Feature

Mencari Keunikan Program Doktor Pendidikan UAD

5 Mins read

Pada Kamis (11/1/2024) kemarin, saya berkesempatan diundang oleh Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Ahmad Dahlan (FKIP UAD) untuk mendiskusikan arah pengembangan kurikulum Program Doktor Pendidikan FKIP UAD yang baru turun izin operasionalnya dalam kegiatan bertajuk “Sarasehan Melahirkan Pemikir Pendidikan Muhammadiyah”.

Kegiatan kemarin dibagi ke dalam dua sesi. Pertama, sesi paparan tentang bagaimana menghadirkan pemikir pendidikan di kalangan Muhammadiyah dan filsafat pendidikan Muhammadiyah dari empat pemantik: Dr. Mohamad Ali (UMS), Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan (UIN Sunan Kalijaga), Prof. Suyata, M.Sc., Ph.D. (UAD), dan Prof. Dr. M. Amin Abdullah (UIN Sunan Kalijaga). Kedua, sesi menggali masukan untuk pengembangan kurikulum Doktor Pendidikan FKIP UAD. Dikarenakan keterbatasan waktu, di sesi kedua kemarin saya belum sempat memberikan catatan dan masukan secara langsung. Maka melalui tulisan ini saya akan memberikan sedikit perspektif saya.

Komentar untuk Kegiatan Sarasehan

Sebelum memberi masukan terkait kurikulum termasuk di dalamnya mata kuliah yang bisa ditawarkan di Program Doktor Pendidikan FKIP UAD, saya ingin memberi komentar secara umum terkait kegiatan sarasehan kemarin terlebih dahulu, khususnya pemantik dan cakupan isu di sesi pertama.

Tanpa mengurangi rasa hormat, tentu keempat narasumber adalah sosok-sosok yang sangat kompeten menjelaskan tentang sejarah, filsafat pendidikan dan keilmuan pendidikan, serta strategi melahirkan pemikir Muhammadiyah. Namun menurut saya, pertama, sudut pandangnya masih homogen karena didominasi dari latar belakang keilmuan studi Islam dan manajemen pendidikan.

Sudut pandang pemantik akan lebih kaya perspektif jika ada narasumber lain yang dihadirkan berlatar belakang sains atau bidang yang lain. Hal ini bukan tanpa alasan, karena Muhammadiyah sudah punya praktik baik pengembagan pendidikan pesantren berbasis sains misalnya.

Kedua, asal perguruan tinggi pembicara juga kurang beragam. Perspektif dari Perguruan Tinggi Negeri (PTN) sepertinya juga harus dihadirkan. Bagaimanapun di PTN berbasis pendidikan, pengembangan program studi doktor pendidikan sudah lebih awal dikembangkan sehingga memiliki banyak pengalaman yang bisa dibagi.

Berikutnya perihal kurikulum Program Doktor Pendidikan FKIP UAD, saya setuju dengan berbagai masukan dari para undangan bahwa prodi ini harus menawarkan unique selling point (UPS). Dalam catatan saya, beberapa undangan yang hadir sudah memberikan masukan perihal pentingnya memasukkan unsur ekosentrisme, merawat perbedaan, pendidikan yang membebaskan, pendidikan holistik, gagasan pendidikan futuristik, integrasi multiple skill khas Rasul dan sahabat, landasan historis, bahkan pengkajian manuskrip atau naskah lama untuk menggali pemikiran pendidikan di masa lalu. Sayangnya, dari sekian masukan dari undangan belum ada yang secara konkrit menawarkan mata kuliah apa yang bisa ditawarkan untuk prodi ini, kecuali “pendidikan holistik”.

Baca Juga  Guru Mengaji yang Kurang Bersyukur!

Tawaran Saya untuk Program Doktor Pendidikan UAD

Secara konkrit saya ingin menawarkan mata kuliah khas yang bisa menjadi daya tarik Program Doktor Pendidikan FKIP UAD dibandingkan program lain. Saya ingin memberikan gambaran bagaimana jenama (branding) dan desain kurikulum di dua prodi doktor bidang pendidikan lain di perguruan tinggi lain di Yogyakarta, yang satu bagian dari PTM yakni Program Studi Psikologi Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PPI UMY) dan satu lagi adalah PTN yakni Program Studi Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta (IP UNY).

Saya mulai dari jenama. Jenama PPI UMY sangat spesifik. Dari nomenklatur yang dipilih, calon mahasiswa dan orang awam bisa memahami bahwa pengelola menawarkan bagaimana mengembangkan keilmuan pendidikan Islam yang didekati dengan pendekatan psikologi. Sedangkan di IP UNY, pengelola menawarkan pendekatan keilmuan yang teoritis dengan diksi “ilmu” di depan kata pendidikan. Lalu bagaimana dengan di UAD?.

Saya paham, pemilihan nomenklatur Program Studi Doktor Pendidikan di FKIP UAD yang tidak spesifik adalah sebuah pilihan logis untuk menjaring pasar mahasiswa. Hal tersebut sesuai dengan dua profil lulusan yang dipaparkan di awal sesi kemarin yakni menjadi pendidik profesional dan inovator pendidikan. Namun hal ini juga bisa menjadi boomerang dan kelemahan, karena prodi ini terkesan tidak memiliki kekhasan dari sisi jenama. Meskipun bisa jadi akan dijelaskan lebih spesifik dalam laman ataupun brosur, kesan prodi ini mengkaji sesuatu yang sangat umum dari bidang pendidikan yang sangat luas dapat dirasakan.

***

Berikutnya perihal kurikulum. Program Doktor PPI UMY mendesain kurikulumnya sebagai berikut. Dua semester awal adalah mata kuliah wajib dan pilihan. Selanjutnya dari semester tiga hingga enam adalah proses riset untuk disertasi. Mata kuliah wajib dan pilihan yang ditawarkan adalah Pengantar Psikologi atau Pengantar Studi Islam, Metodologi Penelitian, Psikologi dan Pendidikan dalam Qur’an dan Hadits, Filsafat Ilmu dan Pendekatan Studi Islam, dan Psikologi Lintas Agama dan Budaya. Sedangkan di semester dua, mata kuliah yang ditawarkan adalah Psikologi Pendidikan, Pendidikan Islam, Psikologi Islam, Kapita Selekta Psikologi Pendidikan Islam, dan Analisis Statistika Multivariat atau Penyusunan Skala Psikologi atau Analisis Data Kualitatif. Kekhasan mata kuliah di PPI UMY sangat terasa dengan pendekatan Islam dan psikologinya.

Baca Juga  Tiga Guyonan Orang Muhammadiyah untuk NU yang Nggak Lucu

Bagaimana dengan di IP UNY? Mereka membagi mata kuliah di kurikulumnya dalam mata kuliah pondasi, keahlian, pilihan konsentrasi, dan matrikulasi. Mata kuliah pondasi terdiri dari Filsafat Pendidikan, Metodologi Penelitian Pendidikan, dan Statistika. Sedangkan mata kuliah keahlian, di luar disertasi, terdiri dari Teori Pendidikan dan Persekolahan, Pendidikan Komparatif, Politik Pendidikan, Orientasi Baru Pedagogik, dan Kepemimpinan Pendidikan. Untuk mata kuliah konsentrasi, karena sangat ada kurang lebih 11 konsentrasi, saya mengambil contoh konsentrasi yang paling dekat dengan Doktor Pendidikan FKIP UAD yakni konsentrasi Ilmu Pendidikan Murni. Konsentrasi ini memiliki tujuh mata kuliah yakni Refleksi Pendidikan dalam Perspektif Historis, Pendidikan dalam Perubahan Sosial-Budaya, Pendidikan Multikultural, Pendidikan Berkeadilan, Hermeneutika, Epistemologi Kultural, dan Konfigurasi Pendidikan. Dari mata kuliah yang ditawarkan dapat dirasakan kekhasan teori ilmu pendidikan yang didiskusikan dari setiap perkuliahannya.

