Inspiring

Muballigh Garang, Jamaah Bubar

2 Mins read

Apakah pengajian yang diasuh oleh para mubaligh terasa kaku, bahkan terkesan garang, seperti yang diperdebatkan di grup-grup media sosial yang berafiliasi—secara kultural—dengan Muhammadiyah? Jawabannya tentu beragam. Ada yang terkesan garang, ada juga yang santun. Malah ada yang ger-geran pula.

Tapi sayang, pengajian yang santun dan ger-geran amat langka. Yang banyak malah pengajian yang garang. Akibatnya, jama’ah yang kebanyakan dari kalangan awam agama merasa tidak nyaman. Kalau muballigh sedikit-sedikit bilang “kafir” atau “dzalim,” maka jama’ah pasti akan tersinggung dan akhirnya malah enggan mengikuti pengajian. Seperti kisah nyata Pak AR yang harus menggantikan posisi seorang ‘mubaligh garang’ yang mengisi pengajian di lembah Kali Code pada sekitar 1967-an.

Pengajian Pak AR

Seperti biasa, dikisahkan oleh Syukriyanto AR dalam buku Anekdot dan Kenangan Lepas Tentang Pak AR (2005), pada tahun 1967-an, Pak AR diminta mengisi pengajian rutin tiap hari Rabu di kampung Ledok Ratmakan, di lembah Kali Code, Yogyakarta. Pak AR menyanggupi permintaan tersebut.

Konon menurut penuturan Syukriyanto AR, pengajian rutin yang diasuh Pak AR di lembah Kali Code berlangsung sampai hampir 2 tahun. Pada saat itulah, Pak AR mengusulkan kepada jamaah agar yang mengisi pengajian diganti dengan mubaligh lain. Alasan Pak AR, biar jamaah tidak bosan dan lebih banyak mendapat wawasan baru. Usul Pak AR pun disetujui oleh jamaah dan panitia segera mencari mubaligh lain yang akan mengisi pengajian rutian Reboan di lembah Kali Code.

Singkat cerita, setelah sekitar sebulan pengajian dengan mubaligh baru berjalan, pada suatu hari panitia datang menemui Pak AR di rumah.

“Pak AR, kami mohon berkenan mengisi kembali pengajian Reboan di Kali Code.”

Baca Juga  Ibnu Hibban, Ulama Hadis yang Sangat Teliti dan Kritis

“Lho, bagaimana? Kenapa saya harus mengajar lagi di sana?” tanya Pak AR.

Dengan agak berat panitia pengajian menceritakan jalannya pengajian rutin Reboan di lembah Kali Code. “Begini Pak AR, setelah pengajian rutin diisi oleh Bapak X (maaf dirahasiakan), jama’ahnya selalu berkurang. Setiap hari Rabu sore selalu ada anggota pengajian yang pamit. Ini yang terakhir hari Rabu kemarin yang datang malah hanya dua orang, Pak AR.”

Kontan Pak AR kaget, kenapa bisa jama’ah pengajian yang awalnya begitu berjibun, kok tinggal dua orang? Pak AR penasaran, “Lho kenapa berkurang?”

Mubaligh Garang

Lalu panitia tersebut menceritakan bagaimana Ustad X dalam menyampaikan materi pengajian, “Ketika mengajar, Ustad X sangat keras. Saking kerasnya banyak anggota jama’ah yang merasa dikafir-kafirkan, didzalim-dzalimkan, dan difasik-fasikkan!” jelas panitia itu kesal. “Itu lho, Pak AR… Ustad X membaca ayat, wamaa lamyahkum bimaa anzalallaahu faulaaikahumul kaafiruun. Lalu, …dzaalimuun, lalu faasiquun….”

Pak AR mengangguk-anggukkan kepala mendengar penjelasan dari panitia.

“Jama’ah jadi pada takut, Pak AR! Mereka terus mreteli (bubar satu per satu),” kata panitia.

Sebenarnya, panitia sudah berusaha menghubungi para jamaah pengajian supaya mereka aktif kembali. Tetapi jawaban mereka nyaris sama. “Kalau yang ngajar Pak AR, ya saya mau datang. Kalau Ustad X, saya pamit saja,” kata panitia itu menuturkan pengakuan jama’ah.

Akhirnya, Pak AR pun mengalah. Beliau terpaksa bersedia mengisi pengajian rutin Reboan di lembah Kali Code lagi, sekalipun sebelumnya ia telah pamitan. Sambil aktif mengisi kembali pengajian rutin di lembah Kali Code, Pak AR juga terus mencari-cari sosok mubaligh yang tepat untuk menggantikannya.  

Editor: Nabhan

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…
Inspiring

Beda Karakter Empat Sahabat Nabi: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali

4 Mins read
Ketika berbicara tentang sosok-sosok terdekat Nabi Muhammad SAW, empat sahabat yang paling sering disebut adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman…
Inspiring

Spiritualitas Kemanusiaan Seyyed Hossein Nasr

3 Mins read
Islam memiliki keterikatan tali yang erat dengan intelektual dan spiritual. Keduanya memiliki hubungan yang sangat dekat dan merupakan dua bagian realitas yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds