Tarikh

Memetik Ibrah dari Kisah Kaum Saba’

4 Mins read

Kisah negeri Saba’ diabadikan oleh Allah di dalam Al-Qur’an sebagai negeri terbaik dengan gelar “Baldatun Thoyyibatun”.  Allah berfirman di dalam Al-Qur’an surah Saba’ ayat 15-19 yang berbunyi:

  لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (١٥) فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ (١٦) ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلا الْكَفُورَ (١٧) وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ سِيرُوا فِيهَا لَيَالِيَ وَأَيَّامًا آمِنِينَ (١٨) فَقَالُوا رَبَّنَا بَاعِدْ بَيْنَ أَسْفَارِنَا وَظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَجَعَلْنَاهُمْ أَحَادِيثَ وَمَزَّقْنَاهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ (١٩)

15. Sungguh, bagi kaum Saba’ terdapat tanda/bukti (kekuasaan Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”

16. Akantetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit pohon Sidr.

17. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.

18. Dan Kami jadikan antara mereka (penduduk Saba’) dan negeri-negeri yang Kami berkahi (Syam), beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di negeri-negeri itu pada malam dan siang hari dengan aman.

19. Maka mereka berkata, “Ya Tuhan kami, jauhkanlah jarak perjalanan kami, dan (berarti) mereka menzalimi diri mereka sendiri; maka Kami jadikan mereka bahan pembicaraan dan Kami hancurkan mereka sehancur-hancurnya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi setiap orang yang bersabar dan bersyukur. (QS. Saba’ [34] : 17-19)

Baca Juga  Menariknya Sejarah Kota Mekkah

Sekilas Gambaran Negeri Saba’

Imam as-Syakani meriwayatkan dari Abdurrahman bin Zaid memberikan gambaran tentang negeri Saba’ bahwa saking indahnya negeri Saba’, sampai-sampai di negeri tersebut tidak ditemukan satupun ular, tidak ada kalajengking, tidak ada nyamuk, tidak ada lalat, bahkan karena saking bagusnya udara yang ada di negeri tersebut, sampai-sampai jika ada orang asing atau pendatang dari luar negeri masuk ke negeri Saba’ sedang kepalanya berkutu maka seketika itu kutunya langsung mati jika memasuki negeri Saba’(Lihat Ibnu Atsir, al-Kamil fi al-Tarikh, jilid 1, hlm. 88).

Mungkin riwayat ini sedikit berlebihan namun setidaknya mampu memberi gambaran betapa suburnya negeri tersebut.

Ibnu Abbas meriwayatkan dari Nabi Saw bahwa Saba’ adalah nama suatu kabilah dari kabilah-kabilah Arab yang menyebar dan tinggal di daerah bagian Yaman sekarang ini (Lihat at-Tirmidzi, al-Jami’ al-Kabir Jilid 5, No. Hadis 3222, hlm. 275).

Mereka mendirikan kerajaan yang dikenal dengan kerajaan Sabaiyyah, ibu kotanya bernama Ma’rib. Kemampuan sumber daya manusianya mampu membuat bendungan raksasa yang bernama “Bendungan Ma’rib”. Bendungan memberikan manfaat berupa subur dan makmurnya wilayah tersebut.

Tersedianya lahan pertanian dan bendungan sebagai sumber pengairan pada negeri Saba’ mampu menghasilkan berbagai macam tanaman dan tumbuhan sehingga hasil dari pertanian tersebut dapat diperjualbelikan baik dalam skala nasional maupun internasional.

Aktivitas perdagangan pada Negeri Saba’ ditunjang oleh lancarnya jalur perdagangan antar kabilah yang jaraknya berdekatan. Selain itu, kabilah Saba’ juga melakukan perdagangan internasional dengan sejumlah pusat peradaban kala itu. Antara lain ke Syam dan Gaza.

***

Berlangsungnya perdagangan, baik skala nasional maupun internasional sebagai salah satu sumber kesejahteraan bangsa ini, juga turut membantu meningkatkan kesejahteraan masayarakat Saba’ sebagai indikator negeri yang maju saat itu.

Dari ketiga faktor keberhasilan Negeri Saba’ di atas dapat dilihat adanya saling keterkaitan antara satu sama lain, yaitu adanya infrastruktur berupa bendungan untuk mengairi lahan pertanian yang kemudian menghasilkan berbagai macam jenis tumbuhan, selanjutnya hasil dari pertanian ini diperjual belikan dari skala nasional sampai skala internasional.

Baca Juga  Rasulullah dan Memuliakan Perempuan

Puncak kejayaan peradaban negeri Saba’ saat itu berada dibawah kepemimpinan Ratu Balqis. Dikisahkan di dalam Al-Qur’an bahwa ratu Balqis mengimani risalah yang dibawa oleh Nabi Sulaiman dan ia termasuk orang yang bertauhid (lihat selengkapnya di surah an-Naml: 38-44), begitupula seketika penduduk-penduduknya pun berbondong-bondong mengikuti ajaran Nabi Sulaiman yakni menyembah Allah. Ratu Balqis merupakan sosok wanita yang mempunyai pengaruh besar dalam dunia perpolitikan, bisnis, multitasking, dan sangat demokratis.

Sampai kurun waktu tertentu penduduk Saba’ masih tetap menyembah Allah Subhanahu wata’ala, namun pada akhirnya sepeninggal Ratu Balqis, penduduk Saba’ kembali murtad dengan menyukutukan Allah dan mengingkari peringatan para Rasul.

Dikarenakan keingkaran dan keangkuhan mereka, Allah timpakan kepada mereka azab berupa “Sailul Arim” (banjir yang dahsyat) yang dikarenakan kelalaian mereka menjaga bendungan hingga menyebabkan bobolnya bendungan Ma’rib sehingga menenggelamkan bangunan, ternak-ternak, serta seluruh tanaman-tanaman mereka. Kemudian setelah kejadian itu, negeri Saba’ menjadi kering dan kerajaanya menjadi hancur dan ditinggalkan. (lihat selengkapnya dalam Ibnu Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah, Juz 1, hlm. 202-210)

Ibrah dari Kisah Negeri Saba’

Negeri yang makmur juga bisa dimiliki oleh bangsa siapapun. Seandainya penduduk bangsa tersebut senantiasa bertakwa kepada Allah, tidak melakukan kesyirikan, dan selalu bersyukur atas nikmat dan karunianya, maka Allah akan memberikan berkah kepadanya. Allah berfirman dalam Q.S al-A’raf [7]: 96

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَٰتٍ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ وَلَٰكِن كَذَّبُوا۟ فَأَخَذْنَٰهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

Jikalau sekiranya penduduk negeri-Negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan(ayat-ayat kami)itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (Q.S. al-A’raf [7]: 96)

Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa Allah akan memberi peringatan kepada manusia yang senantiasa menyombongkan diri dengan kelebihan-kelebihan yang dianugrahkan kepada mereka dan bertindak sewenang-wenang maka mereka akan dihancurkan seperti halnya Kaum Saba’.

Baca Juga  Inilah 13 Jenis Sistem Perkawinan Arab Jahiliyah

Walaupun pada awalnya Saba’ dikenal sebagai Negeri yang makmur, sejahtera dengan berbagai kenikmatan yang melimpah namun itu tidak mampu mengantarkannya menjadi hamba yang bersyukur.

Kisah-kisah dalam Al-Qur’an semestinya memberikan pelajaran bagi semua kalangan, baik sebagai pemimpin maupun sebagai anggota masyarakat. Karena pemimpin yang adil dan masyarakat yang ideal berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan dan kemakmuran suatu bangsa.

Kisah tersebut diharapkan mampu membawa inspirasi bagi manusia sebagai anggota masyarakat, khususnya Indonesia yang kini sedang berusaha menciptakan model kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi obyektif di masyarakat.

***

Al-Qur’an telah memberikan peringatan bahwa ajal tidak hanya dimiliki oleh seorang individu tetapi juga kelompok masyarakat. Likulli ummatin ajalun (setiap ummat atau rezim mempunyai ajal).

Panjang atau pendeknya sebuah rezim menurut Al-Qur’an ditentukan seberapa jauh seorang pemimpin berpegang teguh kepada nilai-nilai ideal kemanusiaan dan kemasyarakatan, seperti yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul.

Kisah Negeri Saba’ yang diabadikan dalam Al-Qur’an mempunyai relevansi dengan kehidupan masa sekarang dalam hal kemajuan peradaban dunia. Di mana, negera-negeri di penjuru dunia berlomba-lomba memamerkan kekayaan negerinya masing-masing tanpa memperhatikan aspek spiritual sebagai kebutuhan dasar manusia.

Kisah tentang negeri Saba’ tidak menutup kemungkinan terulang kembali jika manusia kembali lalai dan tidak mensyukuri kenikmatan yang diberikan oleh Allah Subhanahu wata’ala.

Sebuah negara tidak cukup hanya dengan mengurusi masalah-masalah pembangunan ekonomi yang bisa membuat warga negaranya tercukupi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Hal yang juga harus mendapatkan perhatian setara, bahkan menjadi dasar pembangunan itu, adalah pembangunan spiritual mereka, sehingga sampai kepada pemahaman bahwa segala kesejahteraan yang mereka dapatkan adalah karunia Allah.

Karena itu, negara harus didesain sebagai perangkat yang bisa mengarahkan warganya untuk juga bisa memahami dari mana mereka berasal dan ke mana akan kembali.

3 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurusan Ilmu Hadis. Anggota Tim Redaksi Artikula.id, Pembina Literasisambas.org
Articles
Related posts
Tarikh

Hijrah Nabi dan Piagam Madinah

3 Mins read
Hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi merupakan salah satu peristiwa paling bersejarah dalam perkembangan Islam, yang…
Tarikh

Potret Persaudaraan Muhajirin, Anshar, dan Ahlus Shuffah

4 Mins read
Dalam sebuah hadits yang diterima oleh Abu Hurairah dan terdapat dalam Shahih al-Bukhari nomor 1906, dijelaskan terkait keberadaan Abu Hurairah yang sering…
Tarikh

Gagal Menebang Pohon Beringin

5 Mins read
Pohon beringin adalah penggambaran dari pohon yang kuat akarnya, menjulang batang, dahan dan rantingnya sehingga memberi kesejukan pada siapa pun yang berteduh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds