Perspektif

Mudik dan Pulang Kampung Itu Sama Saja!

3 Mins read

Pembedaan istilah mudik dan pulang kampung oleh Presiden RI Joko Widodo menimbulkan polemik. Lidah memang tak bertulang, namun ia tajam jika sudah berbicara. Kita akan teringat dengan apa yang telah kita ucapkan sebelumnya kepada orang lain, terutama perkataan yang menyakitkan.

Tak jauh berbeda, semua yang diucapkan oleh masing-masing individu pasti memiliki konsekuensi. Apalagi ia adalah seorang figur publik yang dielu-elukan kesederhanaannya dan kejujurannya. Mungkin saja akan jadi bahan bully-an di mana-mana. Tetapi yang perlu dicatat, semua orang pasti memiliki kesalahan, entah itu orang nomor satu di Indonesia ataupun orang nomor sekian di Indonesia.

Mudik dan Pulang Kampung

Beberapa hari lalu, pada program salah satu tv swasta dalam acara Mata Najwa. Terdapat cerita menarik dari Pak Jokowi. Inilah mengapa, pernyataan pak Jokowi tentang arti mudik dan pulang kampung menjadi bahan bully-an bahkan sempat menjadi perbincangan hangat di jagad media online.

Ia menjelaskan, mudik dan pulamg kampung itu berbeda, poin penting yang dapat kita pahami ada di persoalan waktu; pulang saat hari raya dan pulang sewaktu-waktu. Perbedaan itu terlihat jelas saat kegiatan tersebut dilakukan.

Mudik dilakukan saat mendekati hari raya atau saat hari raya untuk merayakan perayaan hari raya di kampung halaman. Sedangkan pulang kampung dilakukan orang yang bekerja di luar kota, anak istrinya berada di rumah, dan ia dapat pulang sewaktu-waktu.

Sontak hal itu mendapat tanggapan yang banyak dan mengundang reaksi kekesalan warganet. Arti kata secara kontekstual memang berbeda, namun secara tekstual bisa dikatakan mirip. Menjadi problematis jika mudik dan pulang kampung dipermasalahkan dari segi etimologi. Bagaimanapun juga, substansi dari dua kegiatan tersebut sama saja dan berpotensi menyebarkan virus covid-19 di kampung halaman masing-masing.

Baca Juga  Psikologi Sosial dalam Buku "Muslim Tanpa Masjid"

Transportasi umum yang digunakan para pemudik tidak menutup kemungkinan benar-benar bersih dari Covid-19, meskipun sudah disemprot cairan desinfektan. Pasalnya setelah disemprot menggunakan cairan tersebut pasti akan ada penumpang lain dengan intensitas tinggi dan berganti-ganti penumpang. Kita tidak tahu, mana orang yang telah dan belum terpapar Covid-19. Orang yang terlihat bugar, tidak menjamin terhindar dari covid-19.

Risiko Penularan

Aspek yang terkandung dalam mudik dan pulang kampung memang hampir sama, tetapi juga tidak dapat dinafikan adanya suatu perbedaan secara kontekstual. Namun secara substantif, sama, dan ini tidak bisa diingkari begitu saja. Keduanya memilki aktivitas yang terlampau sama, yaitu sama-sama pulang ke kampung halaman.

Jika kedua aktivitas itu tetap dilakukan, ditakutkan orang-orang yang pulang dari tanah perantauan menularkan Covid-19. Tidak terbayangkan jika akan terjadi bom waktu di daerah tujuan orang yang pulang kampung dari tanah perantauan.

Kita tidak mau seperti kejadian sebulan yang lalu di daerah Gunungkidul, seorang pulang dari Jakarta baru dinyatakan positif Covid-19 setelah hampir dua pekan. Tiga hari sebelum dinyatakan positif, ia sempat bantu-bantu hajatan di rumah tetangga (baca di sini). Atau di pekan lalu seorang perantau pulang ke Padang dan menularkan covid-19 ke seluruh keluarganya (baca di sini).

Sekarang BNPB tengah mengimbau masyarakat untuk sementara waktu tidak diperbolehkan pulang kampung terlebih dahulu. Imbauan ini karena ditakutkan adanya OTG (Orang tanpa gejala).

Menurut keterangan Agus Wibowo, Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB, 43% penderita Covid-19 tak menunjukkan gejala sama sekali. Betapa bahayanya jika orang yang positif Covid-19 tidak disadari oleh orangnya sendiri. Tentu ini akan membahayakan orang-orang yang ada di sekitarnya (baca di sini).

Baca Juga  Ragam Pemaknaan Terhadap Kata 'Anjay'

Virus ini sangatlah berbahaya jika menyerang anak muda, namun kemungkinan dapat disembuhkan. Akan lebih berbahaya dan ganas jika virus ini menyerang orang yang tua dan mempunyai riwayat darah tinggi, kencing manis, dan penyakit tidak menular lainnya. Dalam bentuk apapun entah itu mudik ataupun pulang kampung, sebaiknya tidak dilakukan di waktu seperti ini.

Sibuk dalam Kebahasaan

Kita terlalu sibuk dan hanya fokus masalah kebahasaan. Malah luput terhadap hal yang substantif. Jika pulang kampung diperbolehkan bagaimana kesiapan daerah yang menjadi tujuan pulang para perantau. Apakah mereka siap dengan segala resiko yang ada?

Ada suatu pengandaian untuk para perantau yang pulang dan dikarantina bersama. Tidakkah hal ini lebih berbahaya karena orang yang positif Covid-19 dapat dengan mudah menularkan ke orang lain yang sehat?

Tenaga kesehatan dengan APD lengkap saja dapat tertular. Bagaimana dengan orang-orang non-tenaga medis yang tidak berpakaian APD lengkap seperti orang-orang yang baru pulang dari perantauan? Tercatat setidaknya terdapat 150 tenaga kesehatan di Jakarta yang positif covid-19 dan 2 tenaga kesehatan meninggal dunia—pertanggal 9 April 2020 (baca di sini).

Mencegah pola penyebaran covid-19 dengan tidak melakukan perjalan pulang ke kampung halaman atau pulang kampung merupakan pilihan yang tepat. Tetapi Pemerintah dalam hal ini juga harus siap membantu dengan menyalurkan sembako; kebutuhan pokok.

Kita tidak ingin bom waktu sewaktu-waktu meledak karena banyaknya orang yang pulang kampung, terlebih yang ditakutkan ialah OTG. Terlepas dari perdebatan kebahasaan mudik dan pulang kampung, dua-duanya sangat berbahaya jika dilakukan di masa pandemi ini.

Bersama-sama kita memperhatikan hal yang lebih substantif ketimbang lainnya. Tidak akan ada kesuksesan dalam memberangus virus ini tanpa kerjasama antar elemen masyarakat.

Baca Juga  Kesadaran Umat Manusia Menjaga Lingkungan Hidup Abad 21

Editor: Nabhan

Avatar
4 posts

About author
Sekretaris Bidang Keilmuan PK IMM Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds