Akhlak

Mental Seorang Juru Dakwah

5 Mins read

Saya mengucapkan selamat kepada teman-teman yang sudah memilih profesi dakwah sebagai jalan ibadahnya. Dengan demikian, Allah sudah mengangkat derajat Anda sebagai khairukum uhrijat linnas (Anda adalah sebaik-baik umat manusia yang telah dilahirkan). (Qs. Al Imran 110).

Rasulullah juga memerintahkan kepada umatnya untuk untuk ber-tabligh (menyampaikann Al-Islam) walaupun satu ayat demi satu ayat. Juga diperintahkan untuk menyampaikan cerita/riwayat Bani Israil sebagai argumen atas materi dakwahnya itu. Puncaknya, Rasulullah juga mengingatkan pada juru dakwahnya agar tidak melakukan kedustaan dengan sengaja dengan mengatasnamakan Rasulullah (kisah/riwayat dusta). Beliau  bersabda;

بلِّغُوا عَنِّي ولَوْ آيَةً، وحَدِّثُوا عنْ بَنِي إسْرَائيل وَلا حَرجَ، ومنْ كَذَب علَيَّ مُتَعمِّداً فَلْيتبَوَّأْ مَقْعَدهُ مِنَ النَّار

Sampaikanlah petunjuk dariku meskipun satu ayat dan ceritakanlah tentang Bani Israil dan tidak mengapa. Dan barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja, hendaknya dia menempatkan tempat duduknya dari api neraka.” (HR. Bukhari Muslim).

Mental juru dakwah adalah mental seorang mujahid yang tangguh, minimal dimiliki oleh para pengurus masjid, yaitu lam yakhsya illa Allah (وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ ) tidak punya rasa takut kecuali kepada Allah) (QS.At_Taubah: 18).

Pengertian Dakwah

Dari segi etimologi, dakwah yaitu berasal dari bahasa Arab yang merupakan bentuk masdar dari kata “دعا” “يدعو” dan “دعوة” yang berarti menyeru, memanggil, dan mengajak (Yunus, 1989: 127).

Dalam hal ini, dakwah ditunjukkan dengan berbagai term kata yang merujuk ke satu arti atau istilah yang sama sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an antara lain yaitu:

Surah Ali Imran ayat 104: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.

Secara syar’i dakwah berarti menyerukan atau mengajak umat untuk mengajak masuk ke dalam agama Islam atau melaksanakan syariat agama Islam dengan sebenar-benarnya. Kegiatan utama dakwah adalah menyuruh manusia untuk berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar.

Juru dakwah adalah orang yang bertugas atau menekuni profesi dakwah. Juru dakwah itu antara lain ulama, da’i, ustaz, mublaigh, takmir masjid, pemuda masjid/mushala, pengurus/anggota organisasi Islam, dan lain-lain. Pendeknya, semua umat Islam memunyai kewajiban melakukan dakwah. 

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan bahwa: Kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. (Ali Imran: 110). Barang siapa yang memiliki sifat tersebut dari kalangan umat ini, berarti dirinya termasuk orang yang terpuji melalui ayat ini.

Baca Juga  Mengenal Jejak Dakwah Digital Habib Ja'far Al Hadar

Hati-hati Ulama Suu’

Ulama suu’ adalah ulama jahat dan ahli ibadah yang sesat yang mirip dengan Yahudi dan Ar-Ruhban (ahli ibadah pendeta Nasrani) tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? (Al-Maidah: 63), suka memakan harta orang dengan cara yang batil, menghalang-halangi manusia dari jalan Allah, menyimpan emas berlian, dan tidak menafkahkan di jalan Allah (tidak berzakat, bersedekah, dan berinfak).

Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk apa yang telah mereka kerjakan itu. (Al-Maidah: 63)

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari al-Akhbaru (orang-orang alim Yahudi) dan ar-Rahibani (rahib-rahib) Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih (Qs. At-Taubah: 34).

Kalau perilaku tokoh-tokoh agama/ulama/ahli dakwahnya saja sudah seperti itu, lalu umatnya akan seperti apa lagi? Coba bayangkan.

Celaan Terhadap Juru dakwah

Jadilah Engkau pema’af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada Allah[590].  (Qs.Al A’raf:199-200)

Ini akhlak dasar juru dakwah, yaitu pemaaf, suka menyuruh berbuat ma’ruf, dan berpaling dari orang bodoh, serta berlindung kepada Allah jika sekira akan tergoda setan. Berpaling itu adakalanya dengan meninggalkannya, dan adakalanya dengan mengabaikannya. Tidak menghiraukan perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan yang mereka lakukan karena kebodohan mereka, serta melewati mereka dengan sikap sebagai orang yang mulia.

Banyak nabi/ulama/juru dakwah yang dimusuhi oleh keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Kita bisa melihat pada perjuangan Nabi Nuh. Nabi Nuh mendapat perintah Allah untuk membuat kapal besar sebagai sarana dakwah, tapi justru ditentang masyarakat, anak, dan juga istrinya.

Akhirnya, tetangga, anak, dan istrinya yang tidak taat itu terhanyut bahaya banjir bandang. Demikian pula Nabi Luth, yang tidak mau mengikuti tradisi budaya masyarakatnya yang sudah rusak karena akhlak seksualnya. Kota Sodom dan Gumorah dihancurkan Allah.

Baca Juga  Pak AR, Potret Dakwah yang Penuh Cinta

Banyak dari kalangan para juru dakwah yang dimusuhi dan dikucilkan oleh para penguasa. Nabi Ibrahim ketika masih muda, dibakar hidup oleh Raja Namrut karena dakwahnya. Nabi Musa dengan suku Bani Israilnya, juga dikejar-kejar Raja Fir’aun sampai menyebrangi Laut Merah. Dan di Laut Merah itu, Raja Fir’aun dihabisi Allah.

Kritik, saran, dan nasihat para juru dakwah ditolak oleh para penguasa karena tidak sesuai dengan cara adat tatacara pengelolaan negara yang mereka ikuti. Seperti yang dialami oleh Abu Hasan Az-Zahid.

Hubungan Ulama/Juru Dakwah dengan Umara

Al-Qur’an memberi gambaran bagaimana hubungan ulama dan umara:

  1. Hubungan yang saling mendukung. Hubungan saling mendukung terdapat dalam Surat Yusuf ayat 47-48. Nabi Yusuf kala itu mengimbau agar rakyat Mesir untuk menanam gandum secara baik selama tujuh tahun berturut-turut. Semua hasil panen selama tujuh tahun itu haruslah disimpan dalam bentuk gabah agar tak membusuk. Rakyat Mesir bahkan diminta hanya mengambil gandum untuk kebutuhan sehari-hari keluarga saja. Intinya, mereka diminta untuk berhemat. Pemerintah Mesir pun mengikuti imbauan Nabi Yusuf. Raja Mesir bekerja keras agar semua rakyat melaksanakan imbauan utusan Allah itu. Walhasil, rakyat Mesir selamat dari bahaya kelaparan yang mengintai.
  2. Hubungan berujung ulama khianat, terdapat dalam dalam Surat Al-A’raf (7) ayat 175-176.   Ulama Yahudi itu bernama Bal’am bin Ba’ura’. Ia diperintahkan Nabi Musa untuk menyebarkan agama Yahudi daerah yang bernama Madyan. Sesampainya di sana, Bal’am mendapat sambutan yang sangat ramah dari Raja Madyan. Bahkan, Bal’am disediakan tempat tinggal yang lengkap dengan semua perabotan dan seorang pembantu. Tujuan sang raja adalah membiarkan Bal’am beristirahat terlebih dahulu sebelum melaksanakan perintah Nabi. Namun, Bal’am ternyata terlena dalam pelukan kemewahan. Ia berubah pendirian. Alih-alih menyebarkan ajaran Nabi Musa, ia malah mengikuti agama Raja Madyan.
  3. Hubungan sang Umara berkhianat, tidak mau menerima saran, bahkan juru dakwah dimusuhi, dianggap radikal, dianggap teroris sehingga harus dihukum. Kisah ini terjadi setelah zaman Rasulullah wafat. Seorang pemimpin bernama Ahmad bin Thaalun walinya Mesir. Dia telah membunuh 18 ribu rakyatnya dengan hukuman tidak diberi makan sampai mati. Seorang ulama bernama Abu Hasan Az-Zahid (Abu Hasan yang zuhud). Beliau mau mengamalkan sebuah hadis Rasulullah.
Baca Juga  Komitmen NU & Muhammadiyah dalam Melindungi Kelompok Minoritas dan Terpinggirkan
***

Rasululullah bersabda:

افضل لجهاد كلماة الحكبم عندا  صلطان ضالم

“Sebaik-baik jihad adalah menasihati seorang pemimpin yang zalim”.

Abu Hassan Az-Zihad mendatangi rumah Sultan Mesir. Diketuk pintu rumahnya untuk bertemu empat mata, dan berkata, “Hai Sultan, bertakwalah kamu kepada Allah, wahai Ahmad bin Thalun! Kamu telah menghukum 18 ribu rakyatmu, tidak engkau beri makan mereka, sampai mati. Besok kamu akan disidang oleh Allah SWT, Takutlah kamu kepada Allah SWT.”

Raja Ahmad bin Thalun marah, dipegang krah baju ulama itu, disuruh ikat, mau dibunuh. Mau disajikan kepada harimau peliharaannya yang lapar. Maka rajapun mengumumkan keputusan tersebut kepada rakyatnya.

Maka orang pun berdatangan dari berbagai golongan hendak menyaksikan prosesi hukuman itu.  Ada yang pro, ada yang kontra. Tak bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Abu Hasan didudukkan dalam kandang macam dalam posisi diborgol. Kemudian Raja melepaskan salah satu harimau peliharaannnya yang paling besar dan lapar. Harimau itu mengaum-ngaum marah.  Pelan-pelan, harimau mendekati Abu Hasan.

Tiba-tiba nampak ada keraguan pada langkah harimau itu, beberapa kali ia maju mundur, seperti ada yang melarangnya. Para penonton banyak yang berteriak histeris melihat peristiwa itu.

***

Harimau itu memantapkan hati, pelan-pelan itu mendekati Abu Hasan Az-Zuhud. Abu Hasan acuh saja, ia tidak mau melihat harimau lapar itu. Harimau itu menjilati dan menciumi tubuh Abu Hasan Az-Zuhud. Beliau diam saja, tidak mengacuhkan hal  itu. Tidak ada ekspresi takut pada wajahnya. Ia memang sudah pasrah, tidak perlu ada yang dia takuti selain Allah. Kalau dia ditakdirkan mati dimakan hariamau tentu itu akan terjadi. Tetapi dia masih ditakdirkan hidup, harimau itu pasti tidak akan menganggunya.

Ternyata, harimau itu kemudian pelan pelan meninggalkan Abu Hasan Az-Zahid. Harimaua itu tidak mau menyantapnya. Kemudian raja Ahmad bin Thalun, mendekati Abu Hasan Az-Zuhdi, dan bertanya: “Apakah kamu tidak takut kepada harimau lapar?”Abu Hasan Az-Zuhdi menjawab: “Tidak. Harimau adalah mahkluk Allah, sama seperti saya. Saya hanya takut kepada Allah dan azabnya.”

“Apa yang kau pikirkan saat harimau itu menjilati tubuhmu?” tanya Raja, “Saya hanya berfikir dalam hal fiqih, bagaimana hukumnya air liur harimau ini? Apakah itu najis atau tidak?” Masya Allah.

Editor: Yahya FR
Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Akhlak

Mentalitas Orang yang Beriman

3 Mins read
Hampir semua orang ingin menjadi pribadi yang merdeka dan berdaulat. Mereka ingin memegang kendali penuh atas diri, tanpa intervensi dan ketakutan atas…
Akhlak

Solusi Islam untuk Atasi FOPO

2 Mins read
Pernahkan kalian merasa khawatir atau muncul perasaan takut karena kehilangan atau ketinggalan sesuatu yang penting dan menyenangkan yang sedang tren? Jika iya,…
Akhlak

Akhlak dan Adab Kepada Tetangga dalam Islam

3 Mins read
Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis berikut ini: مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds