Perspektif

Islam adalah Peletak Dasar Ilmu Kedokteran Modern

4 Mins read

Berbicara mengenai ilmu sains khususnya ilmu kedokteran modern, tentu tidak akan lepas dari negara-negara Barat atau Eropa yang selalu menjadi rujukan berbagai ilmu kesehatan, penelitian, dan ilmu-ilmu sosial sekalipun di seluruh dunia. Hal itu menjadi maklum adanya di zaman sekarang, karena hal tersebut merupakan hasil dari warisan leluhur mereka (imperialis Barat) yang meracuni pemikiran umat Islam yang mengatakan bahwa tiang dasar ilmu kedokteran adalah produk Barat bukan produk Islam. Lebih-lebih mereka telah mendoktrin para generasi muda kita dengan narasi bahwa “Jika umat Islam ini ingin maju, maka mereka harus berkiblat kepada Barat, dan bukan berkiblat kepada Ka’bah.”

Peradaban Islam dan Peradaban Barat

Namun demikian, perlulah kita merenungi dan memuhasabah diri khususnya kita sebagai umat Muslim apakah benar hal tersebut memang demikian kebenarannya. Terlebih dengan taglinenya jika ingin maju keilmuan sains dan ilmu kita, maka kita harus berkiblat kepada mereka (Barat)?.

Perlu kiranya dikritisi, bahwa jika kita menelisik secara seksama dari sisi sejarah, tentu peradaban Barat tidak akan pernah maju dan berkembang jika tidak adanya peradaban Islam di Andalusia (Spanyol). Hal tersebut sebagaimana disepakati oleh para pakar bahwa Andalusia “merupakan jembatan utama peradaban Islam dan pintu penting untuk proses transfer peradaban Islam di Eropa.” Dimana transfer itu mencakup berbagai bidang, baik dari segi pemikiran, sosial, ekonomi, sains teknologi dan tak terkecuali dari ilmu kedokteran itu sendiri.

Bahkan Ilmuwan Barat sendiri (Gustave Le Bon) mengakui secara obyektif bahwa “Begitu orang-orang Arab berhasil menaklukkan Spanyol mereka mulai menegakkan risalah peradaban di sana. Maka dalam waktu kurang dari satu abad mereka mampu menghidupkan tanah yang mati, membangun kota-kota yang runtuh, mendirikan bangunan-bangunan megah, dan menjalin hubungan perdagangan yang kuat dengan negara-negara lain. Kemudian mereka memberikan perhatian yang besar untuk mempelajari ilmu pengetahuan dan sastra, menerjemahkan buku-buku Yunani dan Latin, dan mendirikan universitas-universitas yang menjadi satu-satunya sumber ilmu pengetahuan dan peradaban di Eropa dalam waktu yang lama.”

Sumbangsih Peradaban Islam terhadap Ilmu Kedokteran Modern

Berkenaan dengan ilmu kedokteran modern, umat Islam bukan lah yang pertama kali menemukan, mempelajari dan mempraktekannya. Namun, ia telah diterapkan terlebih dahulu oleh bangsa Yunani dan Romawi. Meskipun demikian, umat Islam dengan semangatnya dan terus menambah segala sesuatu yang membawa manfaat, serta mencari hikmah darimana saja ia berada.

Baca Juga  Peran Perempuan dalam Pemberantasan Korupsi

Mereka mempelajari dan mengambil pengetahuan kedokteran dan pengobatan tersebut dari dua bangsa sekaligus, baik Yunani dari segi ilmu kedokterannya dan bangsa Romawi dari pengobatannya. Sehingga mereka dapat menerjemahkan karya-karya mereka di bidang kedokteran, dan peristiwa ini tercatat sebagai peristiwa paling besar sepanjang sejarah Bani Umayyah.

Kendatipun menerjemahkan dari karya-karya bangsa lain, akan tetapi mereka tidak menukil dan menerjemah daripada pada hasilnya. Namun lebih dari itu umat Muslim justru meluaskannya, memperbaiki pembahasannya, membenarkan kesalahannya dan meninggikan dengan ketinggian yang melimpah ruah dari keahlian maupun temuan mereka. Mereka juga sanggup merumuskan ilmu yang telah digunakan sebelum mereka itu dalam sejarah murni dan mulia.

Hal tersebut benar saja dengan digagasnya pertama kali spesialisasi ilmu kedokteran, seperti dokter spesialis mata dengan memberinya Kahalain (mata hitam), kemudian spesialis bedah, hijamah (bekam), spesialis penyakit wanita dan lain-lain. Bahkan, ketika sampai di masa keemasan Islam, yakni di masa Bani Abbasiyah kaum muslimin memperbarui cabang bidang kedokteran tersebut dan mereka juga meluruskan kesalahan para ilmuwan dulu sesuai dengan teori yang mereka temukan.

Ditambah lagi dengan berkembangnya bidang kedokteran penyakit mata dikalangan Muslim, yang mana lebih luas penemuannya daripada banga Yunani, bangsa Latin yang sezaman dengan mereka, begitu pula di abad-abad sesudah mereka tidak akan dapat mencapai ketinggian tersebut. Terlebih karya temuan mereka merupakan fakta utama selama beberapa abad lamanya, sehingga tidak mengherankan jika kebanyakan dari tulisan yang dirumuskan dalam bidang mata adalah hasil temuan kedokteran dunia Arab.

Dua Saintis Muslim Besar Islam

Sebut saja Ali bin Isa al-Kahal yang merupakan seorang dokter spesialis mata terbesar dalam abad pertengahan dengan keahliannya. Ia mengarang buku al-Tazdzkirah yang merupakan karya terbesarnya.

Baca Juga  Doa Ketika Memasuki Awal Tahun Baru Hijriyah

Selain itu, juga terdapat Saintis-saintis Muslim lain yang berkontribusi besar di bidang kedokteran. Sebut saja spesialis Bedah Abu Qasim Az-Zahrawi dan Ibnu Sina yang banyak memberikan sumbangsih bagi umat manusia, yaitu menemukan berbagai macam penyakit yang ada terus sampai sekarang.

Berikut saya paparkan biografi singkat keduanya:

Abu Qasim Az-Zahrawi

Az-Zahrawi termasuk salah seorang penemu pertama alat-alat bedah, seperti pisau bedah dan alat bedah. Dia juga meletakkan dasar dan rumus atau aturan bedah untuk mengikat organ tubuh untuk mencegah pendarahan. Ia membuat benang untuk menjahit bekas bedah, sehingga dapat menghentikan pendarahan agar lekas membeku.

Az-Zahrawi juga orang pertama yang menemukan teori pembedahan dengan menciptakan dan menggunakan suntik dan alat-alat bedah. Ia pun mendirikan tempat praktik dengan pemeriksaan statistik tempat melipat (memberikan tanda) yang menyerupai tempat cermin muka teleskop pada masa mendatang. Dia juga orang pertama yang menggunakan cermin muka (teleskop ringan).

Disebutkan dalam bukunya At-Tashrif Liman Ajiza’ an Ta’ lif yang diterjemahkan ke Bahasa Latin negara ltalia oleh Gerardo dengan sebutan Al-Tasrif. Bahkan seorang pakar ilmuan besar di bidang anatomi tubuh Hallery mengakuinya dan mengatakan “Seluruh pakar bedah Eropa sesudah abad ke-16 menimba ilmu dan berpatokan pada pembahasan ini (buku Az-Zahrawi).”

***

Ibnu Sina

Ibnu Sina telah memberikan kontribusi yang sangat berharga bagi manusia, mempersembahkan suatu temuan-temuan baru. Dialah yang menemukan berbagai macam penyakit yang ada terus sampai sekarang. Kemudian yang ditemukan pertama kali oleh Thufail, yaitu Ancylostoma atau dinamakan dengan usus melingkar, telah mendahului ilmuwan Italia bernama Dubaini sekitar 900 tahun.

Thufail-lah orang pertama yang menjelaskan sejenis radang penyakit otak. Dia juga orang pertama yang membedakan antara sakit lumpuh yang timbul karena sebab yang terdapat dalam otak, dan lumpuh sebagai akibat dari luar. Dia juga menjelaskan penyakit serangan jantung otak sebagai akibat banyaknya darah, berbeda dengan apa yang dijelaskan para pakar kedokteran Yunani kuno. Lebih jauh lagi, dialah orang pertama yang membedakan antara sesak usus buntu dan sesak biasa.

Baca Juga  Menuju 2050, Muhammadiyah Perlu Kompas Gerakan

Ibnu Sina juga pertama kali menemukan tata cara pengobatan pada sebagian penyakit-penyakit menular, seperti penyakit cacar dan penyakit campak. Penyakit ini menular melalui sebagian molekul-molekul (bakteri) yang hidup di air dan udara. Hal tersebut dikuatkan oleh ilmuwan Barat Van Liut Hook pada abad ke 18 bahwa:

“Ibnu Sina adalah orang pertama yang menemukan ilmu tentang parasit dan mempunyai kedudukan tinggi dalam dunia kedokteran modern. Dia orang pertama yang menjelaskan “radang otak pertama” dan membedakannya dengan “radang otak kedua”, yaitu radang otak dan penyakir penyakit lainnya semisal itu.”

Editor: Soleh

Ahmad Agus Salim
24 posts

About author
Mahasiswa Magister IAT Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Perspektif

Fenomena Over Branding Institusi Pendidikan, Muhammadiyah Perlu Hati-hati!

4 Mins read
Seiring dengan perkembangan zaman, institusi pendidikan di Indonesia terus bertransformasi. Arus globalisasi tentu memainkan peran penting dalam menentukan kebutuhan pendidikan di era…
Perspektif

Hakim, Undang-Undang, dan Hukum Progresif

3 Mins read
Putusan hakim idealnya mengandung aspek kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Dalam implementasinya tidak mudah untuk mensinergikan ketiga aspek tersebut, terutama antara aspek kepastian…
Perspektif

11 Kategori Pengkritik Jurnal Terindeks Scopus, Kamu yang Mana?

2 Mins read
Dalam amatan penulis, ada beberapa kategori pengkritik jurnal terindeks scopus. Dalam tulisan ini, setidaknya ada 11 kategori yang saya temui. Berikut ulasan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *