Nasehat Rasulullah – Tak ada yang menyangka. Tahun tahun ini menjadi tahun yang berat bagi kita semua. Setiap hari bahkan Minggu-Minggu ini, berita kematian saudara kita, orang tua kita, atau sanak saudara kita terdengar gaungnya kemana-mana.
Setiap hari bahkan hanya berselang menit, pesan berantai sana sini, dari satu belahan daerah ke daerah yang lain, kematian datang silih berganti. Baik akibat terkena pandemi Covid 19, atau dampak lainnya. Yang pasti rumah sakit, tempat ikhtiar kita untuk menjalani pengobatan saat ini juga benar benar sedang menghadapi ujian krisis. Semua lini, dari segi ekonomi sampai pada kondisi sosial kemasyarakatan kita.
Tentu kematian datang tidak akan pernah kita sangka-sangka. Keadaan yang dulunya membuat kita sering lalai, kini semua pesan-pesan berantai itu mengingatkan kepada kita bahwa kematian sangat dekat kita.
Lalu, apa yang bisa kita lakukan sebagai seorang muslim dalam menghadapi krisis?
Tiga Nasehat Rasulullah Ketika Menghadapi Krisis
Ada tiga nasehat Rasulullah Saw kepada para sahabat agar kita tetap tegar dan tabah dalam menghadapi krisis maupun ujian yang ada dihadapan kita.
Disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad, Sunan Ibnu Majah dan yang lainnya, dari hadis Abu Ayub al Anshori- radhiyallahu’anhu– bahwa ada seorang laki-laki menemui Nabi shallallahu alaihi wa sallam lalu berkata, “Beri aku nasehat singkat”. Nabi SAW bersabda:
إِذَا قُمْتَ فِي صَلَاتِكَ فَصَلِّ صَلَاةَ مُوَدِّعٍ وَلَا تَكَلَّمْ بِكَلَامٍ تَعْتَذِرُ مِنْهُ غَدًا وَاجْمَعْ الْإِيَاسَ مِمَّا فِي يَدَيْ النَّاسِ
“Jika kamu hendak melaksanakan shalat, shalatlah seperti shalat terakhir, jangan mengatakan sesuatu yang membuatmu minta maaf di kemudian hari dan kumpulkan keputus-asaan terhadap apa yang ada pada manusia”.
Pertama, Nasehat Rasulullah Saw kepada kita semua adalah shalat lah kamu seakan akan ini adalah shalat terakhirmu.
Pesan Rasulullah Saw ini adalah pesan penting kepada kita semua dalam menghadapi krisis ini.
Minggu lalu kita masih menyaksikan saudara-saudara kita berkumpul, bersenda gurau, dan bersuka cita satu sama lain. Bisa jadi, esok lusa bahkan mungkin detik ini juga, kita menyaksikan kematiannya.
Pesan Rasulullah ini menyiratkan bahwa setiap muslim harus benar-benar meletakkan pengharapannya kepada Allah melalui shalat. Sebagai bukti keteguhan, keinginan, ketabahan, dan profesionalitas sebagai seorang hamba.
Teguh dan patuh, sebab dengan berpikir bahwa ini adalah shalat terakhir kita, maka kita akan melaksanakannya dengan serius, benar-benar meminta ampun dan berharap kepada Allah.
Pun juga halnya, dengan tenaga medis atau siapa pun yang terlibat dalam misi kemanusiaan di tengah pandemi Covid-19. Lakukanlah pekerjaan itu, lakukanlah misi kemanusiaan itu sebagaimana itu adalah pekerjaan/misi terkahir kita. Maka tentu itu akan menjadi nilai dan pahala tersendiri di hadapan Allah SWT. Sebab satu-satunya pengharapan yang bisa kita gantungkan hanyalah kepada Allah SWT.
Menjaga Lisan dari Menyakiti Sesama
Kedua, nasehat penting Rasulullah Saw kepada kita umat muslim yang menghadapi krisis. Adalah jaga lisanmu dari menyakiti hati saudaramu. Atau jaga lisanmu dari perkataan-perkataan yang membuatmu harus meminta maaf setelah mengatakannya.
Di tengah krisis seperti ini, tentu yang harus kita lakukan adalah menjaga persatuan dan sinergitas dalam menghadapi badai ujian. Bukan malah menjadi benalu atau penyakit di tengah-tengah masyarakat.
Di era media sosial yang sedemikian rupa ini, arus informasi begitu sangat liar. Kepakaran hilang. Orang tak lagi percaya satu sama lain. Semuanya saling tumpang tindih untuk dapat menjadi ‘nomor satu’ menyajikan informasi yang menurutnya benar. Tidak lagi bertanya kepada ulama atau ahli ilmu yang benar-benar mengerti betul tentang sebuah hal.
Yang pada akhirnya pesan pesan itu justru malah menimbulkan perpecahan di tengah masyarakat. Bukan malah menjadi jalan untuk penyelesaian nya.
Pesan Rasulullah Saw sangat jelas bahwa jangan sampai perkataan kita atau sebaran informasi dari tangan-tangan kita membuat kita menyesal di kemudian hari. Dan malah menenggelamkan kita dalam dosa ‘jariyah’ yang dipercaya bahkan diteruskan oleh orang lain.
Pesan Nabi kepada Mu’adz
Nabi Saw pernah berpesan kepada Mu’adz Ra:
“Maukah aku kabarkan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?”
“Mau ya Nabi Allah.” Jawab Mu’adz.
Kemudian Rasulullah memegang lisan beliau seraya bersabda, “Jagalah ini.”
Aku bertanya, “Ya Rasulullah, apakah kita akan disiksa juga karena ucapan kita?”
Nabi menjawab:
ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ! وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ ـ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ ـ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِم
“Ah kamu ini, bukankah yang menyebabkan seseorang terjungkal wajahnya di neraka –atau sabda beliau: di atas hidungnya- itu tidak lain karena buah dari ucapan lisan-lisan mereka?!” (HR. Tirmidzi no. 2616. Tirmidzi mengatakan hadis ini hasan shahih).
Pesan Nabi Muhammad Saw adalah ajakan kepada kita untuk memuhasabah ucapan yang hendak disampaikan, yakni memikirkannya terlebih dahulu. Jika ucapan itu baik, maka silahkan sampaikan. Jika tidak, maka tahanlah.
Atau jika ragu baik atau buruknya ucapan, tahanlah lisan dalam rangka menghindari perkara syubhat, sampai perkara tersebut tampak jelas kebaikannya.
Oleh karenanya Nabi Saw bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِالله واليَوْمِ الآخِر, فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaknya berkata yang baik atau diam” (HR. Bukhari dan Muslim).
Selalu Ikhtiar kepada Allah Swt
Ketiga, pesan Rasulullah Saw kepada kita semua ketika menghadapi krisis adalah menggantungkan semua ikhtiar dan hidup kita kepada Allah.
Beliau bersabda,
وَأَجْمِعِ اليَأسَ مِمَّا فِي يَدَيِ النَّاس
“Kumpulkan keputusasaan terhadap apa yang ada pada manusia”.
Maksud dari perkataan Rasulullah Saw itu adalah jangan pernah gantungkan pengharapan kepada manusia. Siapapun itu. Sepintar dan sepandai apapun dia. Yakinlah, hanya Allah-lah satu satunya tempat bergantung dan meminta pertolongan. Tak ada yang bisa mengubah ketetapan yang sudah ditetapkan oleh Allah.
Allah juga berfirman,
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya” (QS. At Tholaq: 3).
Berdoalah dengan khusyuk dan sebaik mungkin. Itulah satu satunya jalan komunikasi dan pengharapan kita kepada Allah SWT.
Percayalah, apa yang sudah terjadi adalah baik bagi kita. Dan apapun yang belum terjadi, Allah tahu juga yang terbaik bagi kita di masa depan.
Jika kita dapat melewati masa kritis ini dengan baik. Kita ikhtiar dengan tekun. Ber-husnudzon kepada ketentuan Allah. InsyaAllah kebaikan juga akan mengiringi kita. Tidak ada hanya di dunia, tapi juga di akhirat.
Editor: Yahya FR