Perspektif

Idulfitri Tak Harus Mudik

3 Mins read

Idulfitri Tak Harus Mudik

Apakah saat Idulfitri kita harus mudik, beli baju baru, dan makan enak? Tentu saja saat Idulfitri kita tak harus mudik dan melakukan tradisi-tradisi lain yang sifatnya perayaan. Sebuah ungkapan menarik dari Abu Yazid, 

لَيْسَ اْلعِيْدُ لِمَنْ لَبِسَ اْلجَدِيْدَ, وَلاَ لِمَنْ اَكَلَ اْلقَدِيْدَ, وَلَكِنَّ اْلعِيْدُ لِمَنْ طَاعَتُهُ تَزِيْدُ, وَخَافَ اْلوَعِيْدَ.

Artinya: “Hari raya itu bukanlah orang berbaju baru, dan bukan orang yang makan dendeng yang enak, tetapi orang yang beridul itri adalah bagi barangsiapa saja bertambah ketaatannya dan bertambah takutnya

Qaul ini mengingatkan kita, betapa selama ini kita beridulfitri banyak hura-hura dan ritual belaka. Bukan ibadah Idulfitrinya yang kita fokuskan, tetapi perayaannya. Kita ribut-ribut mencari uang tetapi tidak fokus untuk sedekah yang bisa menyelamatkan, Kita ribut menyiapkan makanan tetapi lupa menyantuni fakir-miskin, anak yatim, dan assa’ilin (peminta-minta), kita ribut-ribut untuk mudik tapi tak acuh terhadap peringatan bahaya tha’un (wabah) COVID-19.

Apakah Kita Bertakwa atau Fasik?

Ternyata beridulfitri adalah orang yang bertambah takwanya dan bertambah takutnya kepada Allah SWT. Setelah berpuasa lantas kita berfoya-foya lupa daratan. Orang-orang yang lalai itu, termasuk orang yang fasik.

وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (19)

19. dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. mereka Itulah orang-orang yang fasik.

Yaitu janganlah kamu lupa dari mengingat Allah, yang akhirnya kamu akan lupa kepada amal saleh yang bermanfaat bagi diri kalian di hari kemudian, karena sesungguhnya pembalasan itu disesuaikan dengan jenis perbuatannya. 

{أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ}

Mereka itulah orang-orang yang fasik. (Al-Hasyr: 19)

Baca Juga  Mengapa Partai Ummat Banyak Mudharatnya?

Orang fasik adalah  orang-orang yang keluar dari jalan ketaatan kepada Allah, yang akan binasa di hari kiamat, merugi pada hari kiamat.

Idulfitri itu masih dalam rangkaian amalan puasa Ramadan. Kenapa kita lengah? Kenapa kita lupa hakikat puasa kita kemarin?  Berfoya-foya bagai syetan yang baru lepas dari kerangkeng?

كَمْ مِنْ صَاءِ مٍ لَيْسَ لَهُ اِلَّا الْجُوْعٍ وَالْعَطْشً

Berapa banyak orang yang berpuasa, tidak mendapat hasil dari puasanya itu, kecuali rasa lapar dan haus. (HR. Ibnu Majah) 

Cobalah perhatikan puasa kita kemarin, sampai hari ini juga, selama lebaran. Jangan-jangan kita termasuk yang seperti  itu. Kita hanya puasa fiqihiyah saja. Kita abai terhadap   hakikat puasa itu. Lepas Ramadan, hanya berhura-hura.

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ (1) حَتَّى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ (2) كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (3) ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ (4)

1). Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. 2). sampai kamu masuk ke dalam kubur.3). janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu … hingga akhir surah) . (Qs.-At-takatsur:1-4 dst)

At-takatsur (bemegah-megah) yang dimaksudn adalah: berfoya-foya dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan. Allah Swt. berfirman, bahwasanya kalian disibukkan oleh kecintaan kalian kepada duniawi dan kesenangannya serta perhiasannya, sehingga kalian melupakan upaya kalian untuk mencari pahala akhirat dan memburunya. Dan kalian terus-menerus sibuk dengan urusan duniawi kalian hingga maut datang menjemput kalian dan kalian dimasukkan ke dalam kubur hingga menjadi penghuninya.

Pengertian Idulfitri

Secara umum ada dua pengertian tentang Idulfitri ini. Pertama, Idulfitri berarti kembali berbuka (tidak puasa), seperti sabda Rasulullah sebagai berikut.

عَنْ عَاءِشَةِ  قَلَتْ؛ قَالَ رَسُوْلُ اللهُ ص؛  اَلْفِطْرُيَوْمٌ يَفْطَرُالنَّاسُ, وَالْاَضْحٌى يَوْمٌ يَضْحُى النّاسُ  

Baca Juga  Sejarah Beli Baju Lebaran

Dari ‘Aisyah, ia berkata, : Telah bersabda Rasulullah SAW: (Hari Raya) Fitri, itu hari yang orang-orang berbuka, dan (hari Raya}Adlha itu hari orang-orang yang berqurban (HR Tirmidzi) 

Kedua, Idulfitri berarti kembali ke fitrah Allah. 

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ (30)

30. Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Qs. Ar-Rum:30)

Fitrah Allah maksudnya manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama tauhid, yaitu beragama Islam. Mereka yang tidak beragama tauhid itu karena pengaruh rusaknya budaya lingkungan. 

Kata Anas bin Malik,”Orang beriman itu memiliki lima Hari Raya:

1. Tiap hari ia berjalan melewati orang beriman dan tidak dicatat padanya satu dosa, maka itu adalah hari raya.
2. Hari dia keluar dari dunia yakni mati dengan berbekal iman, syahadat dan benteng dari tipu daya syetan, maka hari itu adalah Hari Raya.
3. Hari dia menyebrang shiratal mustaqim/jembatan dari resiko hari qiyamat serta selamat pula dari tangan para musuhnya dan dari Malaikat Zabaniyah, maka itu adalah Hari Raya.
4. Hari dia masuk ke dalam Surga dan selamat dari neraka Jahim, maka itulah Hari Raya.
5. Hari dia bisa melihat Tuhannya, maka itulah Hari   Raya. 

Hakikat Idulfitri

Hakikat Idulfitri tak harus mudik dan melakukan perayaan lain, melainkan untuk saling berbagi. Perbanyaklah sedekah pada hari istimewa ini.

Dari Wahab bin Munabbih bahwa dia berkata: “Beliau Nabi Saw berkata:

Baca Juga  Melanggengkan Karakter Takwa Pasca-Ramadan

اِنَّ اِبْلِيْسَ عَلَيِهِ لَعَنَةَ يَصِيْحُ فِي كُلِّ يَوْمِ عِيْدِ فَيَجْتَمَعَ اَهْلُهً عِنْدَهُ فَيَقْوْلُوْنَ؛ يَا سَيِّيدَنا مَنْ اَغْضَبُكَ اِنَّانَكْسَرَهُ، فَيَقُوْلُ؛ لَاشَئْ وَلَكِنْ اللهُ اتَعَالً قَدْ غَفَرَلِهَذاهُ الْاُمَّةُ فِيْ هَذَا اْليَوْمِ فَعَلَيْكُمْ اَنْ  تَشْغُلُوهُمْ بِاَلْلِذَاتِ وَالشَّهْوَاتِ وَشَرَبَ الْخَمْرَ حَتَّى يْغْضَبَهُمُ اللهَ

Sesungguhnya Iblis yang dilaknat berteriak-teriak pada setiap hari Idulfitri. Maka berkumpullah semua ahlinya(bala tentaranya) di sekelilingnya, maka berkatalah mereka: “Wahai Baginda kami, siapakah yang menjadikan engkau murka, maka sungguh dia akan kami hancurkan.” Iblis berkata: “Tidak ada sesuatu, akan tetapi Allah ta’ala pada hari ini telah mengampuni umat ini. Maka kamu sekalian harus menyibukkan mereka dengan segala macam yang lezat-lezat, dengan syahwat, dan dengan minuman arak, sehingga Allah murka kepada mereka.” 

Sesungguhnya pada hari itu syetan sangat bersedih melihat Allah mengampuni dosa-dosa. Kemudiam ia bersama anak cucunys membuat rencana balas dendam kepada manusia agar manusia sibuk dengan segala macam yang lezat-lezat, syahwat, minum arak dan maksiyat lainnya..

Puasa Syawal Enam Hari

Puasa Syawal adalah puasa sunah selama enam hari yang dilaksanakan pada bulan Syawal. Sesibuk apa pun dalam berlebaran, sempatkan untuk ber-puasa syawal selama enam hari. Enam hari saja.

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ رواه مسلم وأبو داود والترمذي والنسائي وابن ماجه

 “Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadan, lalu diiringi dengan puasa enam hari pada bulan Syawwal, maka dia seperti puasa sepanjang tahun”. [Diriwayatkan oleh Imam Muslim, Abu Dawud, at Tirmidzi, an Nasaa-i dan Ibnu Majah].

Editor: Nabhan

Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Perspektif

Menjalankan Ibadah Puasa yang Ramah Lingkungan

2 Mins read
Bulan Ramadan merupakan bulan penuh berkah bagi umat Islam. Karena di bulan ini segala rahmat akan diturunkan bagi mereka yang menjalankan ibadah…
Perspektif

Muhammadiyah: Semangat Pembaharuan untuk Kebangsaan dan Kemanusiaan

7 Mins read
Pertama, di bawah langit Jogja yang membiru, di jantung pergerakan Kauman yang bersejarah, terbitlah semangat baru yang memadukan cahaya Sang Surya Islam…
Perspektif

Ka'bah dan Wajah Dunia Arab Modern

4 Mins read
Tulisan ini sebagai pertanyaan lanjutan dari tulisan Buya Syafi’i Maarif di Suara Muhammadiyah pada tahun 1992 dan dimuat juga dalam buku (Islam…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *