Abdul Mu’ti, Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, turut menghadiri Pengajian Umum PP Muhammadiyah yang mengangkat tema “Virus Corona: Masalah dan Penanganannya”. Pengajian ini dilaksanakan pada hari Jumat (13/3). Mu’ti mengatakan kepada peserta pengajian bahwa kasus ini perlu menjadi perhatian kita Bersama-sama. PP Muhammadiyah juga sudah berusaha mengambil langkah-langkah sangat strategis dan taktis bagaimana menyelesaikan masalah ini.
“Beberapa waktu yang lalu ada yang memberikan komentar ketika banyak negara yang terinveksi corona, bahwa Indonesia tidak terkena corona karena qunut. Sehingga banyak meme di medsos kalau Muhammadiyah tidak qunut, lantas bagaimana membentengi corona?” kelakar Mu’ti yang diikuti gelak tawa peserta pengajian.
Mu’ti melanjutkan bahwa Muhammadiyah membentengi corona dengan menyiapkan 20 Rumah Sakit Muhammadiyah. Selain itu, Agus Taufiqurrahman selaku Ketua PP Muhammadiyah yang membidangi kesehatan sudah membentuk tim Muhammadiya Covid-19 Command Center, yang diketuai oleh dr. Corona. “nama dokter Corona ini mendadak terkenal di seluruh dunia sejak beberapa Minggu yang lalu” ujar Mu’ti mengomentari nama ketua tim yang sama dengan nama virus yang sedang ditangani.
Pelanggaran Terhadap Fitrah Manusia
Menurut Mu’ti, corona ini bukan sesuatu yang sederhana. Ini adalah kasus yang cukup serius. Maka, Mu’ti menyampaikan beberapa hal. Pertama, ada orang-orang yang bilang bahwa corona adalah kutukan dari Allah. Mu’ti tidak setuju dengan pandangan demikian. Mu’ti meyakini bahwa kasus ini adalah bukti apabila sunnatullah (hukum Allah) tidak diikuti, maka ketetapan-Nya akan berlaku.
Allah memerintahkan manusia untuk hidup sehat dan hidup bersih. Islam adalah agama fitrah. Fitrah ini salah satu pengertiannya adalah bersih. Bersih itu tidak hanya dalam pengertian teologis, namun juga dalam pengertian perilaku dan kebiasaan hidup yang bersih. Sehingga, dalam fiqh kita menemukan hadits yang berbunyi sab’atun minal fitroh (tujuh hal yang termasuk dalam fitrah), misalnya adalah al-khitan (khitan). Khitan adalah fitrah. Selain itu ada juga memotong kumis, merapikan jenggot, dan lain-lain.
baca juga: Cara Menghindari Virus Corona Menurut dr. Subkhan
Mu’ti melanjutkan bahwa virus ini, jika dilihat penjelasan ilmiahnya, terjadi karena tabiat dan perilaku yang tidak bersih. Karena itu disebutkan oleh para ahli bahwa kalau cuci tangan harus dengan air yang mengalir. Tidak menggunakan air yang menggenang. Karena itu, dalam pembahasan thoharoh yang berbicara mengenai jenis-jenis air, salah satu jenis air yang tidak bersih adalah air yang menggenang, yang berubah zat dan warnanya. Maka, air yang bagus, menurut fiqh maupun menurut kesehatan, adalah air yang mengalir. Tidak sekedar air yang menjadikan ibadah menjadi sempurna, namun juga menjadikan tubuh kita bersih dari najis.
Karena itu, sejak awal Muhammadiyah mengajarkan bahwa jika berwudhu menggunakan air mengalir, bukan air menggenang. Karena air ini memiliki resiko yang sangat tinggi. Perintah Allah, sebagaimana disampaikan Mu’ti, adalah manusia harus menjadi hamba-hamba yang bertaubat dan bersih. Allah berfirman innallaha yuhibbu at tawwabiin wa yuhibbu al-mutathohiriin (sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang bersuci/membersihkan diri). Maka kalau kita lihat, banyak penyakit yang berkaitan dengan virus itu karena kebersihan. Ada fitroh yang tidak dijaga oleh manusia.
Konspirasi Negara Asing?
Mu’ti berpendapat bahwa adanya virus ini, bukan karena ada suatu negara ingin memusnahkan manusia dengan virus, dan nanti mereka akan menjual obat antivirus demi keuntungan tertentu. Menurutnya, kasus ini tidak sejauh itu. “Saya kira terlalu beresiko dan terlalu ugal-ugalan kalau hanya untuk jual obat antivirus. Tapi betul karna faktor penyebaran virus yang tidak terdeteksi, sehingga akibatnya akan susah untuk dihilangkan.” Ujar Mu’ti.
Ia menyampaikan hadits nabi tentang wabah yang sampai di Indonesia, agar jangan sampai masyarakat masuk ke daerah itu. Itu menjadi alasan kenapa sekarang ada beberapa orang yang mengusulkan supaya Jakarta di lockdown (isolasi).
Kewaspadaan terhadap virus Corona tetap perlu, namun juga tidak perlu terlalu over reaktif. Solusinya adalah apa saja yang sudah disampaikan oleh para ahli pada sesi sebelumnya dalam pengajian tersebut, seperti dr. Agus Samsudin, dr. Subkhan, dan dr. Corona. Sehingga memang harus ada dua ikhtiar, yaitu ikhtiar yang bersifat ruhaniah sekaligus ilmiah.
Karena kekhawatiran-kekhawatiran yang ada, maka muncul pertanyaan apakah Muhammadiyah akan meliburkan salat jumat? Di Singapura dan beberapa daerah di Malaysia sudah meliburkan salat jumat. Ada beberapa ahli yang berpendapat jika hujan saja boleh tidak salat jumat, apalagi corona. Mu’ti mengatakan bahwa ia belum dapat menjawab, dan PP Muhammadiyah secara resmi juga belum menyatakan sikap.
“Jika salat jumat diliburkan misalnya, kemudian muncul kepanikan yang luar biasa, jangan-jangan nanti salat-salat yang lain juga diliburkan, jangan-jangan tidak ada lagi salat jamaah di masjid”, ujar Mu’ti. Jadi, menurutnya tetap perlu berhati-hati, namun kegiatan juga tetap harus dilaksanakan sebagaimana mestinya.
Ia merekomendasikan bahwa di masjid bisa diberi hand sanitizer, khususnya yang tidak mengandung alkohol. Karena ada beberapa orang yang mengatakan bahwa alkohol itu najis. Tapi kalau misalnya harus dengan alkohol, hand sanitizer tetap dapat dipakai, dengan alasan darurat. Namun, menurutnya hand sanitizer yang tidak mengandung alkohol, secara syar’i lebih aman.
Ketiga, sekarang masyarakat menafsirkan sendiri-sendiri kejadian corona ini. “Maka, usul saya adalah agar dilakukan penyuluhan-penyuluhan di basis-basis masyarakat. Penyuluhan dilakukan tentang maa huwa corona (apa itu corona), wa maa qoriinuhu (dan apa ciri-cirinya).”
Terakhir, Mu’ti berpesan kepada peserta pengajian bahwa sembuh, sakit, hidup, dan mati, itu Allah yang mengatur. Sehingga, kita harus senantiasa berikhtiar. Termasuk dalam bagian ikhtiar itu adalah tawakkal. Jadi tawakkal itu adalah bagian dari ikhtiar.
Reporter: Yusuf R Yanuri
Selengkapnya klik di sini