Sebagai gerakan dakwah amar makruf nahi munkar, Muhammadiyah mampu mempertahankan eksistensinya hingga memasuki umur 1 abad lebih. Ketegasan organisasi serta kegigihan kader persyarikatan dalam mewujudkan mimpi Ahmad Dahlan menjadikan Muhammadiyah sebagai salah satu komponen penting perkembangan bangsa Indonesia. Tidak hanya itu, Muhammadiyah bahkan telah mengarungi batas negara lewat pendirian Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah di berbagai negara serta jalinan kerja sama dengan aktor-aktor internasional lainnya. Peran Muhammadiyah dalam dialog dan kerjasama antar-iman juga sangat menonjol dan dihormati berbagai kalangan.
Muktamar Muhammadiyah ke-46 di Yogyakarta telah meneguhkan tekad untuk menjadikan organisasi ini sebagai gerakan kemanusiaan internasional. Ide ini kemudian ditegaskan kembali dalam Muktamar Muhamamdiyah ke-47 di Makassar dengan memberikan amanah kepada PP Muhammadiyah agar melakukan gerakan internasionalisasi paham pemikiran dan gerakan organisasi Muhammadiyah.
Prof. Dr. Abdul Mu’ti menyebutkan bahwa alasan Muhammadiyah perlu melakukan internasionalisasi karena tuntutan dan keniscayaan sejarah. Banyak permintaan dari berbagai institusi untuk meminta Muhammadiyah supaya berperan lebih besar.
Peluang dan tantangan juga menjadi alasan lain untuk memperkuat gerakan Muhammadiyah di dalam negeri dengan jaringan lembaga dan negara asing serta diaspora Muhammadiyah. Internasionalisasi dilaksanakan berbasis gerakan sosial, pendidikan, kebudayaan dan kemanusiaan.
Islam dalam Hubungan Internasional
Islam merupakan sebuah entitas domain pada dirinya sendiri, sementara hubungan internasional adalah domain dalam ilmu sosial. Meskipun Islam sering ditolak oleh ilmuwan sosial Barat, namun Islam tetap menjadi kekuatan penting dalam skenario politik dan hubungan internasional modern saat ini.
Asumsi lama yang mengatakan bahwa modernisasi akan mematikan Islam telah terbantahkan. Islam justru menjadi faktor penting dalam gerakan kebangkitan, tidak hanya di Timur tetapi juga di Barat. Semakin Islam diabaikan, dirusak atau disalah-artikan dalam mempelajari urusan dunia, maka semakin jauh kita mendapatkan solusi untuk masalah-masalah politik dunia.
Dr. Scott Thomas (2005) menjelaskan secara lugas bahwa Religius Non-States Actors memiliki pengaruh penting dalam perkembangan hubungan internasional dewasa ini. Organisasi keagamaan menjadi bagian penting dalam masyarakat. Ia memberikan arah baik bagi dunia, serta sebagai sarana pendidikan dan berbagai kegiatan sosial lainnya.
Salah satu tipe organisasi keagaaman yang memiliki pengaruh dalam hubungan internasional adalah Religius Transnational Actors, yakni organisasi atau kelompok yang beroperasi tidak hanya dalam skala nasional, tetapi telah melintasi batas negara dan memiliki tempat, koalisi dan interaksi di luar wilayah negara, serta tidak dapat dikontrol oleh negara.
Muhammadiyah Go International
Sebagai Religius Transnational Actors, Muhammadiyah saat ini tidak hanya menjadi bagian dari peradaban Indonesia saja, tetapi sudah menjadi bagian dari masyarakat internasional. Terlebih lagi dunia memandang Indonesia mampu mengkolaborasikan antara Islam, demokrasi dan modernitas. Sebagai negara dengan umat muslim terbanyak di dunia, Indonesia harus mampu mencitrakan wajah Islam sesungguhnya, yakni damai dan toleran.
Menjadi tantangan bagi Muhammadiyah untuk mengubah narasi bahwa Islam merupakan ajaran yang ekstrim serta identik dengan kekerasan. Image tentang Islam akan menjadi lebih positif dan konstruktif sehingga peluang bagi umat Islam untuk membuat ajaran Islam menjadi Rahmatan lil alamin akan menjadi semakin mudah untuk terwujud.
Dalam konteks dunia global, Muhammadiyah sudah seharusnya melakukan transformasi pemikiran dan dakwah dalam kancah internasional. Muhammadiyah tidak boleh tinggal diam menyaksikan kesenjangan dan ketidakadilan global, pemiskinan sistematis, dan intervensi negara adi kuasa atas negara lainnya. Dengan jaringan internasionalnya, baik sumber daya manusia maupun organisasi, Muhammadiyah memiliki kemampuan mediasi dan perekat di antara negara-negara muslim
Ikhtiar untuk memperluas dakwah perjuangan Islam yang rahmatan lil alamin dalam perspektif Muhammadiyah ke berbagai negara harus mulai digiatkan kembali. Pendirian PCIM tidak hanya didasarkan atas kuantitas saja, tetapi juga kualitas kader-kader Muhammadiyah yang didiasporakan melalui PCIM maupun lembaga lainnya.
Sehingga dalam rangka Milad Persyarikatan yang ke-108 ini, Muhammadiyah ke depannya diharapkan mampu menjadi solusi di tengah permasalahan umat. Tidak hanya di Indonesia saja, tetapi juga di hadapan dunia internasional.
Editor: RF Wulan