Indonesia merupakan salah satu negara yang berpengaruh di dunia, karena letaknya yang strategis berada di antara dua benua dan dua samudera serta memiliki ribuan pulau dan laut yang luas, menjadikan Indonesia dijuluki sebagai nusantara. Hasil alam yang melimpah tentunya mengundang banyak negara untuk datang ke Indonesia, baik itu secara paksa (penjajahan) maupun secara kesepakatan kerjasama.
Di lain sisi, sejarah peradaban Indonesia tidak lepas dari peran agama Islam. Agama Islam yang datang dari awal perdagangan, kini sudah menyebar luas di seluruh pelosok Indonesia. Salah satu unsur dari agama Islam itu membentuk suatu persyarikatan yang diberi nama Muhammadiyah.
Muhammadiyah Terus Membersamai Indonesia
Muhammadiyah yang lahir 18 November 1912 merupakan salah satu organisasi yang tertua di negeri ini. Karena organisasi yang ada sebelumnya, tinggal nama dan sejarah. Muhammadiyah sejak lahirnya telah memberikan dampak yang signifikan dalam membersamai perjalanan Indonesia dari masa penjajahan hingga kemerdekaan dalam berbagai aspek, khususnya sektor pendidikan, kesehatan, dan sosial.
Berbagai usaha Muhammadiyah untuk memajukan bangsa telah dilakukan mulai dengan menghadirkan para kader yang menjadi pahlawan nasional seperti Ir. Soekarno dan Jenderal Soedirman. Muhammadiyah juga turut memajukan pendidikan dengan adanya 7.651 sekolah dan madrasah dan 174 perguruan tinggi. Dalam urusan kesehatan, sosial, dan keagamaan Muhammadiyah memiliki 457 rumah sakit, 318 panti asuhan, 54 panti jompo, dan 11.198 masjid dan musala.
Selain itu Muhammadiyah memiliki Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM), koperasi, minimarket, dan usaha persyarikatan lainnya yang dikalkulasi memiliki aset mendekati angka Rp 320 triliun, sehingga menjadikan Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi masyarakat Islam terkaya di Indonesia.
Tentunya, Muhammadiyah tidak boleh berbangga diri atas semua capaian yang telah dituangkan dalam menemani perjalanan bangsa Indonesia. Islam bukan hanya datang untuk bangsa Arab saja, sama halnya dengan Muhammadiyah. Muhammadiyah bukan hanya untuk masyarakat Yogyakarta saja tapi untuk semua masyarakat Indonesia dan bahkan dunia. Maka perlu adanya internasionalisasi pada gerakan Muhammadiyah.
Internasionalisasi Gerakan Muhammadiyah
Secara umum, internasionalisasi merupakan proses berkembangnya kerjasama internasional dalam berbagai bidang seperti ekonomi, perdagangan, pendidikan, politik, budaya, dan sebagainya. Abad kedua dari kelahirannya Muhammadiyah berkomitmen kuat dalam upaya gerakan pencerahan.
Gerakan pencerahan merupakan praksis Islam yang berkemajuan untuk membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan. Kehidupan di abad kedua ini menjadikan dunia semakin kosmopolit yang menjadikan hubungan antar umat manusia menjadi semakin mendunia. Maka Muhammadiyah yang merupakan bagian dari unsur Islam dituntut untuk bisa mendakwahkan gerakan pencerahannya untuk umat manusia yang menjunjung tinggi perdamaian, kemajemukan, kebajikan, keadaban, dan nilai-nilai baik yang dijunjung oleh masyarakat. Gerakan Muhammadiyah yang kosmopolitan jangan sampai menjadikan Muhammadiyah kehilangan jati dirinya sebagai bagian dari lokalitas budaya Indonesia dan kepribadian Muhammadiyah.
Muhammadiyah di abad kedua ini, melalui para pimpinan Muhammadiyah, mengagendakan gerakan internasionalisasi Muhammadiyah dengan tujuan agar semangat dari teologi al-Ma’un bisa dirasakan oleh masyarakat dunia. Muktamar Muhammadiyah yang ke 45 di Malang pada tahun 2005, merupakan awal mulanya gerakan internasionalisasi Muhammadiyah.
Dibuktikan dengan kemampuan Muhammadiyah dalam mengembangkan dakwahnya sampai ke luar negeri melalui pendirian PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah). Jumlah PCIM sampai dengan tahun 2018 sebanyak 23 PCIM di lima benua yang tersebar di berbagai negara. Di benua Asia, ada negara seperti Malaysia, Jepang, Pakistan. Di benua Eropa, ada negara seperti Inggris, Belanda, Jerman, Prancis. Di benua Afrika, ada negara seperti Mesir, Sudan, Libya. Dan ada juga di Amerika dan Australia. Tentunya, PCIM tersebut akan terus bertambah seiring menyebarnya kader Muhammadiyah di seluruh penjuru dunia.
Peran Positif PCIM
Adanya PCIM ini bertujuan untuk, di antaranya; pertama, sebagai tempat silaturahmi dan berkumpulnya kader (anggota) atau simpatisan Muhammadiyah, baik yang sedang melakukan pekerjaan atau studi di luar negeri. Kedua, sebagai penengah (mediator) antara Muhammadiyah dengan pihak pemerintahan negara setempat dan lembaga lainnya yang ada di negara tersebut. Ketiga, sebagai media pembinaan dan pengajaran ideologi dan pemahaman organisasi Muhammadiyah. Keempat, sebagai wadah meningkatkan kualitas dan kuantitas kader atau simpatisan Muhammadiyah. Dan kelima, sebagai pengembangan dakwah agama Islam yang mencerahkan khas Muhammadiyah.
Kegiatan yang dilakukan oleh PCIM adalah: Pelatihan Muballigh; Pengajian bulanan; Pengajian Ranting, Pengajian Aisyiyah; Pemberdayaan Masyarakat; Ekonomi dan Kewirausahaan, Manajemen Keuangan Keluarga, Kesehatan Keluarga; Diskusi bersama para tokoh Indonesia maupun luar negeri; Penyaluran hewan qurban dan zakat fitrah; Silaturahim dan bakti sosial Tenaga Kerja Indonesia di negara tersebut; Media Santri Ramadhan; Diskusi ilmiah, conference, seminar, bedah buku dan lain-lain.
Peran Muhammadiyah di Kancah Internasional
Muhammadiyah juga telah lama bekerja sama baik dengan berbagai kedutaan negara asing, khususnya dari Timur Tengah dalam hal pengembangan dakwah Islam seperti pendirian masjid dan penyebaran mubaligh ke pelosok negeri. Pada tahun 2012, Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Moustafa bin Ibrahim bin Ali al-Mubarak, datang untuk melanjutkan kerjasama sebelumnya ke kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Yogyakarta. Tahun 2008, Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd, menandatangani Nota Kesepahaman kerja sama untuk mengembangkan hubungan bidang pendidikan, kesehatan dasar, dan penanganan akibat bencana.
Muhammadiyah turut berperan aktif dalam acara-acara internasional dalam isu perdamaian dunia dan kesejahteraan sosial, seperti; World Peace Forum yang pertama tahun 2006 di Jakarta dan World Peace Forum keempat tahun 2012 di Bogor. Pada tahun 2006, Prof Din Syamsuddin terpilih menjadi Presiden Konferensi Dunia Agama Perdamaian World Conference on Religion for Peace (WCRP). Dan pada tahun 2008, dipercaya menjadi presiden sekaligus moderator Asian Conference of Religions for Peace (ACRP) atau Konferensi Agama Perdamaian se-Asia. Pada tahun 2012, Ketum PP Muhammadiyah diundang untuk berpidato peringatan World Interfaith Harmony Week, di Markas PBB, New York, dan Muhammadiyah menjadi anggota International Contact Group (ICG) untuk Filipina, yaitu lembaga pendamping mediasi perdamaian konflik suku bangsa Moro dan Filipina.
***
Maka, Muhammadiyah yang kini sudah berumur 108 tahun, harus senantiasa memohon pertolongan dari Allah SWT agar tetap istiqomah dalam pendirian Muhammadiyah. Dan juga mampu melanjutkan dan mengembangkan dakwah dalam menularkan virus fastabiqul khairat-nya melalui proses transformasi yang bersifat mencerahkan, membebaskan, dan memajukan kepada seluruh dunia. Agar dunia bisa merasakan kehadiran Muhammadiyah yang membawa dakwah Islam secara berkemajuan. Sebagaimana tujuan dari berdirinya Muhammadiyah yaitu terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya dan Islam yang rahmatan lil ‘alamin bagi seluruh dunia (QS. Al-Anbiya’ ayat 107).