IBTimes.ID – Seorang mufassir kenamaan asal Suriah, Syekh Muhammad Ali Ash-Shabuni dikabarkan wafat pada hari ini, Jumat (19/3) di Yalova, Turki.
Dilansir dari Aktual, Syekh Ali As-Shabuni merupakan ulama yang banyak menghasilkan beragam karya dari berbagai bidang keilmuan antara lain tafsir, hadis, dan lainnya. Dalam bidang tafsir terutama, karya beliau yang banyak dikaji di Indonesia terutama adalah Shafwat al-Tafasir, Rawai’ al-Bayan fi Tafsir al-Ahkam, dan al-Tibyan fi ‘Ulum al-Quran.
Ulama yang lahir di Aleppo, Suriah, 1 Januari 1930 ini juga menjabat sebagai Guru Besar ilmu tafsir di Umm Al-Qura University, Makkah, Saudi Arabia. Ia lama tinggal di Makkah, Arab Saudi.
Masa Kecil Ali Ash-Shabuni
Ali Ash-Shabuni dibesarkan di tengah-tengah keluarga terpelajar. Ayahnya, Syekh Jamil, merupakan salah seorang ulama senior di Aleppo.
Ia memperoleh pendidikan dasar dan formal mengenai bahasa Arab, ilmu waris dan ilmu-ilmu agama di bawah bimbingan langsung sang ayah.
Sejak usia kanak-kanak, ia sudah memperlihatkan bakat dan kecerdasan dalam menyerap berbagai ilmu agama. Di usianya yang masih belia, ia telah berhasil menghafal seluruh juz dalam Alquran.
Dilansir dari Republika, selain menimba ilmu kepada sang ayah, Ash-Shabuni juga pernah berguru kepada sejumlah ulama terkemuka di Aleppo.
Di antara ulama-ulama Aleppo yang pernah menjadi gurunya adalah Syekh Muhammad Najib Sirajuddin, Syekh Ahmad Al-Shama, Syekh Muhammad Sa’id Al-Idlibi, Syekh Muhammad Raghib al-Tabbakh, dan Syekh Muhammad Najib Khayatah.
Untuk menambah pengetahuannya, ia juga kerap mengikuti kajian-kajian para ulama lainnya yang biasa diselenggarakan di berbagai masjid.
Setelah menamatkan pendidikan dasar, Ash-Shabuni melanjutkan pendidikan formalnya di sekolah milik pemerintah, Madrasah Al-Tijariyya. Di sini ia hanya mengenyam pendidikan selama satu tahun.
Kemudian ia meneruskan pendidikan di sekolah khusus syariah, Khasrawiyya, yang berada di Aleppo.
Saat bersekolah di Khasrawiyya, ia tidak hanya mempelajari bidang ilmu-ilmu Islam, tetapi juga mata pelajaran umum. Ia berhasil menyelesaikan pendidikan di Khasrawiyya dan lulus tahun 1949.
Atas beasiswa dari Departemen Wakaf Suriah, Ash-Shabuni melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar, Mesir, hingga mendapat gelar Lc dari Fakultas Syari’ah pada tahun 1952.
Dua tahun berikutnya, yakni pada tahun 1954, dari universitas yang sama, ia memperoleh gelar Magister pada konsentrasi peradilan Syariah (Qudha As-Sar’iyyah). Studinya di Mesir merupakan beasiswa dari Departemen Wakaf Suriah.
Menjadi Guru dan Dosen
Selepas menyelesaikan pendidikannya di Mesir, Ash-Shabuni kembali ke kota kelahirannya. Ia mengajar di berbagai sekolah menengah atas yang ada di Aleppo.
Pekerjaan sebagai guru sekolah menengah atas ini ia lakoni selama delapan tahun, dari tahun 1955 hingga 1962.
Setelah itu, ia mendapatkan tawaran untuk mengajar di Fakultas Syari’ah Universitas Umm Al-Qura’ dan Fakultas Ilmu Pendidikan Islam Universitas King Abdul Aziz. Kedua universitas ini berada di Kota Makkah. Ia menghabiskan waktu dengan kesibukannya mengajar di dua perguruan tinggi ini selama 28 tahun.
Karena prestasi akademik dan kemampuannya dalam menulis, saat menjadi dosen di Universitas Umm Al-Qura’, Ash-Shabuni pernah menyandang jabatan Ketua Fakultas Syari’ah.
Ia juga dipercaya untuk mengepalai Pusat Kajian Akademik dan Pelestarian Warisan Islam. Ia juga tercatat sebagai Guru Besar Ilmu Tafsir pada Fakultas Ilmu Pendidikan Islam Universitas King Abdul Aziz.
Di samping mengajar di kedua universitas itu, Syekh Ash-Shabuni juga kerap memberikan kuliah terbuka bagi masyarakat umum bertempat di Masjidil Haram. Kuliah umum serupa mengenai tafsir juga ia gelar di salah satu masjid di kota Jeddah. Kegiatan ini berlangsung selama sekitar delapan tahun.
Setiap materi yang disampaikan dalam kuliah umum ini, oleh Ash-Shabuni direkamnya dalam kaset. Bahkan, tidak sedikit dari hasil rekaman tersebut yang kemudian ditayangkan dalam program khusus di televisi. Proses rekaman yang berisi kuliah-kuliah umum Syekh Ash-Shabuni ini berhasil diselesaikan pada tahun 1998.
Di samping sibuk mengajar, Ash-Shabuni juga aktif dalam organisasi Liga Muslim Dunia. Saat di Liga Muslim Dunia ia menjabat sebagai penasihat pada Dewan Riset Kajian Ilmiah mengenai Alquran dan Sunnah.
Ia bergabung dalam organisasi ini selama beberapa tahun, setelah itu ia mengabdikan diri sepenuhnya untuk menulis dan melakukan penelitian.
Menjadi Penulis produktif
Syekh Ali Ash-Shabuni juga dikenal sebagai seorang penulis produktif. Saat bermukim di Makkah, dia banyak memanfaatkan waktu luangnya untuk menulis sejumlah kitab, terutama dalam bidang tafsir dan ilmu-ilmu Alquran.
Karya-karyanya tersebut hingga kini banyak menjadi rujukan ulama seluruh dunia dan beberapa di antaranya telah diterjemahkan ke dalam sejumlah bahasa.
Beberapa karya tulisnya yang telah dipublikasikan adalah Min Kunuz As-Sunnah (Studi Sastra dan Filologi terhadap Hadis), Al-Mawarits fi as-Syari’ah al-Islamiyah ‘ala Dha’l al-Kitab wa as-Sunnah, dan An-Nubuwah wa al-Anbiya’.
Selain itu, Rawa’iul Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam min Alquran, Qabas min Nur Alquran, Mukhtashar Tafsir At-Thabari, Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir, At-Tibyan fi Ulumil Quran, dan Shafwa At-Tafasir.
Berkat kiprahnya dalam dunia pendidikan Islam, pada tahun 2007, panitia penyelenggara Dubai International Qur’an Award menetapkan Syekh Ash-Shabuni sebagai Personality of the Muslim World.
Ia dipilih dari beberapa orang kandidat yang diseleksi langsung oleh Pangeran Muhammad ibn Rashid Al-Maktum, Wakil Kepala Pemerintahan Dubai. Penghargaan serupa juga pernah diberikan kepada sejumlah ulama dunia lainnya, di antaranya Syekh Yusuf Al-Qaradawi.
Reporter: Yusuf