Perspektif

Menyoal Kegiatan Sekolah: Catatan Seorang Juru Among

3 Mins read

Dunia pendidikan tanah air kembali berduka, kecelakaan Air Susur Sungai SMPN 1 Turi Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) saat mengikuti kegiatan Pramuk. Data terakhir dari Baznas Tanggap Bencana DIY pada Sabtu, 22/02/2020 mencatat bahwa dari Total Peserta 249 orang, 9 meninggal dunia, 23 orang luka-luka, dan 1 belum diketemukaan, sedang 216 Terkonfirmasi selamat.

Semoga keluarga korban meninggal diberikan ketabahan, yang luka semoga segera disembuhkan, dan 1 siswa korban bisa segera ditemukan

Sedih rasanya menerima kabar duka tersebut. Namun apa daya, nasi sudah menjadi bubur, musibah telah terjadi, sesal tiada arti, yang bisa dilakukan adalah tetap bersinergi, berkoordinasi dengan berbagai pihak agar 1 korban lainnya segera ditemukan, harap cemas, pasrah, dan doa terpanjat dari orangtua yang (pasti) mengharap anak kesayangannya kembali. Meski tipis harapan masih bernyawa, mengingat korban lainnya resmi dinyatakan meninggal dunia.

Para pemangku kepentingan menyoroti musibah tersebut, dikutip dari laman sebuah media Sri Sultan Hamengkubuwono X selaku Gubernur DIY menyebut Kepala Sekolah harus bertanggung jawab atas kejadian tersebut.

Bupati Sleman, Bapak Sri Purnomo lebih kurang menyatakan bahwa musibah tersebut adalah kecerobohan (sekolah). Saya tak akan larut menghukumi siapa yang bersalah atau dipersalahkan atas musibah tersebut, (sekira dibawa ke ranah hukum) kita ikuti saja proses hukumnya.

Kegiatan dalam Perspektif Manajemen Organisasi (sekolah)

Sebagai pengelola lembaga pendidikan, saya memahami betapa pelik dan rumitnya menyusun rencana kerja dan anggaran sekolah (RKAS) setiap awal tahun pembelajaran.

Lazimnya stakeholders sekolah melakukan brainstorming, evaluasi, dan analisis (SWOT atau semacamnya) atas kegiatan tahun sebelumnya. Proses tersebut bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan demi efektivitas dan efisiensi kegiatan tahun berikutnya.

Pasca review tersebut, disusunlah perencanaan (planning) dalam bentuk rencana kerja dan anggaran sekolah (RKAS), kalender akademik atau kalender pendidikan, dan matrik kerja  sesuai dengan aturan atau pembagian tugas kuasa pengguna anggaran (KPA) masing-masing.

Baca Juga  Tak Selamanya Surga Diraih dengan Susah Payah

Sebaiknya penyusunan itu melibatkan seluruh stakeholder sekolah dan dikomunikasikan dengan penanggung jawab (panitia) lapangan. Sehingga semua tahu, “siapa mengerjakan apa dan bagaimana cara/prosedurnya?”.

Guna mematangkan perencanaan di atas, rencana strategis sekolah yang telah tercatat dalam kalender akademik itu dibahas, didiskusikan, didialogkan secara periodik. Baik dalam rapat harian, pekanan, dan bulanan agar memudahkan pengorganisasian (organizing) pengelola sekolah.

Terutama dalam menempatkan penanggung jawab lapangan. Istilah kerennya the right man on the right job. Pastikan penanggung jawab kegiatan adalah mereka yang sangat memahami program berikut instrumen-instrumen penunjang yang dibutuhkan demi keberhasilan kegiatan tersebut.

***

Sesaat sebelum pelaksanaan (actuating), sebaiknya penanggung jawab menginformasikan atau (bahkan) mempresentasikan konsep kegiatan kepada pengelola sekolah. Disini dibutuhkan kejelian, kekuatan, insting, dan ketegasan pengelola sekolah dalam mengoreksi konsep kegiatan dengan konkrit, detail, dan terperinci.

Fase ini yang terkadang sering terlewatkan dengan dalih “sudah percaya”, “sudah yakin”, dan kadang “rikuh”. Silang pendapat, kritik, saran, dan masukan demi kemaslahatan jauh lebih baik dari pada diam (justeru) membahayakan.

Pada fase ini, biarkan penanggung jawab berpikir keras sekeras-kerasnya, berkonsultasi sesering dan seefektif mungkin, sebab keberhasilan sebuah kegiatan sangat ditentukan oleh sejauhmana persiapan penanggung jawab beserta timnya.

Kegiatan itu butuh tim solid, berpikir adalah salah satu jalan terbaik menuju keberhasilan, tak ada keberhasilan tanpa kesolidan, tak ada kesolidan tanpa pikiran. Hasil dari pikiran itulah yang kemudian berwujud prosedur operasional standar (POS), petunjuk pelaksanaan (jujlak), dan petunjuk teknis (juknis) kegiatan.

Selepas proses dialektis itu selesai, maka seluruh panitia yang sudah seide, sepaham, sesolid itu kelak bisa bekerja dengan tenang,  nyaman, dan cepat dalam menuntaskan seluruh rangkaian kegiatan termasuk antisipasi terhadap hal-hal buruk yang tak diinginkan.

Baca Juga  “Quo Vadis Ulil?” (3): Fikih Ekologi Ulil dan Deep Ecology

Memang benar manusia tak bisa menolak musibah, tapi (setidaknya) kita telah berusaha untuk menghindarinya. Maka, lakukan kegiatan tersebut sesuai dengan SOP, Juklak, dan Juknis yang telah disepakati serta terus melakukan pengawasan (controlling) dari waktu ke waktu sesuai kebutuhan dan memastikan kegiatan tetap on the track.

Pentingnya Monitoring Pengelola Sekolah

Saya lebih suka menyebutnya pengelola ketimbang pimpinan atau pemimpin sekolah, ia lebih terdengar egaliter, sejajar, dan elegan. Pengelola berarti pengendali yang berfungsi menyelenggarakan, menjalankan, dan mengurusi.

Menjadi pengelola sekolah berarti mengendalikan seluruh regulasi sekolah tanpa kecuali kegiatan-kegiatan yang sudah tersurat dalam rencana strategis sekolah. Keberhasilan dan kegagalan kegiatan ada pada pundaknya, sebab sesungguhnya regulasi sekolah itu adalah pengejawantahan idealismenya.

Lantas, kapan sebaiknya pengelola sekolah melakukan monitoring terhadap kegiatan (sekolah)?

***

Bagi seorang pengelola, wajib hukumnya mencurahkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk sekolah, ide-ide segar dan briliannya selalu dirindu dan ditunggu setiap orang.

Ia harus hadir dalam setiap hembusan nafas sekolah, pikirannya tak boleh teralihkan sedetik pun dari memikirkan sekolah, sebab ia adalah nadinya, nadi yang mengalirkan energi positif bagi seluruh warga sekolah.

Sunnah muakkadah baginya memprovokasi, membisiki, dan meneriakkan idealismenya dalam rangka meyakinkan setiap orang untuk memberikan pelayanan terbaik (service excellent) bagi warga sekolah.

Dalam konteks kegiatan sekolah, seorang pengelola sebaiknya telah hadir sejak sebelum kegiatan itu ada dalam “pikiran” mitra kerjanya, ia berusaha menterjemahkan ide dan gagasannya itu secara konseptual dan operasional sehingga dapat dipahami oleh semua orang.

Setelah itu, ia hadir guna menentukan penanggung jawab yang tepat dalam mengejawantahkan idealismenya itu, dan terakhir ia hadir (pula) dalam setiap detik kegiatan. Sehebat apa pun desain dan implementasi kegiatan sekolah, ia hampa tanpa kehadiran pengelola sekolah.

Baca Juga  Kuntowijoyo Meramal Industrialisasi

Sekira proses analisis SWOT (SWOT analysis), manajemen POAC, dan monitoring pengelola sekolah berjalan simultan, maka kegiatan kelak berjalan rapi, tertib, dan lancar. Namun jangan lupa, selaiknya kita lekas berdoa kepada Allah. Agar selalu dimudahkan dan dilancarkan dalam setiap gerak ucap kita, sepenuhnya serahkan kepada Allah swt. sebagaimana firmannya, “faizaa azamta fatawakkal ‘ala Allah”. Wallahu a’lam bi al-Shawwab.

Editor: Yahya FR
Related posts
Perspektif

Tidak Bermadzhab itu Bid’ah, Masa?

3 Mins read
Beberapa waktu lalu, ada seorang ustadz berceramah tentang urgensi bermadzhab. Namun ceramahnya menuai banyak komentar dari berbagai kalangan. Ia mengatakan bahwa kelompok…
Perspektif

Psikologi Sosial dalam Buku "Muslim Tanpa Masjid"

3 Mins read
Dalam buku Muslim Tanpa Masjid, Kuntowijoyo meramalkan pergeseran signifikan dalam cara pandang umat Islam terhadap agama dan keilmuan. Sekarang, ramalan tersebut semakin…
Perspektif

Paradoks Budaya Korupsi Masyarakat Religius

2 Mins read
Korupsi yang tumbuh di masyarakat yang dikenal religius memang menjadi paradoks. Di masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai agama, mestinya kejujuran, integritas, dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds