Perspektif

Mencegah Fenomena Hipokrisi di Pondok Pesantren

3 Mins read

Pondok (pesantren) secara umum diartikan sebagai lingkungan bersama sistem pembelajaran Islam pada Indonesia dengan edukasi-edukasi keagamaan, bahasa Arab dan seni belajar hidup mandiri pada usia yang dianggap belum matang. Pada lingkungan tersebut, dikenal pendidikan dengan tenaga pengajar sang mursyid (kyai) beserta talib (santri). Materi-materi familiar yang diajarkan berupa pembinaan karakter (akhlak) yang sesuai dengan kitab dan sunnah. Selain itu, diajarkan juga materi-materi umum guna membekali santri pada kehidupan mereka di kemudian hari. 

Di antara keunggulan pembelajaran dalam pondok pesantren yang tidak dijumpai pada lembaga lain ialah pendidikan akhlak. Secara umum, santri di pondok pesantren mengoleksi kriteria dan kebiasaan disiplin yang tinggi, sifat mandiri serta taat, dapat menghormati satu sama lain, sikap solidaritas yang tinggi, etos belajar serta kebiasaan hidup sederhana. Meski demikian, potensi santri untuk mengoleksi sifat tercela seperti intoleransi, pergaulan negatif, mementingkan diri sendiri, menyepelekan tanggungjawab dan sebagainya masih ditemukan dalam lingkungan tersebut. 

Definisi dan Faktor Hipokrisi

Dalam konteks kepemimpinan, kebiasaan negatif seperti membangkang serta meremahkan pengurus bahkan pemimpin pondok pesantren oleh oknum santri juga masih ditemukan. Studi lapangan membuktikan bahwa kebiasaan menaati peraturan di pondok pesantren tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Dalam bahasa ilmiah, fenomena tersebut (membangkang) dikenal dengan istilah hipokrisi”. Hipokrisi ialah sikap atau kebiasaan seseorang yang bertingkah menuntut nilai tertentu, padahal di balik nilai tersebut diindikasi sebuah penghianatan. 

Pengaruh santri berbuat demikian tidak lain disebabkan oleh beberapa unsur, seperti paksaan sosial, keterbatasan pengetahuan, permasalahan dalam kelompok, keterbatasan tauladan, ketamakan validasi dari kelompok lain serta kelemahan mengendalikan emosi.

Sekian kecenderungan tersebut menuntut sebuah indikasi bahwa, terdapat sebuah gangguan atau problematika pada kejiwaan (psikologi) mereka yang perlu ditangani segera. Dalam tulisan ini, penulis akan menguraikan kiat-kiat mengurangi fenomena pembangkangan tersebut.

Baca Juga  Niat Ibadah, Berujung Petaka

Fenomena Hiprokisi di Al-Qur’an

Selain teerdapat fenomena hiprokisi di Pondok Pesantren, Allah telah menerangkan terlebih dahulu fenomena hiprokisi umat terdahulu di dalam Al-Qur’an:

Kitab suci sebagai penuntun umat turut memberikan peran penting dalam menanggappi fenomena tersebut. Meskipun tidak disebutkan secara sertamerta, al-Qur’an tetap menghidangkan ayat-ayat yang mempunyai indikasi dengan fenomena hipokrisi. Dengan bahasa lokal, hipokrisi dalam al-Qur’an diistilahkan dengan term “munafik”. Adapun dalam beberapa surat, dijelaskan beberapa kelompok manusia yang membiasakan fenomena tersebut, antara lain:

1. Firman Allah Swt dalam Q. S Al-Baqarah [2]: 8-14, menguraikan tentang fenomena suatu kaum yang berikrar bahwa mereka telah beriman kepada Allah Swt dan hari Akhir padahal sebenarnya mereka tidak beriman. Kaum tersebut juga mengikrarkan bahwa, apabila diperintah agar tidak berbuat kerusakan, mereka menjelaskan bahwa kaumnya merupakan sekelompok orang yang berbuat kebaikan. Adapun hubungannya dengan psikologi, dijelaskan setelah ayat tersebut bahwa dalam hati mereka terdapat sebuah penyakit (yang) senantiasa ditambah Allah Swt

2. Firman Allah Swt dalam Q. S Al-Anfal [8]: 47, menguraikan tentang orang-orang musyrik yang keluar dari tempat tinggal mereka dengan tujuan riya’. Maksudnya, mereka berkeinginan agar mendapat validasi atau pernyataan “iya” dari suatu kaum, padahal ungkapan tersebut tidak sesuai dengan fakta yang terjadi. Sehingga, didapati adanya masalah pada jiwa (psikis) mereka tentang keadaan dan kondisi yang sedang dihadapi.

3. Firman Allah Swt dalam Q. S Al-Nisa’ [4]: 142, menguraikan sifat orang-orang munafik yang berusaha menipu Allah Swt. Implementasinya, mereka cukup malas jika dipanggil untuk mendirikan sholat serta sangat sedikit mengingat Allah Swt. Maksudnya, sholat yang selama ini didirikan ialah hanya sekadar riya’ kepada manusia. Sehingga, jiwa (psikis) mereka seakan-akan memiliki pandangan yang berbeda (bermuka dua), atau di hadapan manusia berbuat demikian dan di belakang mereka berbuat sebaliknya.

Baca Juga  Corona, Pangan, dan Lockdown Indonesia

Mencegah Hipokrisi di Pondok Pesantren

Sebagai solusi, penulis memaparkan beberapa kiat penting bagi pembaca guna ikut serta berperan mengurangi fenomena hipokrisi pada pondok pesantren, antara lain:

1. Memfokuskan pandangan pada pembelajaran agama yang dapat membentuk moral dan akhlak santri

2. Memfokuskan pemberian uswatun hasanah dari para guru kepada murid

3. Menghidupkan lingkungan pondok pesantren yang terbuka agar terjalin komunikasi yang baik antara murid dan guru

4. Mengajarkan nilai-nilai integritas (persatuan) pada santri

5. Mengenalkan sekaligus mengajarkan fenomena hipokrisi di pondok pesantren

Ajaran yang dikehendaki al-Qur’an memang tidak membahas fenomena hipokrisi secara langsung. Akan tetapi, dalam ajaran-ajaran tersebut disediakan sebuah indikasi dengan tegas bahwa fenomena demikian sudah didapati oleh kaum-kaum terdahulu.

Adapun kedatangan al-Qur’an dianggap sebagai pemberi hidayah dan penuntun umat Islam bersama dengan syariat-syariatnya yang lengkap dan kredibel bertujuan sebagai pemberi bekal yang disiapkan Al-Qur’an tersebut mampu mencegah bahkan menghilangkan budaya hipokrisi pada lingkungan pondok pesantren. Wallahu a’lam.

Editor: Assalimi

Muhammad Rafsanjani
7 posts

About author
Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an dan Sains Al-Ishlah
Articles
Related posts
Perspektif

Pemuka Agama di Era Sosialita: Antara Gila Hormat dan Praktik Komersialisasi Agama

3 Mins read
Belakangan ini, jagat maya dihebohkan oleh aksi Gus Miftah, seorang tokoh yang dikenal sebagai pendakwah flamboyan sekaligus utusan khusus presiden. Dalam sebuah…
Perspektif

Kecilnya Keterwakilan Perempuan di Tingkat Eksekutif: Komitmen Afirmasi yang Tidak Terealisasi

3 Mins read
Dalam visi misi dan kampanye publik pemilihan presiden kemarin, kita tentu ingat bahwa isu gender masuk ke dalam suatu topik khusus yang…
Perspektif

Cerita di Balik Gencatan Senjata Israel-Hisbullah

3 Mins read
Dunia bisa sedikit legah. Minggu lalu telah terjadi kesepakatan genjatan senjata antara Israel dan Hisbullah. Tentu menjadi harapan semua pihak hendaknya peperangan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds