Pada dasarnya, mode hidup manusia itu living with the enemy. Manusia hidup dengan sesuatu yang keberadaannya tidak dikehendaki dan tidak disenangi. Penyakit, virus, banjir, gunung meletus, tanah longsor, nafsu yang merusak, dan seabrek hal-hal lain yang kehadirannya diharapkan tidak ada, malah mengiringi langgam hidup manusia sejak masa silam.
Fakta ini tidak dapat dibantah, apalagi menghilangkannya agar hajat hidup manusia menjadi lebih aman dan nyaman. Manusia tidak memiliki kuasa untuk melakukan itu. Paling banter, manusia hanya dapat memprediksi dan menyiapkan segala kebutuhan kala sesuatu yang tidak dikehendaki dan tidak disenangi ini datang. Mungkin jika diterjemahkan menjadi semacam latihan mengantisipasi bencana lebih dini.
Biografi, Karya, dan Para Guru Ibnu Hajar al-Asqalani
Namun itu saja tidak cukup jika tidak dibarengi dengan kualitas pengetahuan manusia, bahwa di masa silam ternyata bencana, penyakit, atau wabah serupa juga pernah terjadi. Kendati konteksnya hari ini mungkin lebih kompleks dan kerusakannya juga mungkin lebih parah.
Berkaitan dengan itu, ada banyak tokoh yang merekamnya ke dalam sebuah literatur, salah satunya Ibnu Hajar al-Asqalani. Seorang ulama Islam yang kapasitas keilmuannya diakui sampai hari ini.
Ia lahir pada 773 H/1372 M di Fustat, Kairo dan wafat pada 852 H/1448 M. Semasa hidupnya, ia telah memproduksi sekitar 270 kitab –jumlah yang jauh lebih banyak dari usianya- yang hari ini masih bisa diakses, dikaji, dan dikembangkan oleh umat Islam.
Ada banyak guru Ibnu Hajar al-Asqalani yang mempengaruhi perkembangan intelektual serta produktifitasnya dalam berkarya, yang hampir semua gurunya merupakan ahli pada bidang keilmuan tertentu.
Beberapa nama gurunya antara lain Abu Ishaq Ibrahim bin Ahmad at-Tanukhi al-Ba’albaki (ahli qiraat), Az-Zain al-‘Iraqi (ahli hadis dan pakar fikih Syafi’i), Nuruddin al-Haitsami, Al-Balqini, Majduddin al-Fairuz Abadi (ahli bahasa), Al-‘Izz bin Jama’ah, dan lain-lain.
Ibnu Hajar al-Asqalani juga mendokumentasikan biografi guru-gurunya tersebut dalam kitabnya al-Majma’ al-Mu’assas bi al-Mu’jam secara alfabetis. Ia membaginya menjadi dua bagian, yakni guru yang mengajarinya ilmu hadits secara riwayat dan dirayah. Selain itu, ia juga mengklasifikasikannya menjadi lima kelompok berdasarkan ketinggian derajat guru-gurunya.
Seputar Kitab Badzl al-Ma’un fi Fahdl ath-Thaun
Nah, adapun kitabnya Badzl al-Ma’un fi Fahdl ath-Thaun, Ibnu Hajar al-Asqalani memberi terang pada umat Islam khususnya berkaitan dengan apa itu wabah dan taun, penyebabnya, jejak historis umat Islam dalam menghadapinya, serta keutamaan atau hikmah yang terdapat pada tiap musibah.
Kitab ini mulai ditulis pada tahun 819 H/1416 M, namun urung rampung pada tahun itu juga. Baru sekitar 15 tahun kemudian berhasil diselesaikan (hlm. xiii). Belakangan kitab ini telah dialihbahasakan ke Indonesia dengan tajuk Kitab Wabah dan Taun dalam Islam.
Sebagai ulama hadits, Ibnu Hajar al-Asqalani mengawali kitab ini juga dari hadits. Sabda Nabi Muhammad, “ ‘Kemusnahan umatku adalah dengan taun dan serangan.’ Seseorang bertanya, ‘Wahai Rasulullah, tentang serangan kami sudah mengetahuinya, lantas apakah taun itu?’ Beliau menjawab, ‘Serangan musuh-musuh kalian dari bangsa jin, dan pada masing-masing ada kesyahidan.’ ”
Hadits di atas menjadi titik berangkat yang kemudian memicu ragam pengetahuan berkaitan dengan taun dan wabah. Bahwa taun terjadi karena adanya serangan dari bangsa jin melahirkan saling silang argumentasi dari ulama terdahulu. Beberapa ulama ada yang berpendapat bahwa definisi taun merupakan penyakit yang menyerang banyak orang dan dapat mengakibatkan kematian. Penyakit itu menyerang tenggorokan atau peradangan di dalam tubuh sehingga membuat sesak nafas (hlm. 38). Definisi tersebut lebih dekat dengan penjelasan medis, kendati tidak menafikkan adanya sebab jin.
Beberapa ulama lainnya memberi penjelasan adanya jin sebagai penyebab taun. Ibnu Hajar al-Asqalani memberi penjelasan berkaitan dengan kuatnya sanad hadits ini (hlm. 48), meski ada juga yang statusnya dhaif karena perawinya kacau. Karena disebabkan oleh jin, di dalamnya kita juga bisa menemukan beberapa doa sebagai penangkalnya yang saya rasa sampai hari ini masih relevan untuk diamalkan. Minimal itu menjadi tanda bahwa manusia memang memerlukan pertolongan-Nya melalui doa, selain berupaya dengan medis.
***
Jamak juga ditemukan berbagai atsar yang dapat menjadi penegasan bahwa taun memang serangan dari jin. Syarif Syihabuddin bin Adnan (juru tulis atau katib di Kairo) bercerita bahwa suatu ketika ia akan menjenguk seseorang yang sedang sakit. Kemudian ia mendengar suara tusuk dia, disusul dengan sahutan jangan, siapa tahu ia berguna bagi orang lain. Kamu tusuk saja mata kudanya. Ketika Syarif Syihabuddin bin Adnan menoleh ke arah sumber suara, ia tidak menemukan orang di situ. Namun saat melanjutkan perjalanannya ia menemukan seekor kuda yang ditangkap dan mata kudanya hilang tanpa ada bekas pukulan pada kulitnya (hlm. 97-98).
Kitab ini juga merekam cerita Umar bin Khaththab yang batal mendatangi Syam setelah mendengar wabah muncul di sana. Keputusan Umar ini dipertanyakan oleh Abu Ubaidah bin Jarah karena telah dinilai melarikan takdir dari Allah. Namun keputusan Umar diambil berdasarkan sabda Nabi Muhammad yang disampaikan oleh Abdurrahman bin Auf, “Apabila kalian mendengar itu (wabah) terjadi di suatu tempat, maka janganlah kalian datangi tempat itu; dan apabila itu (wabah) terjadi di suatu tempat yang kalian sedang berada di situ, maka janganlah kalian keluar untuk melarikan diri darinya.” (hlm. 185).
Kitab yang telah dialih bahasakan menjadi setebal 396 halaman ini juga telah dilengkapi dengan tanya jawab seputar wabah pandemi Covid-19. Wabah yang belakangan menyerang manusia di mana pun dan siapa pun. Melalui alih bahasa, kitab ini juga menjadi tidak berjarak dengan pembaca, meski awam sekalipun. Saya rasa keberadaan kitab ini patut menjadi salah satu literatur yang tidak dapat ditinggalkan saat menulis artikel, penelitian, diskusi, bahkan debat yang berkaitan dengan taun dan wabah. Begitu.
Judul : Kitab Wabah dan Taun dalam Islam
Penulis : Ibnu Hajar al-Asqalani
Penerjemah : Fuad Syaifudin Nur
Penerbit : Turos Pustaka
Cetakan : Oktober 2020
Tebal : 396 halaman
ISBN : 978-623-7327-42-4
Editor: Yahya FR