Perspektif

Membentengi Orang Muda dari Paham Radikalisme

3 Mins read

Kasus dan praktek radikalisme berbasis kekerasan masih menjadi tantangan besar dalam proses pembangunan di Indonesia. Hal itu tercermin dari hasil indeks potensi radikalisme yang dirilis oleh Badan Penanggulangan dan Pencegahan Terorisme (BNPT) pada tahun 2022 yang menunjukkan bahwa potensi radikalisme di Indonesia berada pada skor 10.

Angka tersebut cenderung lebih ‘aman’ daripada tahun 2020 dengan skor 12,2. Tetapi, pada saat yang bersamaan, di tahun 2022 terdapat tantangan lain yang muncul. Bahwa mereka yang banyak terpapar radikalisme itu mayoritas dari perempuan dan orang muda.

Beberapa contoh dan dampak paparan paham radikalisme terhadap orang muda, ialah sikap mereka tentang tempat ibadah kelompok minoritas. Hasil riset yang dilakukan oleh INFID tahun 2022, menunjukkan bahwa sebanyak 38% responden milenial, dan 27% responden Generasi Z menilai bahwa pembangunan tempat ibadah kelompok minoritas boleh dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dari kelompok mayoritas.

Secara psikologis orang muda memiliki resiko keterpaparan radikalisme dikarenakan rasa semangat dan keingintahuan yang tinggi, tetapi tidak diiringi dengan semangat membaca literasi serta situasi.

Oleh karena itu, ada beberapa cara untuk membendung paham radikalisme terhadap orang muda, agar tidak semakin kebablasan dan over dosis.

Melalui Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan yang paling dekat dengan orang muda, terlebih remaja dan anak. Keharmonisan rumah tangga antara ayah dan ibu merupakan kunci utama pendidikan keluarga bisa berhasil sekaligus mengajarkan kedamaian terhadap anak. Akan percuma bilamana banyak konten media sosial tentang moderasi beragama atau deradikalisasi, tetapi sejengkal dari seorang anak, yakni ayah atau ibunya setiap hari memberikan informasi kekerasan yang terdengar di telinga seorang anak.

Maka, jika hal itu tidak dibiarkan, keluarga dapat menghasilkan generasi yang akan memiliki pola pikir kekerasan dan radikalisme yang dapat mengarah kepada tindakan terorisme. Sebagaimana yang terjadi di Raqqa, Suriah. Terdapat seorang anak yang masih berumur di bawah 17 tahun, dengan bangga ia berpose dengan memegang senapan laras panjang, dan kabarnya sudah terdaftar masuk dalam organisasi kelompok negara anti-islam (ISIS).

Baca Juga  Tahun 'Serba Nyaris' 2019

Melalui Pendidikan

Pendidikan atau dalam hal ini adalah lembaga pendidikan, juga perlu dipastikan tidak melahirkan generasi-generasi yang mengamini paham radikalisme. Kurikulum yang disusun juga perlu diseleksi secara ketat, jangan sampai memuat narasi-narasi kekerasan agama, gender, maupun kelompok minoritas.

Terlebih yang paling krusial adalah mata pelajaran semua agama. Menurut data dari Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM), UIN Jakarta pada tahun 2018, setidaknya terdapat dari responden yang diwawancarai, ada 53,6% guru memiliki pandangan yang intoleran dan radikal. Bukti tersebut memberikan indikasi bahwa, masih ada bukti-bukti nyata bila masih banyak guru-guru di Indonesia masih melakukan transfer pemahaman yang pincang dan menjebak.

Oleh karenanya, guru-guru Pendidikan agama, khususnya untuk 6 agama resmi Indonesia, perlu ditraining tentang pemahaman agama secara utuh, integral, dan komprehensif, sehingga ajaran Islam tidak dipahami secara miopik dan setengah-setengah.

Salah satu model training yang efektif yakni denganmodel pelatihan rutin, seperti Kelas atau Workshop yang mengajarkan pendidikan agama pluralistis, yang kemudian memunculkan pandangan baru tentang pendidikan berbasis kemajemukan ras, suku dan agama.

Melalui Media Sosial

Upaya pencegahan radikalisme terhadap orang muda juga bisa mengerahkan para micro dan macro untuk melakukan kontra narasi di media sosial. Narasi-narasi tentang moderasi beragama, agama yang penuh perdamaian, welas asih, toleran, perlu terus didorong agar selalu bisa menjadi konten fyp di kantong-kantong media sosial.

Selain itu juga, perlu diskresi dari pemerintah atau negara untuk melakukan tindakan tegas dengan memblokir sitis, akun, atau juga bisa mempidanakan admin yang menyebarkan paham radikalisme. Ketegasan hukum dalam hal ini sangat perlu dilakukan, tetapi juga perlu memperhatika upaya integratif dengan menggabungkan pendekatan lunak (soft approach) yang dapat menyentuh pada hulu persoalan.

Baca Juga  Makna Tawaf dalam Hidup Sehari-hari

Tiga upaya preventif di atas, merupakan tindakan yang mungkin saja sederhana, tetapi bisa besar dampaknya. Pemberantasan radikalisme juga tidak bisa dilakukan dengan cara-cara yang sporadis.

Radikal tidak bisa dihapus atau dilawan dengan radikal, atau dalam bahasa sederhanya deradikalisasi. Karena, jika hal demikian dilakukan, ibarat membunuh nyamuk di kaca dengan cara melemparnya dengan batu. Bukan nyamuknya yang mati, justru yang pasti kacanya yang pecah (Haedar, 2019).

Sehingga mencegah radikalisme juga bisa melalui jalan moderasi keindonesiaan, yakni dengan menciptakan alam sosiologis yang seluas-luasnya bagi masyarakat, untuk terus memahami kemajemukan dan kebhinnekaan Indonesia dengan caranya masing-masing, tanpa perlu sentuhan-sentuhan yang memunculkan neo radikal.

*)Artikel ini merupakan hasil kerjasama dari IBTimes dengan INFID

Faiz Arwi Assalimi
15 posts

About author
Anggota Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Mahasiswa Magister Administrasi Publik Fisipol UGM
Articles
Related posts
Perspektif

Psikologi Sosial dalam Buku "Muslim Tanpa Masjid"

3 Mins read
Dalam buku Muslim Tanpa Masjid, Kuntowijoyo meramalkan pergeseran signifikan dalam cara pandang umat Islam terhadap agama dan keilmuan. Sekarang, ramalan tersebut semakin…
Perspektif

Paradoks Budaya Korupsi Masyarakat Religius

2 Mins read
Korupsi yang tumbuh di masyarakat yang dikenal religius memang menjadi paradoks. Di masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai agama, mestinya kejujuran, integritas, dan…
Perspektif

Mau Sampai Kapan IMM Tak Peduli dengan Komisariat?

2 Mins read
Barangkali unit terkecil IMM yang paling terengah-engah membopong organisasi adalah komisariat. Mereka tumbuh serupa pendaki yang memanjat gunung tanpa persiapan dan dukungan….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds