Tarikh

Menelusuri Dinamika Sastra dalam Sejarah Islam

3 Mins read

Dinamika sastra dalam sejarah Islam memang harus diakui telah memberikan inspirasi di kalangan pemikir, seniman, maupun ulama’. Estetika dari setiap karya pun, sastrawan Islam selalu membuka pemikiran untuk kepercayaan mereka terhadap Allah Swt. yang layak diyakini (Khaerunnisa, dkk, 2020: 32).

Maka dari itu, sastra Islam terkenal di belahan dunia, meliputi negara Arab hingga no-Arab, terutama negara Barat pada umumnya. Pengenalan pembaca terhadap sastra Islam, dapat dilihat melalui puisi (qasidah), novel Arab, bahkan masuk dalam kategori masterpiece.

Seperti Qasidah Burdah dan kisah Alfu wa Laylah. Kedua karya sastra Arab-Islam ini begitu banyak memberi pengaruh, yaitu: mengilhami kelahiran produk sastra dunia. Sehingga, dengan mudah mendapat apresiasi yang luar biasa dari pembaca-pembaca sastra di dunia (Anwar, dkk, t.th: 76).

Dari persoalan di atas, tulisan ini membahas bagaimana dinamika sastra dalam sejarah Islam. Untuk memaparkan rumusan masalah tersebut, secara sistematis terbagi menjadi tiga pembahasan, meliputi: sastra zaman Rasulullah Saw, Dinasti Umayyah, dan Dinasti Abbasiyah.

Sastra Zaman Rasulullah Saw

Masyarakat Arab Jahiliyah dikenal memiliki karakter yang radikal, keras, dan licik. Maka, ketika Islam datang, tentu sastra merupakan ciri khas pembangkit kehidupan masyarakatnya. Sehingga, Islam gencar memurnikan sifat kehidupan mereka bahkan tiada satu pun di antara para penyair kala itu yang berani melawan firman Allah Swt.

Seluruh kalangan dari sastrawan Quraisy melontarkan ejekannya kepada Nabi Muhammad Saw sebagai balasan terhadap sastra Islam. Pada fenomena itu, secara garis besar tidak menyerang dengan singgungan terhadap berhala, dan tidak menolak kelebihan-kelebihan Islam. Dengan demikian, dapat dikatakan jika sastra di zaman Rasulullah Saw telah melangkah kepada strategi baru.

Sastrawan Quraisy hanya mendobrak dengan cara menyombongkan keturunannya. Kenyataan ini ditunjukkan oleh Rasulullah Saw ketika menyuruh Hasan bin Tsabit, berikut sabdanya: “pergilah kepada Abu Bakar, karena ia lebih mengerti kekurangan suatu kaum.” Sahut Abu Bakar dan berkata: “bagaimana kalian mencela orang Quraisy, sedangkan aku termasuk di antaranya?”

Baca Juga  Sastra Pers dan Gerakan Islam di Era Kebangkitan Nasional

Lebih lanjutnya, Hasan berkata: “saya mohon kepadamu sebagaimana para sastrawan mengambil seutas rambut dari adonan.” Dari perkataan tersebut, mengandung makna bahwa Hasan akan bisa mencela mereka (sastrawan Quraisy) secara strategis, tetapi tidak sampai dengan celaan parah yang mengakibatkan pertempuran (Dahlan, 1999: 49).

Dari sini jelas, sesungguhnya sastrawan pada zaman Rasulullah Saw sama halnya dinamika sastra di zaman Jahiliyah. Sebagaimana memiliki tujuan menyerang Rasulullah Saw secara lisan dengan ejekan dan caci maki. Fanatisme terhadap kabilahnya, masih tidak bisa dihilangkan dari budaya masyarakat Quraisy, sehingga banyak di verbalisasi ke dalam karya sastra.

Sastra Zaman Dinasti Umayyah

Dalam periodisasi sejarah sastra, disebutkan bahwa zaman Dinasti Umayyah dikategorikan ke dalam era sadr al-islam (masa permulaan Islam). Pada zaman ini kesusasteraan Arab mengalami perkembangan yang dinamis, hal itu disebutkan karena pengaruh bahasa Al-Qur’an dan hadis. Selain itu, sastra dipergunakan untuk penyampaian ajaran agama, baik melalui syair maupun prosa.

Berbeda dari zaman Rasulullah Saw, perkembangan kesusasteraan Arab di zaman Dinasti Umayyah dilatarbelakangi oleh lima faktor (Ismatullah, 2014: 74-75), yaitu:

  1. Munculnya berbagai aliran politik dan sekte agama yang berimplikasi pada perekrutan sastrawan sebagai pembela keyakinan bagi masing-masing kelompok. Di sini kemudian terdapat adu retorika yang berubah menjadi verbal contest (pertikaian).
  2. Banyaknya peperangan yang terjadi di seluruh negeri menyebabkan para sastrawan mengabadikannya dalam bentuk puisi secara detail, bahkan sebagian terlibat di dalamnya.
  3. Besarnya perhatian para khalifah Dinasti Umayyah terhadap puisi. Bahkan, beberapa khalifah adalah seorang sastrawan, hingga pengkritisi puisi yang kompetitif.
  4. Menghidupkan kembali fanatisme kesukuan dan bertujuan mengunggulkan diri sendiri dengan pengagungan dan menjatuhkan lawan dengan satire. Maka, terjadilah pertikaian antara Bani Rabi’ah dan Bani Mudar, serta Bani Qais dan Bani Tamim. Hal itu dilokalisir dalam pasar al-Marbad di Basrah dan pasar al-Kinasah di Kuffah.
  5. Adanya politik asas manfaat relasional. Penguasa memanfaatkan penyair sebagai alat propaganda dengan puisi-puisinya, sementara penyair mendapatkan fasilitas mewah selama mampu berkompetisi dengan verbal contest dalam syair maddah (pujian) dan hija’ (ejekan).
Baca Juga  Buya Hamka: Menulis Berarti Menggubah untuk Mengubah

Dari lima faktor di atas kemudian memunculkan tema-tema sastra. Misalnya, muncul tema al-syi’r al-siyasah (syair politik) di Irak, atau genre syair didominasi tema maddah (pujian) di Syam. Namun, hanya ada tiga tema sastra yang tetap bertahan eksistensinya era Dinasti Umayyah, meliputi tema al-siyasiy (politik), naqa’id (polemik), dan syi’r al-ghazal (cinta).

Sastra Zaman Dinasti Abbasiyah

Era Dinasti Abbasiyah dipandang sebagai zaman keemasan di semua bidang kehidupan, meliputi politik, agama, ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Zaman keemasan Dinasti Abbasiyah pada keanekaragam bidang tersebut membawa kemajuan dalam kesusasteraan. Maka, tak salah jika para sastrawan bermunculan sebagai ekspresi implementatif dari bidang bahasa.

Terdapat empat faktor yang menjadi penyebab terjadinya perkembangan sastra pada zaman Dinasti Abbasiyah. Pertama, stabilitas politik. Kedua, kemajuan sektor ekonomi (kesejahteraan sosial masyarakat). Ketiga, berkembangnya sistem pendidikan. Keempat, apresiasi masyarakat dan pemerintah yang tinggi terhadap karya sastra (Mukammiluddin, 2017: 96).

Salah satu sastrawan terkenal zaman Dinasti Abbasiyah adalah Abu Nawas. Ia sebelumnya disebut penyair fasik, karena pernah mengubah puisi yang berisi tentang kebanggaannya meminum khamr. Ia adalah sastrawan yang jenius. Hal itu terbukti dengan karya syi’ir Abu Nawas yang popular hingga detik ini, yaitu al-I’tiraf dan Diwanu Abu Nawas.

Selain sya’ir, prosa juga berkembang pesat di zaman Dinasti Abbasiyah, dan tokoh yang terkenal kala itu adalah Ibn al-Muqaffa. Faktor berkembangnya prosa, yaitu kebudayaan Islam yang kian meluas sehingga mendapat ilmu dari bangsa lain, serta lamanya kepemimpinan Abbasiyah membuat semakin kompeten terhadap ketetapan pada pikiran dan bacaan (Zarawaki, 2022: 67).

Terakhir, jika dilihat karateristiknya, ciri khas sastra zaman Dinasti Abbasiyah terdapat pada perluasan gaya kebahasaan dan memunculkan makna holistik. Misalnya, Abu Nawas dengan kecenderungannya menggunakan majas hiperbola dan litoles dalam syi’ir al-I’tiraf. Kemudian Ibn al-Muqaffa yang lebih menggunakan majas perumpamaan dalam prosa Kalilah wa Dimnah.

Kesimpulan

Baca Juga  Ibnu al-Muqaffa, Sastrawan dan Penerjemah Karya Asing Era Abbasiyah

Dari pembahasan di atas, telah diketahui dinamika sastra dalam sejarah Islam. Mulai dari zaman Rasulullah Saw, Dinasti Umayyah, dan Dinasti Abbasiyah. Dinamika sastra dalam sejarah Islam, mengalami perubahan secara signifikan karena ada tekanan budaya yang melatarinya.

Editor: Soleh

M. Zulfikar Nur Falah
22 posts

About author
, Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an dan Sains Al-Ishlah
Articles
Related posts
Tarikh

Hijrah Nabi dan Piagam Madinah

3 Mins read
Hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 Masehi merupakan salah satu peristiwa paling bersejarah dalam perkembangan Islam, yang…
Tarikh

Potret Persaudaraan Muhajirin, Anshar, dan Ahlus Shuffah

4 Mins read
Dalam sebuah hadits yang diterima oleh Abu Hurairah dan terdapat dalam Shahih al-Bukhari nomor 1906, dijelaskan terkait keberadaan Abu Hurairah yang sering…
Tarikh

Gagal Menebang Pohon Beringin

5 Mins read
Pohon beringin adalah penggambaran dari pohon yang kuat akarnya, menjulang batang, dahan dan rantingnya sehingga memberi kesejukan pada siapa pun yang berteduh…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds