Perspektif

Syahadat Ekologi: Menyelamatkan Lingkungan dari Kerusakan

3 Mins read

Kemajuan pesat teknologi dari waktu ke waktu dibuat untuk menghadirkan manfaat dan kemudahan, tergantung apa yang dikembangkan. Misalnya, untuk memudahkan dalam berkomunikasi, diciptakanlah teknologi telpon. Kemudian dengan inovasi melewati proses perkembangan, maka telpon mengalami berbagai perubahan modifikasi serta penambahan fungsi lainnya. Mulai dari inovasi telpon menjadi handphone sampai akhirnya menjadi ponsel pintar atau smartphone yang saat ini hampir semua umat manusia memiliki dan memanfaatkan teknologi tersebut. Bahkan mungkin bagi sebagian orang sudah menjadi kebutuhan primer keempat. Maka dimudahkanlah umat manusia dengan teknologi ini.

Tentu, tidak sedikit pula perkembangan teknologi menghadirkan malapetaka yang berimbas buruk, khususnya kepada alam dan lingkungan. Meskipun masih memiliki nilai manfaat dan kemudahan, tetapi hanya didasarkan pada kepentingan jangka pendek dan keserakahan manusia.

Misalnya berbagai alat berat yang digunakan untuk mengeruk tanah, menebang pohon, dan sebagainya yang digunakan dalam kepentingan bisnis manusia. Tetapi jika dilakukan dalam skala besar dan terus menerus, keseimbangan lingkungan menjadi buruk. Banyak contoh lainnya dari skala kecil sampai besar, menggunakan alat sederhana sampai alat yang memerlukan banyak biaya, dilakukan oleh masyarakat pada umumnya sampai korporat-korporat besar, bahkan sampai dilakukan tanpa melibatkan banyak pihak sampai dilakukan dengan melibatkan kalangan-kalangan elit penguasa.

Moralitas Lingkungan

Hal itu jelas menunjukkan bahwa kesadaran moral terhadap lingkungan sangat buruk. Alam hanya dianggap sebagai objek yang bisa kita perlakukan secara bebas. Kita terlalu sombong dan serakah untuk mengakui keberadaannya, padahal apa yang terjadi dan menjadi kebutuhan bagi kita itu berasal dari alam.

Alam yang kian hari menjadi korban eksploitasi tidak bisa begitu saja dibiarkan. Beberapa hal yang menjadi akibat dari perusakan alam satu demi satu setidaknya sudah dirasakan, misalnya kualitas udara kian hari kian memburuk akibat tercemarnya udara dan pemanasan global oleh polusi besar-besaran di berbagai belahan dunia, yang kemudian kualitas udara yang buruk juga berimplikasi pada kesehatan manusia.

Baca Juga  Tantangan Ekonomi Islam dalam Dimensi Moral

Moral berasal dari kata Latin “mores” yang berarti: tata cara, kebiasaan dan adat. Perilaku moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial. Diskursus moral identik dengan aktivitas sosial, yang mengontrol perilaku manusia sesuai norma. Tapi kemudian moral juga dapat dipakai dalam konteks lain. Dalam hal ini moral juga bisa disandingkan dan dipakai pada konteks menjaga lingkungan. Dengan kata lain bisa dikatakan tidak bermoral manusia yang tidak menjaga atau tidak menghargai alam.

Moral digunakan dalam konteks yang lebih besar. Dikatakan bermoral itu ketika perilaku, kesopanan, sikap yang merupakan sikap yang dipandang di masyarakat memiliki nilai baik atau buruk, dalam kajian filsafat ilmu masuk pada tataran aksiologis. Maka, yang menjadi perhatian di sini adalah bagaimana kesadaran moral terhadap alam itu dapat terbentuk sehingga manusia bisa lebih bermoral terhadap lingkungan.

Islam Rahmatan Lil Alamin

Sudah sering kita dengar bahwa dalam ajaran agama Islam dengan mengutip ayat di dalam surat Al-Anbiya : 107 “Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” Perlu digaris bawahi pada bagian ‘rahmat bagi semesta alam’, di sini jelas tidak dikatakan bagi manusia saja, artinya Islam menghendaki rahmat (kelembutan, kehalusan dan kasih sayang) di muka bumi ini tanpa terkecuali. Maka, konsekuensi umat Islam dalam rangka mengamalkan ajarannya yaitu juga turut dalam menjaga lingkungan, menjaga antar makhluk hidup (ekologi).

Dalam ayat lain, dalam surat Al A’raf : 56 juga jelas Allah memperingati “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi ini, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harap kan dikabulkan. sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” Ayat ini menunjukkan bahwa apa yang diberikan Allah kepada manusia, sesuai dengan ukuran yang diberikan Allah tergantung bagaimana manusia memeliharanya, yang berarti harus dijaga.

Baca Juga  Belajar untuk Eksistensi Hidup

Selain itu, jelas juga difirmankan Allah dalam surat Al-Ahqaf : 3 “Kami ciptakan sumber daya alam dan lingkungan dengan cara yang benar dan dalam keadaan terbatas. Sementara itu, orang-orang kafir cenderung mengabaikan peringatanKu.” Ayat ini lebih tegas lagi menyebut orang yang mengabaikan lingkungan masuk pada kategori kafir.

Banyak yang disampaikan pemuka agama dalam tausiyahnya, tapi untuk masalah menjaga lingkungan sedikit terlupakan. Perlukah dipertanyakan kualitas keislamannya dengan indikator kepedulian terhadap lingkungan? Karena sangat disayangkan dalam hal mengamalkan ajaran ini, kita sebagai muslim tidak benar-benar mengusahakannya dan kalah dalam menunjukkan identitas kita dengan menebar rahmat bagi semesta alam, dalam hal turut dalam menjaga alam.

Syahadat Ekologi

Oleh karena itu, menjadi konsekuensi semua pihak kiranya terutama muslim untuk turut dalam menjaga lingkungan. Sesungguhnya ajaran Islam itu tidak melulu pada urusan ibadah ritual semata. Ketika sudah bersyahadat artinya kita sudah konsekuensi untuk mendalami dan mengamalkan ajaran Islam, termasuk untuk menjaga lingkungan yang secara jelas di dalam nash utama, yaitu Al-Quran.

Di sisi lain juga term syahadat ini tidak salah juga untuk digunakan dalam konteks menjaga alam dan lingkungan dengan istilah syahadat ekologi, yang menunjukkan ikrar dan kebulatan niat kita dalam menjaga lingkungan. Penulis dalam hal ini mengajak mari sama-sama syahadat ekologi, dalam arti dengan kesungguhan dan kebulatan tekad, sama halnya ketika kita bersyahadat dengan bersaksi menyebut Allah dan RasulNya, yang berindikasi pada keharusan kita dalam mendalami dan mengamalkan ajarannya dengan kesungguhan penuh.

Harapan besar kemudian dengan kesadaran ekologi dan kesungguhan tersebut dapat mengubah pandangan terhadap lingkungan dan berimplikasi pada kehidupan, dengan misalnya mempertimbangkan sisi ekologi dalam berbagai pilihan, dengan melihat dampak secara kecil atau besar terhadap lingkungan dalam memilih atau mengambil keputusan. Menjadikan ekologi salah satu pertimbangan penting, sehingga apapun yang dilakukan kecil atau besar, terkandung rahmat.

Editor: Arif

Baca Juga  98 Tahun Persis: Gairahkan Dakwah Ekologis
Avatar
1 posts

About author
Ketua PW IPM Banten, Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Articles
Related posts
Perspektif

Bulan Puasa dan Gairah Kepedulian Sosial Kita

3 Mins read
Tidak terasa kita telah berada di bulan puasa, bulan yang menurut kepercayaan umat Islam adalah bulan penuh rahmat. Bulan yang memiliki banyak…
Perspektif

Hisab ma’a al-Jami’iyyin: Tanggung Jawab Akademisi Muslim Menurut Al-Faruqi

4 Mins read
Prof. Dr. Ismail Raji Al-Faruqi merupakan guru besar studi Islam di Temple University, Amerika Serikat. Beliau dikenal sebagai cendekiawan muslim dengan ide-idenya…
Perspektif

Rashdul Kiblat Global, Momentum Meluruskan Arah Kiblat

2 Mins read
Menghadap kiblat merupakan salah satu sarat sah salat. Tentu, hal ini berlaku dalam keadaan normal. Karena terdapat keadaan di mana menghadap kiblat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *