Tahun baru selalu identik dengan sesuatu hal serba baru. Hanya saja sesuatu yang baru selalu diidentikkan dengan hal-hal yang bersifat fisik atau material semata. Padahal di balik yang bersifat materil tersimpan mutiara abadi yang akan mengantarkan manusia bertemu dengan Allah Swt.
Rutinitas sehari-hari, terkadang manusia lengah sehingga waktu berlalu begitu saja tanpa disadari. Waktu bergulir secara otomatis apa adanya dengan meninggalkan kenangan tahun sebelumnya. Saat pergantian tahun menyapa, seolah-olah kita tersentak betapa berharganya waktu dan miskinnya nilai kebaikan yang telah dirajut selama satu tahun telah berlalu.
Pergantian tahun bukan sekadar pertambahan angka, tapi juga pintu gerbang menuju lembaran baru. Di penghujung tahun ini, tak ada yang lebih penting selain muhasabah, introspeksi diri, untuk menyapu bersih debu-debu kealpaan dan menerangi jalan menuju masa depan yang lebih baik. Menuju masa depan yang mencerahkan.
Muhasabah dalam Islam
Muhasabah, dalam Islam, adalah proses pengorekan diri, merenungkan kembali amal perbuatan, dan memperbarui tekad untuk menjadi pribadi yang lebih sesuai dengan kehendak Allah Swt. Ini bukan tentang menyiksa diri dengan penyesalan, melainkan tentang belajar dari pengalaman dan memperbaiki diri dengan penuh harapan.
Seperti sabda Rasulullah Saw,
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ
Artinya: “Koreksilah diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (dengan amal shalih) untuk pagelaran agung (pada hari kiamat kelak)” (HR. Tirmidzi).
لَا يَكُونُ العَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ
Artinya: “Hamba tidak dikatakan bertakwa hingga dia mengoreksi dirinya sebagaimana dia mengoreksi rekannya” (HR. Tirmidzi).
Jika hal ini dilakukan, niscaya orang yang melaksanakannya akan beruntung. Bukanlah sebuah aib untuk rujuk kepada kebenaran, karena musibah sebenarnya adalah ketika terus-menerus melakukan kebatilan.
Muhasabah akhir tahun menjadi kesempatan emas untuk bercermin pada diri sendiri, mengoreksi kesalahan, dan menancapkan niat untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Menelisik Kedalaman Hati dan Menyemai Benih Keberkahan
Muhasabah dimulai dengan menengok ke dalam hati. Apa saja yang telah kita capai di tahun ini? Apakah kita telah mengoptimalkan potensi yang dikaruniakan Allah Swt? Adakah ibadah yang tertinggal? Adakah janji yang terlupa? Adakah hak yang terabaikan?
Kita perlu jujur pada diri sendiri, mengakui kekurangan dan kesalahan. Ini bukan untuk berlarut dalam penyesalan, melainkan untuk menjadi titik tolak perbaikan. Dengan kesadaran penuh, kita bisa memohon ampun kepada Allah Swt dan bertekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik di tahun yang akan datang.
Setelah introspeksi, saatnya menanamkan benih-benih kebaikan untuk masa depan yang lebih cerah. Apa saja yang ingin kita raih di tahun mendatang? Ingin lebih dekat dengan Allah Swt? Mempererat hubungan keluarga? Mengejar cita-cita dengan tekad yang lebih kuat?
Nabi Muhammad Saw pernah mengingatkan umatnya agar dari waktu ke waktu adanya perubahan untuk menjadi orang beruntung, jangan sampai menjadi orang yang merugi apalagi sampai menjadi golongan orang celaka:
من كان يومه خيرا من امسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل امسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من امسه فهو ملعون.( رواه الحاكم)
Artinya: “Barangsiapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang beruntung, Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin dialah tergolong orang yang merugi dan Barangsiapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin dialah tergolong orang yang celaka.” (HR. Al Hakim).
Hadits tersebut mengajarkan untuk menetapkan tujuan-tujuan yang realistis, namun tetap menantang. Kita dituntut untuk membuat rencana yang matang dan terperinci. Dan yang terpenting, jangan lupa untuk bersandar pada kekuatan Allah Swt, memohon petunjuk dan pertolongan-Nya agar segala langkah kita diberkahi.
Langkah-langkah Menuju Pribadi Mencerahkan
Muhasabah akhir tahun tak hanya berhenti pada introspeksi dan rencana. Ia menuntut aksi nyata. Berikut beberapa langkah yang dapat kita lakukan:
- Perkuat Ibadah: Perbanyaklah shalat, baca Al-Qur’an, dan berdzikir. Dekatkan diri kepada Allah SWT dengan amal-amal saleh.
- Perbaiki Hubungan: Minta maaflah kepada orang-orang yang telah kita sakiti, pererat silaturahmi dengan keluarga dan teman-teman, dan sebarkan kebaikan kepada sesama.
- Asah Keterampilan: Tingkatkan terus potensi dan kemampuan kita. Belajarlah hal-hal baru, kembangkan bakat, dan jangan takut untuk keluar dari zona nyaman.
- Disiplin dan Gigih: Tetapkan jadwal yang teratur, fokus pada tujuan yang telah ditetapkan, dan jangan mudah menyerah.
- Bersyukur dan Optimis: Sampaikan rasa syukur atas segala nikmat yang telah diterima, dan pandanglah masa depan dengan penuh optimisme.
Muhasabah akhir tahun bukanlah sekadar ritual, melainkan proses transformasi diri. Ia membuka pintu menuju masa depan yang lebih bermakna dan mencerahkan, yang dipenuhi dengan limpahan rahmat dan keberkahan Allah Swt.
Sebagai seorang muslim perlu dicatat dan diingat-ingat, untuk melakukan muhasabah dan introspeksi diri tidak perlu menunggu datangnya tahun baru. Sudah seharusnya kita mengintrospeksi diri setiap hari, apakah hari ini sudah lebih baik dari kemarin?
Setidaknya pergantian tahun sebagai pengingat, mari kita jadikan momen ini sebagai titik awal untuk menggapai versi terbaik diri kita, untuk menjadi pribadi yang lebih bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Dengan hati yang bersih dan semangat yang baru, kita siap melangkah menuju masa depan yang lebih cerah, insya Allah.
Semoga tahun yang baru menjadi tahun penuh keberkahan, di mana kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang mencerahkan, lebih dekat dengan Allah Swt, dan lebih bermanfaat bagi sesama. Aamiin.
Editor: Soleh