Muhammadiyah Pahlawan – Kemarin, 10 November 2021 merupakan peringatan dari Hari Pahlawan. Begitu banyak sekali mereka yang berjuang, berkorban jiwa raga demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Akhirnya, tercapailah suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat, peran serta tokoh hingga organisasi yang ada di Indonesia amat sangatlah besar.
Sampai pada hari ini pun, beberapa ormas menjaga dan menjadi garda terdepan dalam mempertahankan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka. Tak terkecuali Muhammadiyah, yang lahir dari sebelum proklamasi kemerdekaan di proklamirkan. Dari sisi organisasi serta tokohnya turut serta merumuskan pondasi negara, yakni Pancasila.
Dari KH. Ahmad Dahlan hingga Soekarno, dari Mr. Kasman Singodimejo sampai Ki Bagus Hadikusumo. Para tokoh-tokoh tersebut menjalankan perannya masing-masing dalam rangka menuju Indonesia yang merdeka.
Manfaat Muhammadiyah yang Banyak Dirasa
Sebagai organisasi, Muhammadiyah memiliki peran yang secara kasat mata terlihat, secara guna terasa manfaatnya. Tak hanya untuk kalangan sendiri, namun secara luas, Muhammadiyah menghadirkan nilai-nilai kebermanfaatan itu bagi seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai contoh, Muhammadiyah menjaga kemerdekaan dengan menolak Undang-Undang (UU) yang dirasa kurang memihak kepada rakyat. Semisal UU Omnibuslaw, RUU KPK, UU Nomor 22 Tahun 2011 tentang Minyak dan Gas Bumi; UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, UU Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan, dan UU Nomor 7 Tahun 2004 tentang Rumah Sakit yang pernah dibawa ke Mahkamah Konstitusi.
Belum lagi masalah Covid-19 yang Muhammadiyah sedari awal hingga kini terus konsisten membantu mengatasinya, dari aksi sosial dan kemanusiaan, sampai vaksinasi.
Kurang lebih ada 20 tokoh Muhammadiyah yang menerima gelar Pahlawan Nasional, dan mungkin masih banyak lagi yang tidak diketauhi atau belum diakui. Dari banyaknya pahlawan yang berlatar belakang Muhammadiyah tersebut, tidak membuat Muhammadiyah mengklaim paling berjasa.
Apalagi dengan memanfaatkan posisi-posisi strategis di Pemerintahan, tetapi Muhammadiyah tetap berbuat semampunya. Namun juga tak berarti memanfaatkan situasi (politik misalnya) semaunya.
Sikap kenegarawan inilah yang dilakukan oleh tokoh dan juga Persyarikatan, membuat posisinya tetap terjaga, tanpa terintervensi oleh pihak manapun.
Tradisi memberi untuk negeri menjadi semangat tersendiri sebagai wujud nyata mencintai bangsa, sehingga teladan dari para pejuang kemerdekaan yang tanpa pamrih, dicontoh oleh Muhammadiyah dan para tokohnya sampai sekarang.
Sikap Kepahlawanan Muhammadiyah
Sikap kepahlawanan juga terus digelorakan, bersama mengatasi masalah bangsa menjadi kepribadian yang berdasarkan Ketuhanan (agama). Memposisikan sifat wasathiyah, menebar syiar Islam yang moderat.
Tentunya hal ini tidaklah mudah ditengah tantangan global dan era digital, butuh kesungguhan tekad dan ketekunan. Muhammadiyah telah membuktikan dengan berbagai cara nyata yang kini, melalui AUM, Lazismu, MDMC, menjadi peran kata dari Muhammadiyah untuk dunia, tak hanya Indonesia.
Hal ini bukanlah sesuatu yang tidak diketahui, lebih dari itu semua sekarang bagaimana kita sebagai bagian darinya (Muhammadiyah) mau dan mampu berkomitmen.
Komitmen dalam memegang khittah perjuangan, menjaga integritas, meningkatkan kualitas, serta komitmen dalam berbangsa dan bernegara. Ditambah lagi, sifat tanpa pamrih sebagai kepribadian yang menjadi landasan ketika berbuat.
Bukan sedikit berbuat, sudah minta jadi pejabat. Memberi sedikit, sudah minta imbalan berlebih. Mabuk dengan sanjungan, serta ingin di eluh-eluhkan. Jika itu terjadi, maka kita akan jauh dari sifat kepahlawanan yang dulu sudah dicontohkan oleh para pahlawan.
Sifat pahlawan bukan cuma ingin sebuah gelar di sematkan, tetapi sifat yang dimaksud adalah mampu menjadi problem solving dari berbagai permasalahan yang ada di sekitar kita. Bagaimana sikap kita ketika ada ketimpangan sosial, ketidakadilan, pelanggaran hak-hak sebagai manusia dan warga negara, dengan kata lain tidak berdiam serta berpangku tangan ketika kezaliman sedang berjalan.
***
Muhammadiyah melakukannya dengan cara yang ma’ruf sebagai dakwah mencegah suatu kemungkaran, Muhammadiyah mengedepankan toleransi tanpa teriakan, dan Muhammadiyah menjaga negara dengan dasar Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah tanpa merasa paling NKRI.
Nilai-nilai tersebut merupakan nilai kepahlawanan yang sejati, berbuat dengan setulus hati. Harusnya kita belajar darinya, berbuat sesuatu, memberikan sesuatu, dengan tidak mengungkit-ungkit jasa, serta tidak untuk tujuan pragmatis semata. Tidak merasa paling benar dan menganggap salah semua jika tak di urus olehnya, serta tidak silau jabatan ketika datang sebuah tawaran.
Itulah sifat pahlawan yang di miliki Muhammadiyah, bukan berlebihan namun itulah kenyataan. Meski Muhammadiyah banyak berbuat, tak pernah mengklaim jasa-jasanya. Tak pernah berucap “kalau bukan karena saya”, sesungguhnya itu merupakan sifat rendah hati yang diajarkan oleh Nabi saw. Yang nantinya menghindarkan diri dari sifat ujub, takabur, riya’, dan juga sombong.
Mungkin apa yang dilakukan Muhammadiyah sebagaimana maksud dan tujuannya, mewujudkan masyarakat utama yang di ridhoi Allah swt. Mengaplikasikan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin, menjaga komitmen kebangsaan dengan memberikan peran, tidak hanya teriakan.
Editor: Yahya FR