Tanpa disadari, kehidupan modern tidak lebih baik dengan kehidupan pra modern. Apabila dilihat dari perspektif sederhana, kehidupan modern memang lebih baik. Ketersediaan teknologi yang canggih, dapat mempermudah aktivitas manusia sehari-hari. Namun, jika ditilik secara kritis, kehidupan modern justru membuat manusianya terjebak dalam keterasingan.
Mengapa Keterasingan Manusia Modern Terjadi?
Pertanyaan dilematisnya adalah mengapa manusia modern dapat mengalami keterasingan? Atau mengapa manusia modern dengan segala kecanggihannya, tidak bisa menumbuhkan potensi dirinya? Pertanyaan semacam itu akan terjawab dalam buku berjudul, Cinta & Keterasingan dalam Masyarakat Modern: Kritik Erich Fromm Terhadap Kapitalisme.
Buku tersebut tercipta dari tulisan skripsi yang ditulis oleh Martinus Satya Widodo, saat kuliah di Fakultas Filsafat, Universitas Gajah Mada. Beliau mengangkat skripsi dengan judul, Makna Alienasi Menurut Erich Fromm: Sebuah Perspektif bagi Problematika Manusia Modern. Dalam bukunya, Martinus menjelaskan secara gamblang penyebab keterasingan manusia modern dengan menggunakan analisis dari Erich Fromm.
Menurut hemat penulis, Martinus sudah tepat untuk menggunakan analisis dari Fromm untuk melihat penyebab keterasingan manusia modern. Fromm memiliki pandangan yang lebih luas dalam melihat terjadinya keterasingan, dibandingkan dengan pemikiran dari Hegel dan Karl Marx. Fromm melihat terjadinya keterasingan dari dua bentuk, antara lain: alienasi dari diri sendiri dan alienasi dari sesama.
Penyebab alienasi dari diri sendiri, terjadi karena adanya kesenjangan antara kodrat, hakikat, dan esensi kemanusiaan dengan eksistensi diri sendiri. Lalu, apa yang menjadi penyebab terjadinya kesenjangan tersebut? Menurut Fromm, pikiran dan perasaan manusia modern tidak lagi orisinal. Artinya, karakteristik manusia modern sudah mengalami modifikasi dari dunia eksternalnya.
Empat Bentuk Orientasi Tidak Produktif
Sebenarnya Fromm tidak mempermasalahkan jika dunia eksternal ikut membentuk karakteristik seseorang–selama berorientasi produktif. Permasalahannya adalah manusia modern sudah terkontaminasi dengan dunia eksternal dalam orientasi tidak produktif. Akibatnya akan membentuk kepribadian manusia modern yang pasif.
Fromm membagi orientasi tidak produktif menjadi empat bentuk. Keempat bentuk tersebut sebagai berikut: orientasi reseptif, orientasi eksploitatif, orientasi pemasaran, dan orientasi penimbun.
Di antara empat bentuk tersebut, bentuk orientasi pemasaran dan orientasi eksploitatif merupakan hal yang mudah ditemukan dalam perilaku manusia modern. Dalam orientasi pemasaran, ditandai oleh keinginan seseorang untuk selalu mengikuti permintaan pasar. Salah satu contoh kasusnya adalah perguruan tinggi bukan lagi diartikan sebagai arena untuk menambah ilmu pengetahuan, melainkan sebagai tempat untuk mendapatkan pekerjaan.
Kemudian, orientasi eksploitatif terjadi ketika aktivitas kehidupan selalu berkeinginan untuk merampas hak orang lain, baik secara paksa atau terselubung. Adanya orientasi eksploitatif, juga menjadi salah satu penyebab terjadinya alienasi dari sesama. Sebagaimana yang terlihat dari hubungan antar manusia modern bersifat negatif karena hanya untuk memperalat; terutama memperalat orang yang tidak memiliki kuasa dan modal.
Apakah Manusia Modern Dapat Keluar dari Keterasingan?
Terbentuknya hubungan sesama manusia yang memperalat, dapat disebabkan oleh manusia modern tidak lagi memiliki nilai cinta yang sesungguhnya. Akibatnya terlihat dari tendensi tindakan seseorang sulit untuk mengakui keberadaan orang lain. Oleh sebab itu, akan membentuk kepribadian seseorang yang rakus, dengki, dan iri.
Dengan kondisi manusia modern yang carut-marut, tidak mengherankan jika muncul pertanyaan skeptis: apakah manusia modern dapat keluar dari keterasingannya? Pertanyaan semacam itu, memunculkan dua kelompok dengan cara pandang yang berbeda.
Kelompok pertama, meyakini bahwa penghapusan keterasingan bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan. Berbanding terbalik dengan kelompok kedua, yang melihat penghapusan keterasingan sebagai hal yang relatif.
Berbeda dengan Fromm, yang melihat penghapusan keterasingan dari dua sisi. Seseorang dapat keluar dari keterasingannya, selama ia mau bertindak untuk mencapai perubahan hidup yang lebih baik. Tetapi, apabila tidak ada tindakan yang berarti, maka selama hidupnya akan terjebak dalam keterasingan.
Perubahan Fundamental
Oleh sebab itu, Fromm memberikan cara agar tercipta perubahan hidup yang lebih baik di era modern. Menurutnya, hal fundamental yang harus diubah yaitu cara bersikap. Sebagai manusia, kita tidak boleh memiliki sikap rakus untuk memiliki segalanya. Agar bisa menghilangkan sikap rakus, maka seseorang harus menyadari keberadaan orang lain dengan cara saling memahami, saling memberi, dan saling mencintai.
Meski cara yang diberikan oleh Fromm, agar bisa keluar dari keterasingan terlihat sulit untuk dilakukan di tengah kehidupan yang tak manusiawi ini. Setidaknya Fromm sudah melakukan langkah preventif agar kehidupan modern tidak jatuh terlalu dalam pada jurang keterasingan.
Pada akhirnya, membaca pemikiran Erich Fromm yang terangkum dalam buku Cinta & Keterasingan dalam Masyarakat Modern: Kritik Erich Fromm Terhadap Kapitalisme, dapat memantik pemikiran kritis dalam melihat kehidupan manusia modern. Ditambah lagi dengan kepiawaian penulis yang menyajikan narasinya dengan bahasa sederhana, akan membuat pembaca mudah untuk memahami isi bukunya.
—
Identitas Buku
Judul: Cinta & Keterasingan dalam Masyarakat Modern: Kritik Erich Fromm Terhadap Kapitalisme
Penulis: Martinus Satya Widodo
Penerbit: Narasi
Tahun terbit: Cetakan pertama 2005
Halaman: x + 98 halaman
ISBN: 979-7564-66-5
Editor: Nabhan