Perspektif

Nilai-Nilai Kesehatan Mental dalam Ibadah Kurban

3 Mins read

Bulan Dzulhijjah atau dikenal dengan sebutan bulan haji, merupakan salah satu bulan yang diistimewakan dalam Islam setelah bulan Rajab, Muharram dan Ramadhan. Di dalam bulan Dzulhijjah terdapat banyak peristiwa yang penting diantaranya adalah perayaan hari raya Idul Adha dan ibadah kurban. Idul Adha adalah hari raya besar dalam agama Islam yang dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 10 Dzulhijjah. Dibalik perayaan ini ada makna yang sangat penting bagi umat muslim karena merujuk pada peristiwa penting dalam sejarah kehidupan Nabi Ibrahim AS.

Banyak sekali hikmah dan pelajaran yang berharga dalam hari raya kurban yang dapat membantu kita dalam menjaga dan mengasah kesehatan mental. Terlebih di era sekarang ini banyak di antara kita yang memiliki kecemasan yang mendalam. Karena generasi sekarang dihadapkan dengan dunia teknologi, media sosial yang memiliki dua mata pisau, sepintas memberikan banyak manfaat juga di satu sisi bisa membuat stres yang menggejala.

Generasi sekarang juga kerap merasakan tertekan karena tuntutan sosial dan ekspektasi yang tinggi dari keluarga dan masyarakat. Perubahan sosial ini sudah mengakar kuat dalam diri masyarakat sehingga menyebabkan kebingungan yang tidak stabil. Hal ini dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, ditambah lagi dituntut gaya hidup yang harus tinggi. Oleh karena itu, sangat perlu untuk mengontrol diri agar mendukung kesehatan mental.

Apa Itu Kesehatan Mental?

Kesehatan mental adalah sebuah kondisi yang optimal dari kesejahteraan psikologis, emosional, dan sosial seseorang. Hal ini mencakup kemampuan seseorang untuk mengatasi tekanan dan tantangan kehidupan juga bagaimana seorang berinteraksi dengan orang lain dengan baik serta mempertahankan hubungan yang sehat dan memiliki perasaan bahagia, damai, dan stabil.

Baca Juga  Teks Khutbah Iduladha 1444H: 3 Nilai Idul Kurban untuk Keluarga Sakinah

Dalam dunia psikologi, kesehatan mental bisa melibatkan keseimbangan yang baik antara pikiran, perasaan dan perilaku. Atau dalam arti lain adalah kemampuan seseorang dalam mengatasi stress yang dialami, mengelola emosi dengan baik, membangun hubungan yang bermakna, dan mencapai potensi pribadi yang optimal.

Kesehatan mental berdampak pada berbagai aspek kehidupan seseorang, termasuk pada kinerja seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. selain itu dapat berdampak pada kualitas hidup, dan kebahagiaan secara keseluruhan. Jika kesehatan mental terganggu, seseorang mungkin mengalami gangguan psikologis seperti kecemasan, depresi, dan stres berlebihan.

Penting untuk menjaga dan memperhatikan kesehatan mental dengan cara yang sama seperti menjaga kesehatan fisik. Ini melibatkan mengadopsi pola pikir yang positif, menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan waktu istirahat, berolahraga secara teratur, memiliki pola tidur yang cukup, menjaga hubungan sosial yang sehat, dan mencari dukungan ketika diperlukan.

Dalam konteks Islam, kesehatan mental juga ditekankan sebagai bagian dari kesejahteraan umat Muslim. Prinsip-prinsip agama, seperti tawakal (menyerahkan segala urusan kepada Allah), sabar, ikhlas, dan berbuat baik, juga dapat menjadi landasan dalam menjaga kesehatan mental secara holistik.

Kesehatan Mental dalam Ibadah Kurban

Dalam perayaan hari raya kurban banyak nilai-nilai penting yang dapat mendukung untuk menjaga Kesehatan mental kita, di antaranya adalah pertama, kesadaran akan keterbatasan dan rasa syukur. Dalam hari raya kurban kita dapat meningkatkan rasa syukur atas nikmat yang Allah Swt berikan kepada kita.

Kesetiaan seorang hamba kepada Tuhannya adalah modal awal untuk mengembangkan potensi dirinya dalam kesempurnaan beribadah. Dengan demikian, kualitas kesetiaan kita kepada Allah Swt harus siap dengan segala resiko yang akan terjadi terhadap kita. Nabi Ibrahim AS yang memiliki julukan al-hanif atau orang yang setia, lurus kepada Allah Swt rela mengorbankan putra kesayangannya karena untuk memenuhi perintah dari yang maha memberikan cinta.

Baca Juga  Hikmah Kurban: Siapa Ismail Kita Hari Ini?

Dari sini, kita mengetahui bahwa berkorban adalah ungkapan syukur kepada Allah Swt yang sudah memberikan segala nikmatnya kepada para hambanya. Selain itu, kurban juga diartikan sebagai ketakwaan karena sudah memenuhi perintah Allah Swt.

Kedua, menumbuhkan empati dan kepedulian sosial. Ibadah kurban yang setiap tahun dilaksanakan oleh umat Muslim juga mengajarkan kita tentang empati dan kepedulian sosial. Di saat melaksanakan ibadah kurban, kita tidak hanya berbagi daging kepada yang membutuhkan, tetapi juga memberikan perhatian dan kasih sayang kepada mereka.

***

Hubungan sosial yang baik akan berdampak baik pula pada aktivitas dan langkahnya. Memberikan empati kepada orang lain berarti kita dapat memahami dan merasakan apa yang dialami oleh orang lain. Dengan menumbuhkan empati kita dapat memperkuat ikatan sosial dengan sesama, merasakan kebahagiaan, hal ini akan memberikan kepuasan dan kebahagiaan yang mendalam dalam diri kita.

Ketiga menghargai nilai kemanusiaan. Dalam momen hari raya kurban kita diingatkan tentang pentingnya nilai kemanusiaan. Seperti membagikan daging kurban kepada saudara lain yang tidak seiman, hal tersebut dapat memperkuat kesehatan mental kita dengan membantu kita untuk mengembangkan rasa empati, toleransi dan kepedulian terhadap sesama. Dengan melihat nilai kemanusiaan dalam perayaan Idul Adha kita dapat menjaga kesehatan mental kita dengan menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain.

Keempat, membangun solidaritas dan kebersamaan. Hari raya Idul Adha adalah momentum yang sangat tepat untuk memperkuat ikatan sosial dan solidaritas di antara umat Muslim. Membagi daging kurban masuk dalam salah satu media dalam penguatan ikatan kita. Berawal dari hal tersebut, kita bisa membangun kebersamaan dengan saling berbagi sehingga kita sama-sama bisa merasakan saling percaya, bahagia dan saling mendukung secara emosional untuk meningkatkan kesehatan mental kita. Dengan demikian, di era yang penuh dengan tantangan dapat dihadapi bersama dengan lebih baik dan merayakan keberkahan Idul Adha dengan sukacita yang mendalam.

Baca Juga  Umat Islam Tak Boleh Bersikap Inferior terhadap Sains Modern

Editor: Soleh

Dr. KH. Rofiq Mahfudz, M,Si
3 posts

About author
Wakil Sekretaris PWNU Jawa Tengah Dosen Ilmu Politik di Fisip UIN Walisongo Semarang Pengasuh Pondok Pesantren Ar-Rois Cendikia Kota Semarang
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds