Inspiring

Membayangkan Aisyah Istri Rasulullah Seperti Nyai Ontosoroh, Kartini, atau Siti Walidah

4 Mins read

Masih hangat pro dan kontra tentang lagu yang berjudul Aisyah Istri Rasulullah. Lagu yang dimunculkan kembali oleh grup musik Sabyan Gambus. Lagu yang awal rilisnya tahun 2017 dan dibuat video cover pada 28 Maret 2020 itu mendapat banyak respon dari masyarakat. Banyak masyarakat yang merespon baik sehingga bisa menjadi tranding di Youtube. Tapi ada pula yang mempermasalahkan tentang lirik dan halal haramnya musik.

Lagu Aisyah Istri Rasulullah

Setidaknya, dua masalah itu dihadirkan dalam tulisannya Ust. Wawan Gunawan Abdul Wahid anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Lagu tersebut semakin kontroversi manakala lagu ini aslinya dipopulerkan oleh Projektor Band. Band asal Malaysia dengan judul asli Aisyah, tetapi memiliki perbedaan lirik dengan versi Sabyan Gambus.

Dalam tulisannya Ust. Wawan menerangkan, pertama: lirik yang bersifat menceritakan tentang hubungan Nabi Muhammad SAW dan Aisyah serta pribadi Aisyah sendiri dalam lagu tersebut tidaklah menyimpang. Hal ini sudah beliau terangkan, bahwa dalam beberapa kitab sudah ada penjelasannya, salah satunya di kitab Muhammad Rasulullah karya Muhammad ash-Shadiq Ibrahim Arjun, jilid II dan III tentang Aisyah.

Kedua, tentang halal haramnya musik. Ust Wawan menerangkan bahwa, musik alat perkusi pernah dimainkan dua perempuan asal Habasyah di depan pintu kamar Nabi Muhammad SAW, dan Nabi membayar mereka secara profesional dua perempuan tersebut.

Lebih lanjut Ust Wawan menjelaskan bahwa, orang yang tidak menghargai musik berarti tidak menghargai kehidupan. Karena kehidupan sehari-hari kita selalu ada iringan nada-nada yang sebenarnya dasar pembentuk musik. Menambahkan itu semua, saya berkeyakinan musik ketika ditujukan untuk dakwah dan membawa syair yang baik demi dakwah tidaklah ada masalah.

Hal ini terlihat, manakala sosok pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan, pun berdakwah dengan biola. Dalam sebuah kutipan di film Sang Pencerah kurang lebih berbunyi, “alat musik jika dimainkan dengan benar maka akan menghasilkan musik yang enak didengar. Seperti itulah agama. Jika dilaksanakan dengan benar maka akan memberikan ketentraman hidup bagi pemeluknya.”

Baca Juga  Refleksi Kartini: Perempuan Kritis yang Ubah Budaya Patriarki

Wanita yang Luas Ilmunya

Perdebatan tentang lirik lagu tersebut memang belum usai. Semakin ke sini semakin liar perdebatannya, manakala banyak yang meng-cover lagu tersebut. Dan membuat lagu asli Sabyan Gambus menjadi bergenre musik yang lain.

Walaupun diubah genre musiknya, akan tetapi liriknya tidak ada perubahan. Dan lirik asli yang digunakan pun belum 100% menggambarkan karakter dari Aisyah. Ataupun walau liriknya sama tetapi dengan genre yang menurut masyarakat belum baik. Maka kita tetap berfikir positif.

Maka inilah pentingnya memahami karakter Aisyah yang sebenarnya. Karakter Aisyah sendiri belum 100% termuat di lirik tersebut. Banyak karakter dari Aisyah yang belum terekspos. Salah satunya adalah dari segi keilmuan beliau.

Dalam kolom republika.co.id kolom Islam Digest, ada artikel yang terbit pada tanggal 14 Maret 2020. Menceritakan sosok Aisyah binti abu bakar yang diambil dari buku Perempuan-perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah karya Muhammad Ibrahim Salim. Dijelaskan bahwa “Aisyah memiliki wawasan dan keluasan ilmu, terutama dalam masalah-masalah keagamaan, baik yang dikaji dari al-Quran, hadits, maupun ilmu-ilmu fikih. Selain itu, Aisyah juga pakar dalam bidang ilmu tafsir, hadis dan fikih. Aisyah juga menguasai ilmu kedokteran, syair, dan ilmu genealogi (ilmu keturunan).”

Tercatat Aisyah telah meriwayatkan sebanyak 2.210 hadis, 174 di antara berderajat muttafaq’alaih. Dan hadist yang diriwayatkan Aisyah tidak diragukan karena menerima langsung dari Rasulullah SAW. Sehingga menjadi muslimah yang banyak ditanya tentang apa yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW. Dengan kecerdasannya, Aisyah tidak kesulitan menghafal dan memahami apa yang pernah dijelaskan oleh Rasulullah SAW.

Dari penjelasan tersebut, banyak hikmah dari karakter Aisyah selain dari lirik lagu yang sedang viral sekarang ini. Tentunya dari keilmuannya. Di mana Aisyah walaupun perempuan akan tetapi selalu mempelajari ilmu. Sehingga menjadi perempuan terbanyak yang meriwayatkan hadits.

Tokoh-tokoh Perempuan Berilmu

Sosok Aisyah menjadi inspirasi bagi generasi sekarang ini. Di tengah beberapa perempuan terjebak dalam ruang eksistensi fisik diri pribadi yang mulai ke arah tak terbatas. Akan tetapi tidak hanya Aisyah yang bisa menjadi inspirasi. Banyak perempuan yang mempunyai keilmuan hadir dalam kehidupan dan memenuhi ruang-ruang inspirasi bagi generasi sekarang ini.

Baca Juga  Haji Fakhruddin: Kader Kiri Kiai Dahlan yang Memilih Muhammadiyah

Ketika berbicara tokoh perempuan dalam sebuah buku fiksi, saya teringat seorang tokoh fiksi sejarah. Pramudya Ananta Toer menghadirkan Nyai Ontosoroh sebagai sosok perempuan yang berilmu. Selain sebagai wanita mandiri, Nyai Ontosoroh juga senang dengan ilmu. Sehingga membuat waktu khusus untuk membaca buku dan menulis.

Dalam sejarah Kabupaten Jepara sendiri, tentu tidak asing dengan Raden Ajeng Kartini. Dengan semangat keilmuannya, beliau mampu menunjukkan perubahan sosial yang luar biasa. Dimulai dari surat menyurat dengan temannya di Belanda. Hingga membuat sekolah untuk masyarakat sekitar. Keilmuan RA Kartini didapat dari kakaknya dan guru ngajinya. Selain dari buku-buku yang dibacanya. Semangatnya dalam memperjuangkan pendidikan dan kesetaraan perempuan masih tersimpan kuat di hati masyarakat Indonesia.

Selain itu, ada satu sosok perempuan berilmu. Yang kemudian bersama suaminya mendirikan Organisasi Perempuan Tertua di Indonesia, yaitu Siti Walidah. Dalam majalah Suara Muhammadiyah Edisi 6 Tahun 2020, kelahiran Organisasi dengan nama Aisyiyah yang salah satu pendirinya Siti Walidah memang dimaksudkan menjadi pengikut Aisyah. Dan dalam organisasi ini, sekarang banyak perempuan yang berilmu. Bahkan sekarang sudah memiliki dua Universitas Aisyiyah di Yogyakarta dan Surakarta. Selain itu, organisasi ini menjadi penggagas Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia.

Aisyiyah tidak akan berkembang sebesar ini tanpa pondasi keilmuan dari para pendirinya. Hal itu dijelaskan pula, oleh Mu’arif dan Hajar, bahwa embrio kelahiran Aisyiah adalah kader- kader yang bersekolah di sekolah Neutral Meisjes School ( kini menjadi SD N 1 Ngupasan ). Generasi tersebut adalah Siti Bariyah, Siti Wadingah, dan Siti Dawimah. Dan dari madrasah Diniyah Ibtidaiyah ada Siti Munjiyah dan Siti Umniyah yang kemudian membuat kelompok pengajian agama Sapa Tresno.

Mengambil Hikmah

Tugas perempuan bukan hanya masak (memasak), macak (berdandan), manak (melahirkan), melainkan juga mencari ilmu, atau berhak menyerap ilmu. Seperti yang dijelaskan dalam QS Al-Mujadillah (58 ) : 11, yang artinya, “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Maka pesan saya untuk seluruh perempuan. ” Tidak peduli, sekarang kamu di mana, dengan siapa, kondisimu seperti apa. Tetaplah mencari ilmu. Karena dirimu pondasi agama dan negara. Ketika kamu tidak berilmu maka generasi yang engkau lahirkan akan butuh kerja keras untuk sukses dalam beragama, berbangsa, dan bermanusia.”

Baca Juga  Hijrah Rasulullah (1): Makna dan Pahala

Dan mari hindari kalimat pepatah, “jika ingin merusak suatu negara maka rusaklah terlebih dahulu perempuannya”. Tentu kita tidak ingin negara dan generasi selanjutnya rusak begitu saja. Maka selalu waspada dengan selalu mencari ilmu dan membiasakan kehidupan dengan keilmuan. Seperti tokoh-tokoh di atas.

Belajar bisa di mana saja, setiap tempat adalah sekolah yang bisa menjadi tempat belajar. Tak ada sekat tembok, mau di manapun bisa belajar. Siapa pun dan apa pun adalah guru. Tidak harus yang bergelar bisa menjadi guru, tidak bergelar asalkan hidupnya sudah purna dalam bidang nya juga bisa menjadi guru. Atau kehidupan siapa pun yang bisa kita ambil hikmahnya.

Apalagi sekarang juga sudah ada internet. Juga bisa jadi guru. Benda mati dan tak hidup pun bisa memberikan pelajaran bagi kita. Maka siapa pun dan apa pun bisa jadi guru. Kapan pun adalah waktu belajar. Tidak perlu menunggu Pukul 07.00-15.00 WIB untuk belajar. Sekarang bisa kapan pun, sedinamis mungkin bisa belajar. Tanpa terikat waktu karena kecanggihan teknologi.

Jadi, untuk perempuan hebat. Jadikanlah diri kalian berilmu untuk generasi-generasi ke depan yang makin maju.

Editor: Arif

Avatar
3 posts

About author
Guru SMA dan SMK Muhammadiyah Mayong, Jepara, Jawa Tengah. Sekretaris Bidang Pendidikan dan kaderisasi PD Pemuda Muhammadiyah Jepara
Articles
Related posts
Inspiring

Imam Al-Laits bin Saad, Ulama Besar Mesir Pencetus Mazhab Laitsy

3 Mins read
Di zaman sekarang, umat Islam Sunni mengenal bahwa ada 4 mazhab besar fiqh, yang dinisbahkan kepada 4 imam besar. Tetapi dalam sejarahnya,…
Inspiring

Ibnu Tumart, Sang Pendiri Al-Muwahhidun

4 Mins read
Wilayah Maghreb merupakan salah satu bagian Dar al-Islam (Dunia Islam) sejak era Kekhalifahan Umayyah. Kebanyakan orang mengenal nama-nama seperti Ibnu Rusyd, Ibnu…
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds