News

Milad Mizan ke-40: Tetap Bertahan di Tengah Ancaman Matinya Industri Buku

3 Mins read

IBTimes.ID – Layaknya hidup manusia, perjalanan Mizan pun tak lepas dari tantangan dan ujian. Mulai dari tingkat minat baca yang tak juga menggembirakan; pola pikir sebagian masyarakat yang sulit menerima gagasan baru apalagi yang berbeda dengan pendapatnya; pandemi yang menekan keras berbagai bisnis termasuk industri buku; dan yang sebenarnya muncul sejak lama: bayang-bayang ancaman punahnya buku (cetak) oleh maraknya perkembangan dunia digital. 

Bagaimanapun, menjelang usianya yang ke-40, Mizan semakin yakin akan visi utamanya sejak awal didirikan: membersamai para stakeholder-nya menjelajah hikmah semesta yang tak berhingga. Memulainya pada 1983 sebagai penerbit yang mencetak buku-buku dari para penulis dan pemikir Islam terkemuka, dalam perjalanan empat dekade ini, Mizan telah berkembang bukan hanya dari segi ragam genre terbitannya. Melainkan juga dari segi produksi dan inti bisnisnya.

Tak kurang dari 600 judul per tahun lahir dari enam penerbit di dalam Kelompok Mizan. Dari yang semula hanya tiga buku per bulan pada tahun-tahun awal. Katalognya pun makin beragam. Merambah genre  fiksi, self-help, learning, kesehatan, psikologi populer, bisnis, buku-buku referensi, buku anak, dan masih banyak lagi. Mizan juga merambah bidang-bidang lain. Seperti industri film, aneka digital creations, serta bidang pendidikan. 

Mizan mulai bersentuhan dengan ranah penerbitan digital sejak paruh kedua dekade ‘90-an, dengan penerbitan buku digital Wasiat Sufi karya Yamani, yang diunggah di website mizan.com—dipercayai sebagai website penerbit buku pertama di Indonesia. Pada masa-masa itu pula Mizan merintis penjualan buku online melalui website ekuator.com.

Penjelajahan di ranah digital berlanjut pada 2006. Saat itu, Mizan merilis phone-novel—novel yang dibaca di layar HP, dan dapat dibeli secara parsial per bab. Selanjutnya pada 2008, Mizan menjadi penerbit Indonesia pertama yang menjadi mitra utama Google Book Search, menyusul kemudian kerja sama pemasaran ebook dengan beberapa platform digital rintisan, seperti Buqu, QBaca, dan juga PlayBook. 

Baca Juga  Ulasan Buku "Politik Kerakyatan dan Populisme Teknokratik Jokowi"

Salman Faridi, CEO Bentang Pustaka mengatakan, “Sejak Mizan kali pertama melancarkan ebook di Indonesia, hubungan cetak dan digital ini boleh dibilang ngeri-ngeri sedap. Ada ancaman matinya industri buku, juga literasi yang dikubur dalam senarai konten hiburan yang jauh lebih menarik, sekaligus situasi yang sama sedapnya karena konten digital tak lain adalah kepanjangan lain saja dari konten semula yang tercetak. Karenanya, era digital memberikan kesempatan baru untuk kolaborasi sekaligus monetisasi. Dari sisi dalam penerbit Mizan yang akan segera berulang tahun ke-40, saya melihat secara bergairah dunia luas yang disesaki generasi baru yang haus konten ini.” 

Secara mandiri, Mizan juga mengembangkan platform, seperti Lumos, Kampung Main, Rak Cerita, dan yang saat ini berhasil menjadi hub para pembaca dan penulis, sebuah platform yang bersifat user-generated: Rakata. Sebelum itu, Mizan juga berhasil turut meramaikan kebangkitan film Indonesia dengan produksi pertama Mizan Productions bersama Miles Production, film yang diangkat dari novel Andrea Hirata, Laskar Pelangi. Sejak saat itu, tak kurang dari 20 film produksi Mizan beredar di pasar.  

“Mizan menyadari setiap zaman akan membawa perubahan. Karena itu, kami ingin terus hadir sebagai ‘titik terang’ dalam setiap perubahan yang terjadi melalui buku-buku yang diterbitkan. Semuanya itu demi memelihara semangat untuk menghargai setiap perbedaan, keterbukaan terhadap beragam perspektif, tetap aktual dengan perkembangan zaman, sambil terus tumbuh dan berkembang dengan bernas,” kata Haidar Bagir, Direktur Utama Kelompok Mizan.

Sejalan dengan itu, pada kesempatan launching rebranding dan ulang tahunnya yang ke-40, Mizan mengusung tema ‘Menuju Titik Terang’. Acara ini diselenggarakan seharian dari pukul 10.00 sampai pukul 22.00 WIB, pada 22 Oktober 2022 di M Bloc Space, Jakarta Selatan.

Baca Juga  Merawat Pemikiran Buya Syafii ala Kaum Muda

Beragam acara dihadirkan, mulai dari pameran museum Menuju Titik Terang, tentang perjalanan 40 tahun Mizan; gelar wicara dengan para penulis dan seniman terkemuka, termasuk Fahruddin Faiz, Pidi Baiq, Adjie Santosoputro, Rizal Do, Wahyu Aditya, dan Salman Aristo; penghormatan kepada mendiang Budi Darma, Syafii Maarif, Jalaluddin Rakhmat, dan Munif Chatib; penampilan musik; sampai program acara untuk mengembangkan kreativitas anak-anak.

Pada acara kali ini, Mizan juga menghadirkan tamu spesial, seorang penulis buku perjalanan dan budaya terlaris versi New York Times, yaitu Eric Weiner. Buku-bukunya sudah diterjemahkan ke dalam 20 bahasa termasuk bahasa Indonesia oleh penerbit Mizan. Di antaranya The Geography of Bliss (2008), The Geography of Faith (2011), The Geography of Genius (2016), dan The Socrates Express (2020). 

Acara 40 tahun ini menjadi momen yang pertama bagi Eric Weiner untuk berjumpa dengan pembacanya di Indonesia. Dia akan mengisi sesi diskusi pada sore hari. Pada malam harinya, Eric Weiner akan dihadirkan sekali lagi untuk menyapa tokoh-tokoh yang hadir pada acara malam hari seperti Menteri Agama, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Menteri Sekretaris Negara, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, serta Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia. Selain itu, Eric Weiner juga akan mengisi acara-acara di Jakarta, Bandung, dan Bali, di samping beraudiensi dengan Menparekraf dan beberapa pihak lainnya.

Selain itu, berlangsung pula penyerahan Kuntowijoyo Award. Kuntowijoyo Award adalah sebuah penganugerahan kepada para ilmuwan, intelektual, atau tokoh yang berprestasi dalam mengembangkan penelitian dan praktik berbagai cabang ilmu sosial dan humaniora, serta karya-karya kebudayaan. Kuntowijoyo Award pertama kali terlaksana pada 2009, yang waktu itu diberikan kepada sastrawan dan budayawan, Radhar Panca Dahana.

Baca Juga  George Orwell: Mengais Hikmah di Kehidupan Gelandangan

Sebagai penutup acara, Mizan mengundang band indie pop dari Bandung yang sudah berkarir selama 22 tahun, Mocca. 

Editor: Yusuf

Avatar
1420 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
News

Isu Kepemimpinan Perempuan dalam Politik Kini Menurun

2 Mins read
IBTimes.ID – Direktur Amnesty International dan aktivis Usman Hamid menilai, isu kepemimpinan perempuan dalam politik Islam belakangan menurun. Bahkan, kata dia, jika…
News

Teladan Sumpah Pemuda Masih Relevan Hingga Kini

2 Mins read
IBTimes.ID, Jakarta (26/10/24) – Tantangan di era digital semakin besar karena informasi sangat mudah disebarluaskan dan diterima sebagai sebuah kebenaran. Itulah sebabnya,…
News

Hari Santri Nasional 2024, Santri Pondok Pesantren Afkaaruna Yogyakarta Diharapkan Jadi Ahlul Ilmi dan Ahlul Khidmah

1 Mins read
IBTimes.ID – Pondok Pesantren Afkaaruna Yogyakarta gelar Upacara Peringatan Hari Santri Nasional 2024 pada Selasa, 22 Oktober di lapangan Afkaaruna Secondary, Harjobinangun,…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds