Feature

Mengintip Masjid Zhujianglu di Kota Nanjing

3 Mins read

Masjid Zhujianglu

Nanjing adalah salah satu kota di Tiongkok yang telah memiliki sejarah panjang dengan agama Islam. Selama saya tinggal di Nanjing sejak tahun 2017 saya telah mendapati sedikitnya ada lima buah masjid yang berdiri elegan di kota ini, salah satunya adalah masjid yang telah diceritakan oleh saudara Anang Masduki dalam https://ibtimes.id/mengenal-masjid-cheng-ho-di-nanjing/ .

Rata-rata masjid di kota Nanjing, dan Tiongkok pada umumnya, merupakan bangunan yang sudah berusia ratusan tahun karena telah didirikan sejak masa kekaisaran dinasti-dinasti muslim terdahulu di zaman Tiongkok klasik.

Meski sudah berusia ratusan tahun jangan ditanya kualitas layak guna serta kemewahan interiornya, pemerintah Tiongkok memberikan perlindungan dan service maksimal terhadap keberadaan masjid-masjid tersebut.

Dari sekian jumlah masjid di kota Nanjing, dalam tulisan ini saya ingin membahas sebuah masjid yang bernama 吉兆营南真寺 (baca: jízhàoyíngnánzhēnsì), akan tetapi mahasiswa internasional di Nanjing termasuk yang berasal dari Indonesia lebih sering memanggil masjid ini dengan nama Zhujianglu, karena masjid ini berada di sekitaran sebuah jalan yang bernama Zhujiang (珠江路, baca: Zhūjiānglù).

Disamping itu, kata Zhujianglu lebih mudah diucapkan dari pada nama aslinya. Masjid Zhujianglu ini berada di tengah-tengah kota Nanjing, sangat dekat dengan kampus saya, hanya sekita 10 menit jika saya kesana menggunakan sepeda.

***

Yang membedakan masjid Zhujianglu dengan masjid-masjid lainnya di kota Nanjing adalah; Jika masjid-masjid lain di kota Nanjing dibangun oleh para kaisar muslim Tiongkok di zaman klasik, maka masjid Zhujianglu ini dibangun di era modern, hasil kerjasama negeri-negeri muslim.

Maka tidak heran jika di bagian depan masjid ini terpampang lambang negeri-negeri muslim seperti Indonesia, Malaysia, Pakistan, Arab Saudi, dan lain-lain. Desainnya pun terlihat lebih kekinian.

Baca Juga  Wardah, Lazismu, dan Ponpes KHA Dahlan Sipirok

Secara desaian masjid ini cukup unik, dalam setiap lorong anak tangganya terpajang sejarah perkembangan Islam di Tiongkok sejak zaman-zaman awal hingga hari ini. Lantai dasar didesain untuk ruang-ruang seperti  pertemuan, kesekretariatan dan keamanan.

***

Di lantai dasar ini lah umat muslim yang berada di kota Nanjing sering melakukan buka puasa bersama, sebuah momen yang tentu sangat sulit dilupakan. Ketika momen buka puasa bersama ini berlangsung lah suasana keakraban dan pengetahun baru muncul, sering saya menjalin pertemanan dengan mahasiswa dari negara lain yang bersekolah di kampus-kampus yang berbeda dengan saya ketika sedang buka bersama seperti ini. Tegur sapa itu terkadang bermula dari hal lucu, dengan tidak bisanya salah seorang dari mereka ketika harus menggunakan sumpit misalnya.

Lantai kedua digunakan untuk shaf yang biasa digunakan oleh para jamaah laki-laki, dan lantai “dua setengah” digunakan oleh jamaah perempuan. Iya betul, shaf dua setengah (2,5), saya tidak salah tulis.

