IBTimes.ID – Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Amerika Serikat 2019-2021 Muhammad Ali menyebut, bahwa Amin Abdullah adalah model pemikir Muslim yang sangat progresif.
Hal ini disampaikan oleh Muhammad Ali dalam acara Launching Buku “FILSUF MEMBUMI DAN MENCERAHKAN: Menyemai dan Menuai Legacy Pemikiran Amin Abdullah pada Jumat (28/7/23).
“di akhir tahun 1990 an, sewaktu kami masih mahasiswa dan dalam perjalanan mencari jati diri. Sosok Pak Amin Abdullah saat itu adalah model kami sebagai pemikir Muslim yang sangat progresif,” Ujar Ali.
Ali menyebut, bahwa dirinya mengikuti perkembangan pemikiran Profesor Amin Abdullah sejak masih mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
“Waktu itu, satu nama yang saya dengar meskipun kami di Ciputat dan Profesor Amin Abdullah di Yogyakarta dan Muhammadiyah adalah satu-satunya filosof atau satu-satunya pemikir yang terus menawarkan gagasan-gagasan segar,” ungkapnya.
Ali menyampaikan, dirinya yang sedang menempuh studi di luar negeri juga akan melanjutkan apa yang sudah dilaksanakan oleh Profesor Amin Abdullah itu sendiri.
Bagi Ali, Profesor Amin Abdullah menunjukkan bahwa orang Asia itu bisa berfikir.
Ada satu buku yang dikarang oleh seorang intelektual dari Singapura, yang berjudul; Apakah Orang-orang Asia Itu Bisa Berpikir? buku yang berisi kumpulan esai-esai/pandangan biasa yang ingin menggugah dunia. Terlebih di Barat yang menganggap bahwa hanya orang Barat yang bisa berpikir. Apalagi menjadi seorang filosof.
Menurut Ali, sebuah pertanyaan yang sangat basi. Hal itu terbantahkan dengan sosok Profesor Amin Abdullah dan generasi-generasi yang lain dari Indonesia dan beberapa negara Muslim Timur.
Lantas, bagaimana dengan anggapan Islam Indonesia yang dipinggirkan? Ali mengatakan, dengan sosok Profesor Amin Abdullah. Anggapan bahwa muslim Indonesia dengan mayoritas terbesar di Indonesia itu bukan hanya sebagai pengguna/pengadobsi pemikiran. Tetapi Islam Indonesia bisa menjadi bagian dari penghasil pemikiran-pemikiran Islam.
“Nah, saya kira pemikiran Profesor Amin Abdullah menunjukkan bahwa Islam Indonesia itu bukan hanya sebagai penerjemah Islam dari Timur Tengah atau dari tradisi pemikiran Barat, tapi juga sebagai penghasil pemikiran Islam,” tegasnya.
Sebagai generasi muda, tambah Ali, perhatian yang besar terhadap cara berpikir, bahwa segala sesuatu itu dimulai dari cara berpikir (mindset)/akal budi.
“Pemikiran dan hati nurani bukan sesuatu yang terpisah dari persoalan-persoalan yang nyata di dalam masyarakat dan dunia,” tuturnya.
Ali menyampaikan, bahwa disinilah pentingnya pemikiran atau gagasan, baik itu disebut sebagai tarjih maupun tajdid. Ini menunjukkan bahwa dari Muhammadiyah dan yang lain kita bisa memunculkan gagasan dan pemikiran yang mewarnai pemikiran keislaman di Indonesia, tapi juga bisa mewarnai pemikiran keislaman di level dunia.
“Dalam buku 70 tahun Profesor Amin Abdullah ini, saya menulis tentang tafsir metafisik antar agama. Disitu saya menjelaskan bagaimana Profesor Amin Abdullah sangat berjasa memberikan sumbangan pemikiran bagaimana kita menafsirkan/menafsir ulang konsep-konsep dalam tafsir dan Al-Qur’an, sehingga bisa lebih menunjukkan keterpaduannya,” imbuhnya.
Ali menyampaikan, bahwa kita perlu mengikuti energi positif yang diberikan oleh Profesor Amin Abdullah.
“Saya ingin kita mengikuti energi positif dari Prof Amin Abdullah yang diberikan kepada kita semua. Setiap kali membaca dan bertemu dengan beliau, selalu ada energi positif. Beliau memberikan dan menebar energi positif bagi generasi muda, bukan hanya di kalangan aktivis Muhammadiyah, tapi juga di lintas ormas, lintas institusi, lintas agama, lintas gender, bahkan lintas bangsa,” lanjutnya.
“Mudah-mudahan generasi muda terus mengikuti dan terus melanjutkan apa yang sudah menjadi warisan intelektual Profesor Amin Abdullah,” tutup Ali.
(Soleh)