Perspektif

Muhammadiyah Dicatut, Tokohnya Dihina, Haruskah Ade Armando Dimaafkan?

5 Mins read

Organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan lebih dari seratus tahun lalu sedang diterpa angin. Muhammadiyah dalam beberapa hari ini mengalami perlakuan yang tidak mengenakan dari oknum yang tidak bertanggung jawab. Mulai dari isu radikalisme, hingga yang terakhir nama organisasi dicatut oleh orang yang kurang baik akhlaknya untuk meneror suatu acara, dan juga tuduhan berupa fitnah yang disampaikan oleh suatu akun Facebook bernama Ade Armando (1/6/2020).

Muhammadiyah dan Tokohnya Dihina

Nama Muhammadiyah digunakan dalam penyelenggaraan webinar nasional yang diselenggarakan Masyarakat Hukum Tata Negara Muhammadiyah (MAHUTAMA) dan Kolegium Jurist Institute (KJI) dengan tema “Menyoal Kebebasan Berpendapat dan Konstitusionalitas Pemakzulan Presiden di Era Pandemi Covid-19” dengan menghadirkan Prof. Din Syamsuddin sebagai keynote speaker.

Sebuah akun Facebook bernama Ade Armando memposting flyer acara tersebut dengan menyertakan caption “Isu pemakzulan Presiden digulirkan Muhammadiyah. Keynote Speakernya Din Syamsudin, si dungu yang bilang konser virtual Corona menunjukkan pemerintah bergembira di atas penderitaan rakyat“. Sebelumnya, nama Muhammadiyah Klaten dicatut dalam pesan ancaman yang dikirim oleh orang yang tidak dikenal identitasnya kepada pihak yang terkait dengan diskusi mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (FH UGM). 

***

Bukan mau membahas masalahnya secara detail, namun dari kedua hal di atas terlihat bahwa nama Persyarikatan Muhammadiyah menjadi hal yang dimanfaatkan untuk mengancam dan difitnah oleh orang yang terlalu cepat mengambil kesimpulan.

Untuk masalah pertama, yakni nama Muhammadiyah dijadikan teror oleh orang yang mengatasnamakan dirinya “Ormas Muhammadiyah” jelas terlihat aneh diksi yang dipakai. Karena kebanyakan warga Persyarikatan tidak memakai kata “ormas” ketika menyebut dirinya bagian dari Muhammadiyah. Dan warga, simpatisan, kader, ataupun anggota Muhammadiyah sudah pasti memahami hal itu. Maka hampir bisa dipastikan pesan yang berisi ancaman tersebut bukan dari orang Muhammadiyah.

Kemudian pada hal yang kedua, yakni masalah webinar dengan tema “Menyoal Kebebasan Berpendapat dan Konstitusionalitas Pemakzulan Presiden di Era Pandemi Covid-19” tersebut, terlepas dari acara yang diselenggarakan yang isinya tidak ada maksud untuk apa yang dibilang “makar” dan lainnya.

Sebuah akun Facebook bernama Ade Armando yang entah itu benar milik Ade Armando atau bukan, tetapi caption yang ditulis jelas menghina dan menuduh Muhammadiyah dengan fitnah yang keji. Apalagi pada tulisannya menyebutkan tokoh Muhammadiyah, dan juga tokoh bangsa yakni Prof. Din Syamsuddin dengan sebutan “si dungu“, ini jelas penghinaan yang serius.

Baca Juga  Syafiq Mughni: Islam Berkemajuan itu tidak Tekstual
***

Kedua kasus ini pun sudah mendapat respon dari teman-teman aktivis Muhammadiyah, mulai dari pelaporan dan permintaan kepada pihak berwajib untuk mengusut pelaku peneror yang mencatut nama Muhammadiyah melalui pesan singkat itu. Kemudian ada juga yang melakukan somasi terhadap akun Facebook Ade Armando dari teman-teman KOKAM (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah) Jawa Tengah. Namun, apa yang dilakukan oleh mereka (yang mencatut nama Muhammadiyah untuk meneror dan yang memfitnah Muhammadiyah serta menghina Prof. Din Syamsuddin) sungguh perbuatan keji.

Padahal kita tahu, bahwa peran Muhammadiyah dan juga Prof. Din Syamsuddin sangat besar bagi bangsa ini. Muhammadiyah yang ada sejak sebelum bangsa ini merdeka hingga kini turut serta membangun peradaban dan mencerdaskan kehidupan bangsa melalui ribuan AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) yang dimiliki.

Kemudian Prof. Din Syamsuddin yang merupakan mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah 2 periode dan sampai sekarang masih aktif di organisasi yang di mana kami sebagai warga dan kader sangat menghormati beliau, menyebut Prof. Din Syamsuddin dengan kata “si dungu” adalah hal amat sangat menyakitkan hati kami. Namun, kami tidak mungkin membalas hal tersebut dengan tindakan yang keras, karena Muhammadiyah mengajarkan kita untuk berlaku santun dan beradab sebagaimana ajaran agama Islam.

Hadapi dengan Dakwah

Dari berbagai kasus yang pernah ada hingga 2 kasus terakhir yang mencatut dan menghina nama Muhammadiyah. Muhammadiyah secara organisatoris selalu menghadapinya dengan santun dan sesuai konstitusi. Karena Muhammadiyah terlalu besar jika hanya mengurusi hal-hal remeh.

Muhammadiyah akan lebih konsisten dalam membantu bangsa dan negara, apalagi di tengah adanya pandemi seperti sekarang ini. Muhammadiyah konsisten dan menolak berdamai dengan virus Corona dengan mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menangani Covid-19.

***

Ade Armando sudah meminta maaf kepada Muhammadiyah atas apa yang telah dilakukannya melalui postingannya, namun dia enggan meminta maaf kepada Prof. Din Syamsuddin sebagaimana yang dilansir oleh CNN Indonesia (2/6/2020). Sebagai orang yang beriman dan warga Muhammadiyah, sudah seharusnya kita memaafkan Ade Armando yang sudah memberikan klarifikasinya dan permintaan maafnya kepada Muhammadiyah melalui akun Facebook Ade Armando (1/6/2020).

Dia juga sudah menjelaskan yang terdapat 6 poin atas apa yang ia posting sebelumnya, dan Ade Armando bersedia minta maaf kepada Prof. Din Syamsuddin setelah adanya penjelasan terkait pernyataan Prof. Din mengenai konser BPIP beberapa waktu lalu. Tetapi, secara pribadi saya mengharap agar Ade Armando juga meminta maaf kepada Prof. Din Syamsuddin atas sebutan yang ia tuliskan di Facebooknya.

Baca Juga  1 Triliun Muhammadiyah, Nggak Pake Pasir!

Pak Ade Armando, bukankah kita lebih baik saling meminta maaf dan saling memaafkan? Agar tidak menjadi masalah yang berkepanjangan, karena apa yang Ade Armando lakukan sudah menyerang kehormatan Prof. Din Syamsuddin yang merupakan bapak kami di Muhammadiyah.

***

Warga Muhammadiyah apakah memaafkan Ade Armando? Insya Allah kami memaafkan namun tidak melupakan. Karena ia sudah beritikad baik meminta maaf kepada Muhammadiyah atas apa yang dilakukannya. Tetapi kami warga Muhammadiyah juga meminta agar Ade Armando meminta maaf kepada Prof. Din Syamsuddin.

Pak Din Syamsuddin pun malah mendoakan Ade Armando atas hinaan yang dilakukan kepadanya, “Maaf saya tidak ada waktu menanggapi pernyataan seperti itu, karena tidak ingin merendahkan derajat dan martabat diri, saya berdoa semoga Allah SWT memberi hidayah kepada beliau untuk kembali ke jalan yang benar,” kata Pak Din sebagaimana yang dilansir Jawapos.

***

Kemudian di kasus lain, nama Muhammadiyah Klaten yang dicatut untuk meneror, kita harus tetap mengawal dan mendesak pihak yang berwajib untuk mencari siapa di balik pesan ancaman tersebut yang jelas mencemarkan nama baik Persyarikatan. Maka, kita harus kawal prosesnya dan tetap waspada akan adanya fitnah dan pencatutan nama organisasi untuk melakukan kejahatan ataupun teror.

Dan yang jelas, Muhammadiyah tidak anti intelektualitas, anti kebebasan, justru sebaliknya. Maka, pelaku teror tersebut sudah jelas orang yang miskin ilmu, dan bukan orang Muhammadiyah. Langkah konstitusional dan beradab sudah pastilah dilakukan oleh Muhammadiyah atas kasus ini.

Makin Tinggi, Banyak Angin yang Menerpa

Masa pandemi dan juga masa-masa sebelumnya sudah banyak kontribusi Muhammadiyah pada negara ini, Muhammadiyah konsisten dengan apa yang dilakukan. Jika pun ada kebijakan yang kurang pas dari Pemerintah, Muhammadiyah melakukan kritik yang beradab, bukan dengan cara barbar.

Dari kedua hal yang hangat dibicarakan akhir-akhir ini, menandakan bahwa Muhammadiyah semakin tinggi dan besar, makanya tak heran jika banyak angin yang menerpa. Kedua kasus ini bukan pertama kali dialami oleh organisasi yang didirikan di Kauman, Yogyakarta ini, tetapi Muhammadiyah tidak goyah malah akan semakin “gagah“, gagah dalam artian kuat dan tetap bermartabat.

Baca Juga  Muhammadiyah di Benak Soeharto

Oleh karena itu, mari kita memaafkan kepada Ade Armando dan siapapun yang mencemarkan nama baik Persyarikatan Muhammadiyah, untuk yang dalam proses hukum, kita ikuti alurnya sesuai konstitusional. Mari kita jadikan pelajaran atas apa yang terjadi, dengan meminimalisir serta menjaga agar tak terulang di kemudian hari. Dan kepada Ade Armando, kita harapkan untuk meminta maaf kepada bapak kita, ayahanda Prof. Din Syamsuddin. Karena meminta maaf tidak menjadikan diri kita rendah dan hina. Allah berfirman,

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (134)

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu, Allah menyediakan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik di waktu lapang atau sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Qs. Al-Imran: 133-134).

Permasalahan yang terjadi sebagaimana diuraikan di atas, haruslah kita hadapi dengan hati yang tenang dan santun serta dengan akhlak yang baik. Oleh karenanya, mari memaafkan Ade Armando, dan menyarankannya untuk meminta maaf kepada Prof. Din Syamsuddin agar masalah ini tidak menjadi berkepanjangan.

Mari kita dukung pihak yang berwajib dalam mengusut tuntas kasus teror yang mencatut nama Muhammadiyah siapapun orangnya, serta mengawal kasusnya agar tak berlalu begitu saja. Sejatinya, kita forgiven but not forgotten, memaafkan tapi tidak melupakan. Dan mari kita lakukan hal-hal yang baik dalam menyikapi masalah seperti ini, dengan menahan amarah.

Adanya kasus ini menandakan bahwa Muhammadiyah yang sudah besar ini makin besar dan tinggi kedudukannya di masyarakat, sehingga banyak pihak yang ingin menjatuhkan dan membenturkannya dengan berbagai pihak. Namun satu yang perlu diingat, kami warga, simpatisan, dan aktivis Muhammadiyah tidak akan tinggal diam ketika nama organisasi Persyarikatan kami dan tokoh Muhammadiyah dihina, dicatut, bahkan sampai difitnah oleh siapapun.

Kami akan tetap melakukan sesuatu demi menjaga martabat dan kehormatan Muhammadiyah, tentunya dengan cara yang beradab dan konstitusional.

Editor: Arif

Hendra Hari Wahyudi
97 posts

About author
Anggota Majelis Pustaka, Informasi dan Digitalisasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur periode 2022-2027
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds