Tafsir

Mental Kepiting dalam Al-Qur’an

3 Mins read

Crab Mentality atau Mental Kepiting adalah ketidaksukaan terhadap kesuksesan yang akan dicapai orang lain. Oleh karena itu jika diilustrasikan, saat salah satu di antara kepiting tersebut berusaha keluar dari ember, kepiting lainnya berusaha menahan kepiting tersebut agar tidak keluar.

Fenomena ini sungguh sangat banyak kita jumpai di sekitar kita, bahkan bisa jadi orang terdekat kita atau sahabat kita sendirilah justru yang iri melihat kita sukses maupun keberhasilan kita, atau jangan-jangan kita sendirilah yang justru iri kepada orang lain dan bermental kepiting.

Lantas, seperti apa pendapat Al-Qur’an mengenai fenomena ini? Atau sebenarnya hal ini sudah Al-Qur’an jelaskan? Mari kita diskusikan.

Penyebab Mental Kepiting adalah Dengki

Sebelum membahas mental kepiting, mari kita usut dulu ternyata awal mulanya disebabkan oleh rasa iri/dengki.

Berikut ayat Al-Qur’an yang berkaitan

أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَىٰ مَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ ۖ فَقَدْ آتَيْنَا آلَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَآتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيمًا ﴿٥٤﴾  فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ بِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ صَدَّ عَنْهُ ۚ وَكَفَىٰ بِجَهَنَّمَ سَعِيرًا ﴿٥٥﴾

Artinya: Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. (54) Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada orang-orang yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) dari beriman kepadanya. Dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya. (55) (QS. An-Nisā’: 54-56)

Thabari menjelaskan bahwa ayat ini merujuk pada kaum Yahudi, di mana mereka iri atau dengki dengan kabilah Arab yang telah diberi karunia oleh Allah, lebih jelasnya mereka benci terhadap Nabi Muhammad SAW atas kenabiannya tidak sebatas itu saja, tapi mereka juga mencegah orang lain dalam beriman.

Baca Juga  Fadhilah Sholat Tahajud: Kandungan Surat Al-Isra' Ayat 79

Dalam pendapat lain disebutkan bahwa mereka iri dengan nabi Muhammad lantaran Nabi bebas menikahi wanita mana yang beliau kehendaki dan dalam hal ini Allah membolehkan Nabi Muhammad.

Sedang, bagi mereka Muhammad hanya orang lapar dan haus dengan perempuan dan tidak ada keinginan kecuali menikahi para wanita (Tafsir Thabari [6]: 222).

Sedang Asy-Syaukani berpendapat bahwa ayat ini menunjukan adanya sifat dengki kepada Nabi Muhammad atas kenabian, pertolongan dan penaklukan musuh. (Tafsir Fathul Qadir [1]: 734)

Seluk Beluk Sifat Dengki dan Mental Kepiting

Ar-Razi mengemukakan bahwa dengki tidak akan ada kecuali adanya kelebihan atau karunia. Maka sekalin besar dan banyak karunia yang diterima seseorang maka akan sekin besar pula rasa iri maupun dengki bagi para pendengki (Tafsir al-Kabir Wa Mafatih al-Ghaibi [10]: 137).

Al-Khazin menambahkan bahwa tujuan dengki (hasud) adalah berharap agar nikmat yang dimiliki/dinikmati oleh orang lain itu hilang termasuk dengan berupaya menghilangkan nikmat tesebut dari orang lain (Tafsir al-Khazin [1]: 389).

Selain itu Wahbah Zuhaili berpendapat bahwa orang-orang yang dengki ini tidak ingin ada kaum lain yang melebihi mereka. Mereka berharap bahwa anugerah hanya turun untuk mereka saja. Mereka sangat egois dan pendengki (Tafsir al-Munir [3]:126).

Imam Qurthubi menjelaskan bahwa dengki adalah dosa pertama yang dilakukan dalam bermaksiat kepada Allah di langit, yaitu kedengkian iblis kepada Nabi Adam yang menyebabkan iblis diusir dar surga begitu pula dengki adalah dosa pertama di muka bumi, yaitu kedengkian Qabil kepada Habil (Tafsir Qurthubi [2]: 765).

Apa Yang Orang Dengkikan dari Orang lain.

Maksud dari ayat فَقَدْ آتَيْنَا آلَ إِبْرَاهِيمَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَآتَيْنَاهُمْ مُلْكًا عَظِيمًا Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar.”.

Kami telah memberikannya kepada keluarga Ibrahim, sanak, kerabat, dan pengikut agamanya.

Baca Juga  QS Al-Isra' 86: Benarkah Al-Qur'an Akan Lenyap dari Muka Bumi?

Abu Ja’far menjelaskan bahwa ayat ini itu sedang mengilustrasikan orang yahudi yang telah dengki terhadap orang-orang yang diberikan karunia oleh Allah, karena mereka tidak termasuk golongan yang diberikan karunia. Bagaimana mereka tidak dengki terhadap keluarga Ibrahim yang telah diberikan al-Kitab pada mereka?

Dalam penggalan ayat ini, ada dua hal menjadikan iri/dengki yaitu:

Pertama karena Nabi diberikan al-kitab, artinya kitab yang Allah wahyukan kepada mereka, itu sama seperti lembaran atau ṣuḥuf yang diberikan kepada Ibrahim dan Taurat kepada Musa, dan Zabur kepada Daud serta semua kitab yang telah diberikan kepada mereka.

Kedua mereka dengki karena karunia Allah pada Nabi Ibrahim berupa kerajaan yang besar. Maksudnya adalah kenabian. Dan maksud lain adalah kehalalan atas para wanita.

Seperti kedengkian kepada Nabi Muhammad atas menikahi banyak wanita, yang padahal hal serupa juga telah Allah bolehkan pula pada Nabi terdahulu, seperti Daud, Sulaiman, dan lainnya (Tafsir Thabari [6]: 223).

Ar-Razi menjelaskan bahwa karunia Allah berupa kitab adalah isyarat adanya penetapan syariah, sedangkan karunia berupa hikmah adalah isyarat atas rahasia-rahasia hakikat Allah, inilah yang disebut sebagai kesempurnaan Ilmu.

Sedangkan kerajaan yang agung disebut sebagai kesempurnaan kekuasaan  (Tafsir al-Kabir Wa Mafatih al-Ghaibi [10]: 137).

Respon Orang atas Karunia Allah: Beriman atau Bermental Kepiting

Asy-Syaukani menjelaskan bahwa arti dari ayat فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ بِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ صَدَّ عَنْهُ adalah diantara keluarga Ibrahim ada yang beriman kepada Ibrahim, dan ada juga yang menghalangi orang lain untuk beriman kepadanya. Dalam pendapat lain maksudnya adalah beriman kepada Nabi Muhammad dan selain itu mengingkari kebenaran Nabi Muhammad serta para nabi-nabi lain. (Terjemah Tafsir Fathul Qadir [1]: 895)

Baca Juga  Mengenal Dekat Tafsir Marah Labid Karya Syekh Nawawi al-Bantani

Wahbah Zuhaili menjelaskan bahwa arti وَمِنْهُمْ مَنْ صَدَّ عَنْهُ dalam berdakwahnya para Nabi mendapatkan orang-orang yang menentang dan bahkan menghalangi para Nabi untuk mengajak orang-orang beriman (Tafsir al-Munir [3]:126)

Fenomena menentang dan mencegah orang lain untuk beriman inilah yang disebut sebagai mental kepiting.

Ancaman Bagi Orang Yang Bermental Kepiting

وَمِنْهُمْ مَنْ صَدَّ عَنْهُ ۚ وَكَفَىٰ بِجَهَنَّمَ سَعِيرًا

Ibnu Katsir (Tafsir Ibnu Katsir[2]: 334) dan Ath-Thabari (Tafsir Thabari [6]: 229) sependapat bahwa ayat diatas menjelaskan dengan sangat jelas orang-orang yang mencoba untuk mencegah orang lain untuk beriman maka akan diganjar masuk ke dalam neraka Jahannam.

Wahbah Zuhaili berpendapat bahwa orang yang iri apalagi mencegah orang lain mencari kebenaran (bermental kepiting) itu jika tidak mendapatkan siksa di dunia, maka sudah pasti mereka akan mendapatkan siksa paling buruk di neraka Jahannam yang apinya menyala-nyala (Tafsir al-Munir [3]:133).

Jika kita kaitkan dengan kehidupan kita, ada dua respond atas keberhasilan kita.

Pertama orang yang percaya dan mendukung kita.

Kedua orang yang iri/dengki bahkan bermental kepiting yang mencoba menjatuhkan kita agar kita tidak keluar menuju kesuksesan dan tetap pada zona kegagalan sama seperti mereka.

Demikian sajian singkat diatas, meskipun singkat semoga bermanfaat.

Ramdhan Yurianto
1 posts

About author
Mahasiswa Studi Islam UIN WALIONGO SEMARANG
Articles
Related posts
Tafsir

Apakah Allah Bisa Tertawa?

4 Mins read
Sebagaimana menangis, tawa juga merupakan fitrah bagi manusia. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Najm [53]: 43 mengenai kehendak-Nya menjadikan…
Tafsir

Kontroversi Tafsir Ayat Pernikahan Anak dalam Qur’an

4 Mins read
Pernikahan, yang seharusnya menjadi lambang cinta dan komitmen, kerap kali terjebak dalam kontroversi. Salah satu kasus terbaru yang menarik perhatian publik adalah…
Tafsir

Sepintas Sejarah Gagasan Tafsir Modern di Indonesia

4 Mins read
Pada subbab yang ditulis oleh Abdullah Saeed berjudul “The Qur’an, Interpretation, and the Indonesian Context” merupakan bagian dari bukunya Saeed sendiri, yaitu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds