Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat kondisi guru di Indonesia, nasibnya masih tak menentu. Kalau kondisinya masih memprihatinkan, bagaimana bisa menjadi guru hebat?
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Mu’ti ketika melakukan kunjungan kerja ke SMK Negeri 1 Batam, Provinsi Kepulauan Riau beberapa waktu lalu berpesan, untuk menjadi guru hebat, ada tiga hal yang harus dimiliki: Pertama, guru yang hebat harus memiliki kompetensi yang kuat, termasuk kemampuan leadership atau kepemimpinan.
Kedua, guru hebat harus adaptif terhadap perkembangan teknologi dan karakter siswa; dan ketiga, guru hebat harus memenuhi jam pelajaran guru yang meliputi kegiatan tatap muka, bimbingan konseling, pelatihan dan peningkatan kualitas guru, serta keaktifan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah (Kompas.com, 15/11/2024).
Kondisi yang Kurang Mendukung
Meskipun banyak guru telah menunjukkan dedikasi luar biasa, masih terdapat beberapa kondisi yang kurang mendukung untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pertama, adanya kesenjangan kompetensi. Tidak semua guru memiliki kemampuan pedagogis, profesional, dan sosial yang memadai. Data menunjukkan bahwa hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) masih berada di bawah standar ideal. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan pelatihan dan pengembangan kompetensi secara berkelanjutan.
Kedua, adanya beban administratif yang menyita waktu. Banyak guru menghabiskan waktu untuk tugas administratif, seperti laporan pembelajaran, sehingga waktu untuk mendalami materi dan metode pengajaran menjadi terbatas.
Ketiga, kesejahteraan yang jauh dari memadai. Gaji guru di bawah gaji office boy bukan isu, tapi fakta. Kesejahteraan, terutama bagi guru honorer, masih menjadi isu besar. Gaji yang rendah sering kali tidak sebanding dengan tanggung jawab yang mereka emban, memengaruhi motivasi dan performa mereka di kelas.
Keempat, minimnya fasilitas dan dukungan teknologi. Di banyak daerah, terutama di wilayah terpencil, keterbatasan fasilitas belajar mengajar masih menjadi kendala utama. Padahal, teknologi dapat menjadi alat penting dalam proses pembelajaran modern.
Beberapa Syarat Menjadi Guru Hebat
Dengan sejumlah masalah yang dihadapi, bukan berarti tertutup harapan untuk melahirkan guru-guru yang hebat. Guru yang hebat bukan hanya sekadar penyampai materi, melainkan inspirator, fasilitator, dan pembimbing bagi siswa. Selain tiga syarat yang sudah disampaikan menteri, untuk menjadi guru hebat sebagaimana yang kita harapkan, ada beberapa syarat lain harus dipenuhi.
Pertama, memiliki kompetensi yang komprehensif. Guru hebat memiliki penguasaan kuat terhadap bidang keilmuannya (kompetensi profesional), kemampuan pedagogis untuk menyampaikan ilmu dengan cara menarik dan efektif, serta kepribadian yang menjadi teladan bagi siswa.
Kedua, berorientasi pada pengembangan karakter. Selain mentransfer pengetahuan, guru hebat membangun karakter siswa, seperti kejujuran, tanggung jawab, kerja sama, dan cinta terhadap ilmu.
Ketiga, menjadi motivator dan inspirator. Guru hebat adalah yang mampu memotivasi siswa untuk terus belajar, berpikir kritis, dan mengembangkan potensi mereka sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki sehingga punya kemauan yang kuat untuk meraih mimpi dan cita-citanya.
Langkah Strategis Menjadi Guru Hebat
Untuk melahirkan guru-guru yang hebat, diperlukan sinergi antara pemerintah, institusi pendidikan, masyarakat, dan guru itu sendiri. Berikut adalah langkah-langkah strategis yang seyogianya ditempuh: Pertama, peningkatan mutu pelatihan dan pendidikan guru. Program pelatihan berkelanjutan sangat diperlukan, termasuk pelatihan berbasis teknologi dan penguatan pedagogi. Pemerintah dan lembaga pendidikan harus menyediakan akses pelatihan dengan kurikulum yang relevan dengan kebutuhan zaman.
Kedua, peningkatan kesejahteraan guru. Penghargaan finansial dan non-finansial harus diberikan secara layak kepada guru. Langkah ini bukan hanya untuk meningkatkan motivasi, tetapi juga untuk menjaga martabat profesi guru sebagai pekerjaan mulia.
Ketiga, penyederhanaan beban administratif. Penggunaan teknologi administrasi, seperti aplikasi manajemen pembelajaran, dapat mengurangi beban guru dalam mengelola tugas administratif, sehingga mereka dapat lebih fokus pada pengajaran.
Keempat, penguatan komunitas dan jejaring. Guru dapat berbagi pengetahuan, pengalaman, dan strategi melalui komunitas guru baik di tingkat lokal maupun nasional. Ini menciptakan budaya belajar bersama dan meningkatkan mutu pendidikan secara kolektif.
Kelima, peningkatan fasilitas sekolah. Pemerintah harus memastikan ketersediaan fasilitas pendidikan yang layak, termasuk akses teknologi, sehingga guru dapat mengoptimalkan proses pembelajaran. Dan masih banyak langkah-langkah strategis lainnya yang disa ditempuh untuk melahirkan guru-guru yang hebat sesuai harapan masyarakat.
Profesi guru adalah fondasi utama bagi kemajuan bangsa. Seiring perkembangan zaman, tuntutan terhadap peran guru terus meningkat, terutama dalam menyiapkan generasi penerus yang kompeten, berkarakter, dan adaptif terhadap perubahan.
Menjadi guru hebat adalah proses berkelanjutan yang membutuhkan dedikasi, dukungan, dan kerja sama dari berbagai pihak. Guru harus terus belajar dan berinovasi untuk memberikan pendidikan terbaik bagi siswa. Sementara itu, pemerintah dan masyarakat harus memberikan perhatian lebih terhadap kebutuhan guru, baik dalam aspek kesejahteraan maupun pengembangan kompetensi. Dengan demikian, guru hebat dapat menjadi motor utama bagi terciptanya generasi unggul yang akan membangun masa depan bangsa.
Editor: Soleh