***

Tempat yang biasa digunakan oleh jamaah perempuan ini terhubung dengan ruang shaf laki-laki akan tetapi tempatnya sedikit lebih tinggi kira-kira satu meter, dan pintu masuknya ada di pertengahan tangga menuju lantai tiga. Unik membayangkannya? Kalau begitu suatu hari kamu harus datang ke Nanjing dan berkunjung ke masjid ini. Satu lagi yang unik, salah satu sudut lantai dua ini, lantainya terbuat dari kaca lho, kalau kebagian shaf disitu jangan khawatir, kacanya kuat kok.

Kemudian di lantai ketiga adalah tempat kamar mandi dan ruang wudhu bagi para jamaah (laki-laki dan perempuan dipisah). Ok ada beberapa hal yang unik di lantai tiga; Pertama, kalau ingin mandi harus tap kartu elektrik dulu, jika hanya ingin buang air kecil sudah disediakan teko-teko kecil untuk menampung air dari kran wudhu yang akan digunakan untuk bersuci setelah selesai buang hajat.

Baca Juga  Tarawih di Masjid Sayyidah Nafisah, Guru Perempuan Imam Syafi’i

Kedua, kran air bisa disetelah mau berwudhu pakai air dingin atau panas. Ketiga, ada handuk-handuk kecil yang tergantung, bisa digunakan untuk mengelap kaki selesai berwudhu agar tidak basah sehingga nyaman ketika saat mau memakai sepatu lagi menuju ruang sholat di lantai bawah, ingat ya handuk itu untuk mengelap kaki jangan digunakan untuk mengelap wajah.

***

Selesai menggunakan handuk kecul tesebut langsung masukkan kedalam dalam ember atau kedalam mesin cuci yang telah disediakan, jangan digantung lagi. Oh iya selama berada di lingkunga masjid wajib memakai alas kaki kecuali saat masuk ruang sholat, kalau merasa ribet karena memakai sepatu jangan khawatir karena di lantai tiga masjid telah menyediakan banyak sandal karet yang bisa digunakan untuk umum.

Keempat, ada pengumuman berbahasa Indonesia hasil penerjemahan mesin translator yang berbunyi SILAKAN HEMAT AIR. Yes, pengumuman itu hanya ditempel dalam Bahasa Indonesia, bukan dengan Bahasa inggris atau Bahasa mancanegara lainnya. Konon warga negara kita paling boros air kalau berwudhu, kadang tidak menutup kran dengan rapat.

Lantai empat adalah ruang atap terbuka, bisa digunakan untuk sholat jika shaf dilantai kedua dan dua setengah telah penuh, sebenarnya sholat di lantai empat ini sangat nyaman, namun jika suhu sedang panas ekstrim atau dingin ekstrim hindari sholat di lantai empat ini.

Dibagian halaman masjid terdapat rak dan gantungan yang memperkenankan siapa saja yang ingin mendonasikan barnag-barangnya dipersilakan untuk memajangnya disitu, dan siapa saja yang merasa membutuhkan dipersilakan untuk mengambilnya, masih menjadi satu rangkaian dengan masjid, terdapat minimarket halal yang senantiasa diserbu oleh umat muslim dari berbagai negara khususnya setelah sholat jumat.

Baca Juga  Isra' Mi'raj: Peristiwa Dahsyat di Luar Nalar Manusia

Banyak cerita yang kami, seluruh mahasiswa muslim dari berbagai negara, ukir di masjid ini. Cerita yang akan senantiasa kami ingat dan kami kennag selalu. Inya allah kalua masih ada kesempatan akan saya buat tulisan mengenai masjid-masjid lainnya di negeri tirai bambu.

Editor: Yahya FR

Avatar
3 posts

About author
Dosen Universitas Ahmad Dahlan | Kandidat Ph.D di Nanjing Normal University | Ketua PCIM Tiongkok - Regional Nanjing
Articles
Related posts
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…
Feature

Jembatan Perdamaian Muslim-Yahudi di Era Krisis Timur Tengah

7 Mins read
Dalam pandangan Islam sesungguhnya terdapat jembatan perdamaian, yakni melalui dialog antar pemeluk agama bukan hal baru dan asing. Dialog antar pemeluk agama…
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds