Skema Ingatan
Menghafal Al-Qur’an – Pada dasarnya, skema ingatan manusia ada tiga, sensory memory, short-term memory, dan long-term memory. Sensori memori adalah awal bagi otak kita mendapatkan informasi. Informasi didapatkan karena adanya stimulus yang didapat oleh indra kita.
Contohnya, ketika kita merasakan permukaan dengan indra peraba kita. Kita bisa merasakan apakah permukaan tersebut halus atau kasar. Untuk sensory memory ini, kapasitasnya sangat terbatas. Yaitu hanya saat indra mendapatkan stimulus dari informasi.
Jika sudah tidak mendapat stimulus dari informasi, maka akan langsung dilupakan atau melanjutkan ke memori jangka pendek. Memori jangka pendek memiliki keterbatasan dalam kapasitas. Karena itu, tidak dapat bertahan lama. Sedangkan memori jangka panjang, memiliki kapasitas yang lebih besar.
Perbedaan Kapasitas Memori Jangka Pendek dan Memori Jangka Panjang
Namun, sebelum sampai ke memori jangka panjang, harus melewati sensori memori dan memori jangka pendek. Memori jangka pendek dan memori jangka panjang memiliki perbedaan dalam kapasitasnya (Kalat, 2009).
Perbedaan kapasitas tersebut juga memengaruhi seberapa lama kita bisa mengingat suatu hal. Karena, memori jangka panjang mampu mengingat lebih panjang daripada memori jangka pendek.
Tentu membutuhkan usaha-usaha lebih agar bisa tersimpan dengan lama. Misalnya dengan terus mengulang-ulang hal yang ingin diingat. Namun perlu dipahami bahwa jika ingatan sudah masuk ke dalam memori jangka panjang, bukan berarti ingatan tersebut akan bertahan lama. Bisa saja kemudian terlupakan karena suatu hal.
Walaupun memori jangka pendek mempunyai batasan dalam kapasitasnya tetap saja memegang peranan yang penting dalam menghafal Al-Qur’an. Dalam sebuah jurnal yang ditulis Setiyo Purwanto (1999), dijelaskan bahwa memori jangka pendek memiliki pengaruh signifikan dalam proses menghafal.
Semakin tinggi daya ingatnya, semakin cepat pula dalam proses menghafal. Ini menandakan bahwa semua jenis memori memiliki peranan dalam proses menghafal. Mengoptimalkan semuanya mambantu kita untuk bisa lebih cepat menghafalkan Al-Qur’an.
Tentu dalam proses menghafal, juga menemui berbagai macam kesulitan. Seringkali perhatian atau fokus para penghafal mudah sekali teralihkan oleh hal-hal yang tidak penting. Ini berkaitan erat dengan regulasi diri para penghafal Al-Qur’an.
Regulasi diri para penghafal Al-Qur’an dipengaruhi oleh keikhlasan dan kelurusan niat, tujuan yang ditetapkan, aspek-aspek motivasional, karakteristik kepribadian, ketersediaan sumber-sumber dukungan, dan pemaknaan pada proses yang dijalaninya (Chairani & Subandi, 2010).
Empat Metode Menghafal (Al-Qur’an)
Dalam menghafal juga ada beberapa cara yang biasa digunakan. Menurut Zuairini dan Abdul Ghofir (2004) dalam Yusron Masduki (2018), ada empat metode menghafal:
a. Merefleksi. yakni memperhatikan bahan yang sedang dipelajari, baik dari segi tulisan, tanda bacaannya dan syakalnya.
b. Mengulang, yaitu membaca dan atau mengikuti berulang-ulang apa yang diucapkan oleh pengajar.
c. Meresitasi, yaitu mengulang secara individual guna menunjukkan perolehan hasil belajar tentang apa yang telah dipelajar.
d. retensi, yaitu ingatan yang telah dimiliki mengenai apa yang telah dipelajari yang bersifat permanen.
Pada point b berkaitan erat dengan memori sebagai alat bantu kita dalam mengingat. Salah satu cara agar ingatan mampu tersimpan dalam memori jangka panjang adalah mengulang-ulangnya.
Karena saat individu mengulang-ulang hafalannya, otak akan merespon bahwa apa yang dia ulang adalah hal yang penting. maka akan cepat dialihkan ke dalam memori jangka panjang agar mampu bertahan dalam waktu yang lama.
Pengaruh Hafalan ke Sisi Psikologis
Hafalan juga memiliki pengaruh kepada sisi psikologis. Menurut Yusron Masduki (2018), setidaknya ada 6 faktor yang berpengaruh:
Pertama, sebagai obat galau, cemas, resah, gundah gaulana.
Kedua, untuk ketenangan jiwa, kecerdasan spiritual, emosional dan intelengensi, serta mendukung prestasi belajar.
Ketiga, dapat meredam kenakalan remaja dan tawuran.
Keempat, akan mendapat pernghormatan yang sangat tinggi dihadapan Allah dan Rasul-Nya. Kelima, sebagai obat bagi siapa saja yang membaca dan menghafal Al-Qur’an.
Keenam, untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Maka tidak mengherankan jika para penghafal Al-Qur’an memiliki psikologis yang lebih terkontrol dan kecerdasan yang lebih tinggi. Karena memang itu semua adalah hal yang bisa didapatkan saat menghafal Al-Qur’an.
Editor: Yahya FR