Perspektif

Menumbuhkan Sikap Tolong Menolong dalam Menghadapi Wabah Covid-19

4 Mins read

Wabah covid-19 ini ternyata juga menguji sejauh mana kepekaan kita terhadap korban dari bencana global ini. “Korban” di sini maksudnya dalam makna yang luas, baik korban dari penularan virus covid-19 ini maupun “korban” lain akibat dampak dari musibah ini, seperti kesulitan mata pencaharian yang membuat bertahan hidup menjadi semakin sulit. Sikap peka terhadap sesama ini pernah dipesankan oleh Rasulullah saw.

Sebagaimana yang diriwiyatkan oleh Imam Muslim dari Nu’man ibn Basyir, Rasulullah saw. memberi perumpamaan orang mukmin satu dengan yang lainnya ibarat satu tubuh, jika satu dari bagian tubuhnya sedang sakit maka bagian tubuh lainnya juga akan merasakan sakit. Ajaran yang sangat menyentuh. Kepekaan itu akan menumbuhkan sikap tolong-menolong antar sesama.

Allah swt. memerintahkan manusia untuk senantiasa tolong menolong antar sesama. Ini termaktub dalam Q.S. Al-Maidah [5]: 2 “Saling tolong menolonglah kamu dalam kebajikan dan takwa”. Ini berarti tolong-menolong antar sesama merupakan kewajiban. Kewajiban ini membawa konsekuensi positif yang luar biasa. Banyak keutamaan yang terkandung dalam sikap tolong menolong. Tolong menolong terhadap sesama itu tidak hanya mendatangkan kebahagiaan bagi orang lain, tetapi juga mendatangkan kebahagiaan untuk diri sendiri. Sungguh suatu sunnatullah yang sangat istimewa.

Dalam sebuah hadis, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda “Siapa yang melapangkan satu kesempitan dari seorang yang beriman, maka Allah akan melapangkan baginya satu kesempitan di akhirat. Siapa yang memudahkan urusan orang yang dalam kesulitan, maka Allah akan memudahkan kesulitannya di dunia dan akhirat. Siapa yang menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah selalu menolong dan memberi perlindungan kepada hambaNya selama hambaNya itu selalu menolong dan memberi perlindungan kepada saudaranya”. Alangkah indahnya ajaran agama ini.

Baca Juga  Menghadapi Quarter Life Crisis: Pedoman dari al-Quran
***

Dalam situasi menghadapi bencana global covid-19 ini, ada beberapa bentuk sikap tolong menolong yang harus ditumbuhkan dan dikembangkan sebagai manifestasi perintah Allah swt. dan RasulNya saw. Pertama, kesadaran baik dari setiap individu untuk ikut serta dalam mencegah dan memutus mata rantai penyebaran virus ini.

Kesadaran ini dapat berupa mengikuti instruksi pemerintah dalam melakukan perenggangan sosial (social distancing) bahkan perenggangan fisik (physical distancing) serta protokol keselamatan yang diberlakukan dalam situasi wabah global ini. Bayangkan kalau tidak mengindahkan instruksi ini kemudian seseorang terjangkit virus ini dan akhirnya menulari keluarganya sendiri?! Bukankah ini sesuatu yang tidak diinginkan?! Ini tentu akan membuat khawatir orang banyak dan menambah beban dan kesusahan bagi para tenaga kesehatan karena bertambah banyaknya korban.

Kedua, melaksanakan dengan baik fatwa ulama tentang tuntutan ibadah dalam kondisi darurat covid-19. Khususnya bagi warga Muhammadiyah, ada fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang tercantum dalam Edaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 03/EDR/I.0/E/2020 tentang Tuntunan Ibadah dalam Kondisi Darurat Covid-19. Fatwa ini disertai dengan dalil-dalil yang lengkap. Jangan banyak berdalih dan egois dalam beribadah sehingga tidak mengindahkan fatwa ini.

Apakah mau seseorang menjadi penyebab wabah ini terus menyebar semakin luas dan itu karena menjalankan ibadah berjamaah di Masjid? Ingat, situasi saat ini sudah masuk dalam kategori kondisi darurat dan bencana global. Rasulullah saw. pernah berpesan dalam sebuah hadis sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Malik dan juga perawi lainnya dari Abu Said al-Khudriy: “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain”. Jadi, fatwa ulama itu sejatinya menjaga perintah Allah swt. dan RasulNya saw.

Baca Juga  Islam Berkemajuan Enteng-Entengan
***

Ketiga, memberi motivasi dan dukungan baik moril maupun materiil kepada mereka yang menjadi korban penularan covid-19. Betapa miris dan menyayat hati ketika mendengar dan melihat berita ada orang yang mengucilkan dan mengusir korban covid-19. Bahkan korban dari kalangan tenaga kesehatan pun tak luput dari perlakuan ini. Padahal para korban itu membutuhkan dukungan. P

adahal tenaga kesehatan adalah garda terdepan dalam upaya membantu dan menyelamatkan korban virus ini. Mereka mengorbankan waktu bersama keluarga, tenaga, pikiran, bahkan sudah mempertaruhkan nyawanya demi upaya penyelamatan. Lebih dari itu, ada pula orang yang menolak jasad korban virus ini.

Mungkin sebagian masyarakat berbuat demikian karena begitu paniknya menghadapi musibah ini. Namun, percayalah kepada mereka para petugas yang menjalankan protokoler tersebut. Jika bukan ahlinya, maka serahkanlah urusan ini kepada ahlinya. Maka, jangan kucilkan dan hardik mereka. Justru, berikan ucapan dan bentuk dukungan moral agar mereka kuat menghadapi ujian tersebut. Terima mereka dengan lapang dada. Namun tentu juga dengan tetap menjaga protokoler keselamatan yang berlaku.

Selain korban dari penularan virus ini, juga ada korban-korban lainnya. Misalnya, mereka yang berkurang dan hilang mata pencahariannya akibat situasi ini. Mereka yang menangis kelaparan karena tidak lagi bisa mencari nafkah untuk makan. Mereka para pelajar dan para mahasiswa yang orangtuanya atau dirinya sendiri berada dalam kesulitan bahkan tidak mampu untuk memenuhi biaya hidup dan biaya belajar.

***

Mereka para tenaga kesehatan yang kekurangan bahkan kehabisan Alat Pelindung Diri (APD). Tangisan dan derita mereka  sungguh ini menyayat hati. Maka, kepekaan kita yang melahirkan sikap tolong menolong ini sedang diuji. Apakah kita akan ambil andil menolong untuk meringankan beban sesama ataukah menutup mata, menutup telinga, dan menutup hati dengan mempertahankan egois diri sendiri?! Beruntunglah mereka yang peka sehingga peduli dan membantu sesama. Dan sungguh merugi dan celaka bagi mereka yang “buta hatinya”.

Baca Juga  Pidana Anak Menurut Islam

Tiga poin di atas adalah bentuk sikap tolong  menolong yang harus kita tumbuhkan dan kembangkan dalam menghadapi wabah covid-19. Dengan harapan besar agar wabah covid-19 ini segera berakhir. Sebagai penutup tulisan ini, mari kita renungkan ancaman bagi mereka yang enggan tolong menolong terhadap sesama. Surat Al-Ma’un menceritakan ciri orang yang mendustakan agama.

Mereka adalah orang yang tidak peka, tidak mau peduli, tidak mau membantu, serta tidak mau menumbuhkan sikap tolong menolong terhadap sesama. Apakah ada yang mau dicap oleh Allah swt. sebagai “pendusta agama”?! Mereka yang enggan tolong menolong antar sesama maka kesempitannya apakah akan dilapangkan?! Kesulitannya apakah akan dimudahkan?! Aibnya apakah akan ditutup?! Dan apakah ia akan mendapatkan naungan Allah swt.?!

Editor: Yahya FR
Avatar
1 posts

About author
Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds