kepatuhan total terhadap otoritasnya.

2. Organisasi yang dikembangkan  yang mempunyai prinsip hierarkis, dengan wilayah umum keseragaman, keragaman diungkapkan dalam aspek-aspek sekunder.

3. Dua kelas utama pengikut: pakar dan orang awam

4. Prinsip pentahbisan: Isnad esoterik dan kekuasaan. Bagi kaum pakar upacara pentahbisan yang rinci dan pakaian biasa; upacara yang lebih sederhana, tetapi meliputi baiat, bagi orang awam.

5. Prinsip disiplin: khalwah, dzikir, puasa, dan melakukan hal-hal yang sederhana tidak berlebihan bagi orang yang sudah pakar.

6. Dzikir kolektif, dengan koordinasi irama musik, pengaturan nafas, dan latihan-latihan fisik untuk menumbuhkan ekstase, sebagai hal yang vital bagi suatu majelis atau tarekat.

7. Penghormatan yang berkaitan dengan makam-makam orang-orang suci.

Bisanya para wali yang sudah meninggal atau yang masih hidup dengan mengaitkan konsep barakah dan karamah. Penekanan pada barakah yang menjurus kepada bergabung berpindah-pindah dari satu tarekat ke tarekat lain (Trimingham, 1973: 104).

Baca Juga  Berhentilah Menyebut Islam sebagai Solusi!

Editor: Z Azhar

Fahmi Rizal Mahendra
20 posts

About author
Alumni UIN Sunan Ampel Surabaya. Membaca dan Menulis tentang sejarah Ottoman, Turki & Tasawuf/Sufisme.
Articles
Related posts
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (3): Praktik Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah tidak menjadikan tasawuf sebagai landasan organisasi, berbeda dengan organisasi lainnya seperti Nahdlatul Ulama. Akan tetapi, beberapa praktik yang bernafaskan tentang tasawuf…
Tasawuf

Tasawuf di Muhammadiyah (2): Diskursus Tasawuf dalam Muhammadiyah

4 Mins read
Muhammadiyah pada awal mula berdirinya berasal dari kelompok mengaji yang dibentuk oleh KH. Ahmad Dahlan dan berubah menjadi sebuah organisasi kemasrayarakatan. Adapun…
Tasawuf

Urban Sufisme dan Conventional Sufisme: Tasawuf Masa Kini

3 Mins read
Agama menjadi bagian urgen dalam sistem kehidupan manusia. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan, pasti memiliki titik jenuh, titik bosan, titik lemah dalam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds