IBTimes.ID – Ahmad Najib Burhani Cendekiawan Muda Muhammadiyah menyampaikan, kelompok ekstremis kian mengincar anak muda lewat internet di media sosial.
Hal ini disampaikan oleh Ahmad Najib Burhani dalam acara Pengajian Ramadan 1445 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang bertema “Memahami Perilaku Sosial dan Keagamaan Kalangan Millenial dan Gen-Z” di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada Sabtu (16/3/24).
“Anak muda millenial itu adalah mereka yang masih mencari bentuk, mencari jati diri, mencari identitas, mencari penerimaan di masyarakat, mencari tujuan hidup, dan ketika bombardir informasi itu lebih banyak terkait dengan radikalisme, kekerasan dan lain sebagainya, bahayanya adalah kalau mereka kemudian akan terbawa ke sana,” kata Najib.
Najib Burhani menyebutkan, beberapa kasus terorisme yang terjadi di berbagai daerah itu bukan lagi oleh orang-orang tua, tapi mereka anak-anak muda atau anak-anak kecil yang menjadi rentan melakukan aksi karena dunia internet.
“Generasi milenial itu intensitas main internetnya tinggi. Namun literasi digital mereka kadang-kadang belum bagus, ditambah lagi internet banyak menarik mereka ke ruang-ruang private (susah untuk dikontrol dan diawasi). Di sinilah internet menjadi media strategis dan efektif kelompok ekstremis untuk melancarkan propaganda narasi dan ideologi bahkan merekrut anggota dari kaum millenial,” tegas Najib.
Ia mengatakan, di sinilah ruginya kalau kita tidak masuk ke media sosial. Ruang-ruang digital semua diisi oleh kelompok-kelompok ekstrem yang sangat aktif dengan dunia-dunia internet. Bahayanya, ini akan menjadi ladang bagi kelompok-kelompok yang garis keras dan lain-lain.
“Beberapa contoh kasus dari orang-orang muda dan kemudian karena dunia internet, dunia informasi, dan dunia digital yang masuk kepada radikalisme seperti heroisme dan jihad. Contoh di beberapa negara lain, anak muda yang berumur 20 tahun sangat aktif di dunia internet mengajak keluarganya pergi melakukan jihad ke beberapa tempat berperang dan mati semuanya,” papar Najib.
Selain itu, tambah Cendekiawan Muda Muhammadiyah itu, kondisi psikologis kaum muda millenial masih berada pada fase peralihan dan dan memiliki banyak kerentanan.
“Generasi milenial itu sudah bukan anak-anak, tapi belum dewasa. Kalau istilah bahasa Inggrisnya adolescence. Dimana fase ini ditandai oleh adrenalin yang gampang naik dan pola pikir yang sempit. Sebab dari sering mengedepankan rasa jaim (jaga image), kelompok ini jadi mudah diprovokasi,” jelas Najib.
Menurut Najib Burhani, pun secara fisik generasi muda masih kuat dan suka akan petualangan. Kondisi ini diketahui dan dipahami oleh kelompok ekstrem, sehingga kalau direkrut bisa menjadi laskar mereka. Sehingga mereka terus mengincar generasi milenial, bukan generasi tua.
Di sisi keagamaan, Najib Burhani juga menerangkan bahwa kaum muda mulai mencari makna hidup. Sedangkan di sisi sosiologis, kaum muda millenial itu pada dasarnya butuh teman, butuh perhatian, dan kadang-kadang menyukai sesuatu yang heroik.
“Dalam kondisi yang seperti itu, kalau suatu saat mereka ketemu dengan kelompok ekstremis akan jadi sasaran yang empuk. Caranya tinggal kasih perhatian dan dibesarkan hatinya, maka melelehlah jiwa muda mereka. Ini akan menjadi titik awal untuk memanfaatkan generasi muda supaya mau menjadi laskar kelompok ekstremis,” jelas Najib.
Ditambah lagi dengan kedekatan generasi millenial dengan internet dan gadget juga menjadi kekhawatiran sendiri pada generasi ini. Sebab teknologi sudah menjadi bagian dari keseharian mereka.
Najib Burhani berharap dakwah Muhammadiyah dapat berperan aktif di media sosial untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, memberikan pencerahan, dan menyesuaikan dengan segmentasi dakwah.
“Saya kira nanti ada kelompok-kelompok yang perlu masuk ke sana, ya di antaranya adalah anak-anak muda yang ada di ortom-ortom Muhammadiyah. Mereka perlu untuk bersaing dengan generasi-generasi muda yang lainnya,” imbuhnya.
(Soleh)