***

Bagaimana dengan Doktor Pendidikan FKIP UAD? Di luar mata kuliah yang sudah seharusnya diberikan karena prodi ini adalah Prodi Pendidikan, saya kira celupan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan harus ada meskipun tidak tampak dari jenama prodi ini. Saya mengusulkan dua mata kuliah yang harus dimasukkan dalam kurikulum yakni: Pendidikan dalam Perspektif Islam dan Praktik Baik Pendidikan Muhammadiyah.

Alasannya, di luar teori dan konsep universal dari pendidikan yang didapatkan dari mata kuliah lain, bagaimana Islam memandang pendidikan mulai landasan teori berdasarkan al-Qur’an dan hadits sampai perkembangan pemikiran pendidikan yang ditawarkan para pemikir muslim yang merentang dalam puluhan abad, harus diketahui mahasiswa.

Selain itu, pengalaman Muhammadiyah 111 tahun membangun masyarakat dan ummat salah satunya melalui pendidikan harus menjadi inspirasi dari mahasiswa. Banyak sekolah dan kampus Muhammadiyah yang bisa menjadi studi kasus. Stagnasi kemajuan pendidikan di lingkungan Muhammadiyah yang mungkin muncul juga harus bisa dipecahkan dan dicarikan solusi di mata kuliah ini.

Baca Juga  Abdul Munip: Lima Motif Penerjemahan Buku Bahasa Arab

***

Selain itu, sebagai fakultas tertua di UAD karena memang secara historis UAD bermula dari Institut Keguruan dan Ilmu (Ke)-Pendidikan (IKIP) dan memiliki guru besar terbanyak sehingga SDM sangat mumpuni, membuka konsentrasi lebih banyak barangkali menjadi pilihan yang bisa diambil dalam rangka mengakomodir pasar guru maupun innovator pendidikan sebagaimana yang tertuang dalam profil lulusan.

Satu konsentrasi yang tidak boleh terlewat ditawarkan menurut saya tentu saja Pendidikan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK). Inovasi pengajaran AIK di lingkungan pendidikan Muhammadiyah yang terdiri dari SD, MI, SMP, MTs, SMA, MA, SMK, SLB, pesantren, dan perguruan tinggi sudah seharusnya menjadi tanggung jawab seluruh eksponen di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah, tidak terkecuali Program Doktor Pendidikan FKIP UAD. Jika Prof M. Amin Abdullah menawarkan “Fresh Ijtihad”, maka di mata kuliah ini akan memunculkan konsep baru: “fresh AIK” atau “AIK Plus”, atau mungkin “AIK Terintegrasi” dan sebagainya yang selanjutnya bisa diimplementasikan di berbagai institusi pendidikan Muhammadiyah.

Doa terbaik untuk kesuksesan Program Doktor Pendidikan FKIP UAD. Semoga menjadi kawah candradimuka, tempat persemaian pendidik profesional dan inovator pendidikan yang menghasilkan pemikiran-pemikiran pendidikan untuk memajukan Indonesia dan dunia. Ada statement menarik dari salah satu undangan kemarin: “Jika tidak bisa jadi yang terbaik, maka jadilah yang berbeda.” Saya tidak sepenuhnya setuju, karena saya yakin Program Doktor Pendidikan FKIP UAD bisa menjadi yang terbaik sekaligus berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.

Editor: Soleh

Avatar
2 posts

About author
Dosen Prodi Bisnis Perjalanan Wisata UGM & Penulis Buku Filantropi Masyarakat Perkotaan
Articles
Related posts
Feature

Bukankah Dia Manusia?

3 Mins read
Potongan kalimat judul di atas, diambil dari potongan hadis ketika Nabi dan para sahabatnya sedang berbincang-bincang, dan seketika itu lewatlah pembawa jenazah…
Feature

Haji Rasul dan Polemik “Berdiri” Pembacaan Maulid Nabi di Minangkabau

3 Mins read
Diskursus polemik “berdiri” pembacaan Maulid Nabi ini mulai muncul kepermukaan masyarakat Minangkabau, ketika pada tahun 1914, kali pertama Abdullah Ahmad menerbitkan tulisannya…
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds