Feature

NINO (2): Berkembang Bersama Nur’aini

5 Mins read

Tentu perjalanan membesarkan Nur’aini tidak selalu mulus. Nino dan kawan-kawannya mendapatkan banyak tantangan. Banyak Pengawas TK yang adalah mantan guru TK senior tidak mudah menerima inovasi atau perkembangan baru. Bagi mereka seakan semuanya harus sesuai dengan ilmu pendidikan yang mereka pelajari pada masa dulu. Pada setiap pembinaan minat mereka lebih pada tertib administrasi.

Ketika Nur’aini yang dipimpin Nino menggunakan model pembelajaran Sentra itu dianggap melanggar peraturan. Ini dipermasalahkan sampai ke tingkat Dinas Pendidikan Kota. Puncak dari ketegangan ini Nino dipanggil Kepala Bidang dan dihadapkan dengan pangawas sekolah yang membawahi Nur’aini langsung. Bagi mereka selagi masih menggunakan guru PNS tidak dibenarkan menggunakan model pembelajaran baru di Nur’aini.

Nino menjawab tegas dengan membuatkan surat lolos butuh, mengembalikan tiga guru PNS di Nur’aini ke Dinas Pendidikan Kota. Tetapi uniknya meski terkesan melawan pada Pengawas Nino sangat dekat dan langkah-langkah Nur’aini didukung Dinas Pendidikan Provinsi bahkan oleh Direktorat PAUD di Pusat. Ini karena Nino merupakan asesor BAN PNF dan trainer Model Sentra Pusat yang sering dilibatkan dalam berbagai aktivitas dua lembaga itu.

Tantangan lainnya muncul dari sisi internal Aisyiyah sendiri. Khususnya dari personal tertentu pengurus Mejelis Dikdasmen. Penggunaan kata Nur’aini di belakang nama PAUD Aisyiah dipersoalkan. Soal ini sampai dilaporkan ke PP Aisyiah. Ini berlanjut dengan kunjungan klarifikasi Majelis Dikdasmen Pusat ke Nur’aini.

Setelah melihat dan mendengarkan penjelasan langsung dari Nino masalah ini akhirnya selesai. Bahkan sejak itu Nino menjadi dekat dengan Bu Asni sebagai ketua Majelis Dikdasmen PPA. Beliau memberikan apresiasi dan mebesarkan hati Nino dengan mengatakan Nino kader yang potensial.

Hal lain yang sempat disinggung adalah pembukaan program penitipan. Bagi person tertentu program ini dianggap belum lazim. Dalam suatu forum beliau sampai berucap dengan nada sarkastis, “guru itu singkatan dari digugu lan ditiru (dipatuhi dan diikuti), bukan nunggu cah turu (menunggui anak yang sedang tidur).” Ucapan ini ditujukan pada aktivitas para guru Nuraini mendampingi anak-anak menjalani sesi tidur siang pada program TPA. Ada-ada saja.

Pada akhir 2002 Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dibentuk di Kemendiknas RI. Maka PAUD mulai dikenal masyarakat luas. Pemerintah menggiatkan berbagai pelatihan PAUD melalui dinas terkait. Beberapa di antaranya diselenggarakan di Jogja.

Baca Juga  Budaya dan Mental Ilmiah di Indonesia

Sebagai pengelola Nur’aini Nino pun mulai dilibatkan. Awalnya sebagai peserta. Pada 2003 Nino mengikuti pelatihan pengelola PAUD tingkat Propinsi DIY. Dalam pelatihan itu ternyata ada seleksi peserta untuk diikutkan dalam TOT. Tahun 2004 Nino terpilih mengikuti TOT PAUD di Jogja dan di Bali.

Selanjutnya Nino menjadi peserta TOT model pembelajaran BCCT (Beyond Centre and Circle Time). Belakangan dalam berbagai program baru di Direktorat PAUD Nino sering terpilih menjadi peserta TOT. Perjalanan ke Australia seperti diceritakan pada awal tulisan ini adalah bagian dari program penguatan kapasitas yang dilakukan Direktorat PAUD. Para trainer terbaik dikirim untuk belajar lebih lanjut tentang model-model pembelajaran anak usia dini di negeri Kangguru.

Nino kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari model BCCT yang lebih dikenal dengan model Sentra itu. Sebelumnya Sentra pembelajaran di TK/PAUD bersifat klasikal dan berpusat pada guru. Anak-anak mendapatkan perlakuan sama. Meronce satu meronce semua. Hasil roncean juga harus seragam. Anak-anak harus menuggu contoh dari guru.

Sedangkan dalam model Sentra, anak menjadi pusat pembelajaran. Anak diberi kesempatan memilih kegiatan sesuai minat dan berkreasi sesuai imajinasi masing-masing. Guru lebih sebagai fasilitator dan motivator. Model Sentra diadopsi dari Florida dan lisensinya dibeli oleh Direktorat PAUD. Dalam rangka ini Direktorat PAUD menyiapkan para trainer guna mengimbaskan Model Sentra ini kepada guru PAUD di tanah air. Nino mengikuti seluruh tingkatan pelatihan Sentra, mulai dari TOT Dasar, lanjut, sampai magang melihat praktek model di sebuah TK di Jakarta. Nino kemudian menjadi trainer Model Sentra tingkat nasional.

Sembari terus belajar, Nino mengimplementasikan Model Sentra ini di Nuraini. Hasilnya langsung terlihat dalam bentuk yang nyata pada anak sebagai peserta didik. Internalisasi nilai karakter, misalnya, berjalan sangat baik. Anak-anak menjadi sangat sadar aturan main. Anak-anak juga lebih mandiri, percaya diri, kreatif, kritis, dan bertanggung jawab. Mereka memulai dan mengakhiri bermain sesuai kesepakatan bersama.

Selama bermain anak boleh berkreasi sesuai dengan imajinasi tanpa rasa takut bersalah atau disalahkan guru. Ketika bermain di Sentra Balok, misalnya, setiap anak memainkan sekitar 100 keping balok dari 2400 keping yang tersedia. Dalam satu kelas rata-rata ada lima belas anak. Lima menit sebelum waktu bermain habis guru cukup hanya mengingatkan. Semua anak berhasil mengembalikan balok-balok itu ke tempat semula dalam waktu sekitar sepuluh menit saja.

Baca Juga  Di Balik Laju Muhammadiyah Malaysia

Dalam hal ini pada tahun 2007 Nur’aini terpilih menjadi Pusat Unggulan PAUD Provinsi DIY dan ditetapkan Dirjen PAUD menjadi pusat rujukan bagi guru PAUD secara nasional. Seiring dengan itu kepercayaan masyarakat luas pun meningkat. Sehingga pada suatu waktu orang tua harus inden beberapa bulan sebelumnya bisa mendaftarkan anak menjadi peserta didik di Nur’aini.

Seiring dengan perkembangan pesat Nur’aini Nino menjalani hari-hari yang padat. Meski besar bersama Ranting kesibukan Nino tidak lagi hanya di tingkat Ranting. Di samping terus menekuni Nur’aini Nino menjadi trainer di Direktorat PAUD, asesor BAN PAUD dan PNF, dan penguji pada uji kompetensi pendidik PAUD di bawah Lembaga Sertifikasi Kompetensi PAUD.

Beberapa lembaga PAUD di DIY juga meminta Nino menjadi konsultan mereka. Undangan melatih guru PAUD di berbagai propinsi datang slilih berganti. Maka Nino terbang ke berbagai penjuru di tanah air. Nino diundang beberapa kali ke Aceh, keliling Sumut, Kaltara, Manado, Kendari, sampai Abepura Papua. Kecuali Kerinci dan Jambi, kampung halamanku sendiri.

Kesibukan Nino kadang melebihi kesibukanku yang saat itu sedang menjadi Dekan FAI UMY dan pengurus di Majelis/Lembaga di PP Muhammadiyah. Masya Allaah. Maka pada suatu waktu karena kesibukan masing-masing kami harus janjian untuk bisa bertemu di Bandara Halim atau bersua beberapa jam di kantor Lazismu Menteng Raya Jakarta, sebelum melanjutkan aktivitas masing-masing.

Dalam hal ini kami bersyukur karena dua anak kami sudah berada pada fase bisa ditinggalkan. Mereka sudah nyaman ditinggal berhari-hari karena sudah menemukan akrivitas positif masing-masing di sekolah. Tentu kesibukan ini tidak boleh mengurangi intensitas komunikasi antar kami.

Aktivitas Nino sebagai aktivis PAUD ternyata dilirik oleh Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Sebagai salah satu perguruan tinggi besar di Jogja saat itu, UAD sedang menginisiasi program studi PAUD. Pada suatu waktu pengurus prodi ini mengantar mahasiswa menjalani PPL di Nur’aini. Ketika melihat langsung proses pembelajaran Kaprodinya terkagum-kagum.

Menurut beliau sejauh ini belum pernah menyaksikan praktek pembelajaran yang sangat serasi dengan teori-teori perkembagan anak yang beliau pelajari. Lebih lanjut sang Kaprodi mengajak Nino bergabung dengan Prodi PAUD UAD. Nino diminta mengampu tiga mata kuliah. Aku mendukung penuh aktivitas baru Nino ini.

Baca Juga  Milad ke-104 Aisyiyah, Noorjannah Ajak Masyarakat Menebar Kebaikan

Menjadi dosen di PTM tentu sebuah pengabdian dan kebanggaan tersendiri bagi kami. Ini dijalani Nino selama dua tahun. Untuk mengikat lebih lanjut Nino diangkat menjadi Ketua Lab PAUD UAD. Artinya Nino diangkat menjadi pegawai tetap UAD. Pada titik ini Nino harus memilih: menjadi dosen tetap atau menjadi trainer PAUD. Dengan berat hati Nino memilih menjadi trainer PAUD. Tetapi Nino tetap membantu UAD sebagai dosen tidak tetap. Tawaran menjadi dosen tetap juga datang dari sebuah PTS lainnya yang meiliki konsentrasi PAUD.

Lalu datang lah masa pandemi. Covid-19 melanda dengan dahsatnya. Hampir semua bidang kehidupan di berbagai penjuru merasakan dampaknya. Termasuk Nino dan Nur’aini. Nino harus membatalkan banyak jadwal dan undangan mengisi pelatihan di berbagai penjuru. Kami sekeluarga sebagai anggota persyarikatan menerapkan protocol covid yang ditetapkan Muhammadiyah Covid-19 Commnad Center (MCCC).

Sejak itu waktu lebih banyak kami habiskan di belakang meja di rumah bagian belakang. Kami lebih banyak bersitekun menjalani Work From Home (WFH). Di sela-sela WFH Nino memiliki aktivitas baru menjadi penanam dan perawat bunga-bunga. Sedangkan aku menjadi tukang kayu amatir. Aku kini ahli menggunakan jigsaw, bor listrik, dan mesin gerinda. Tetapi Nino tentu tetap harus memikirkan keberlangsungan Nur’aini. Nino juga harus memikirkan PAUD Aisyiyah lainnya di DIY karena pada periode 2015-2020 Nino memiliki tanggung jawab baru sebagai wakil ketua yang membidangi PAUD pada Majelis Dikdasmen PWA DIY.

Hari menjelang sore pada akhir Juni 2020. Sebuah truk masuk ke halaman belakang rumah kami. Ratusan koli buku diturunkan satu persatu. Buku-buku itu terdiri dari 18 judul buku cerita dan satu paket buku berisi lima buku panduan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Buku-buku itu ditulis Nino bersama tujuh guru dari Nur’aini dan beberapa guru PAUD lainnya.

Buku-buku ini sudah ditunggu banyak guru PAUD terutama di berbagai lembaga yang selama ini sering menghadirkan Nino sebagai narasumber pelatihan. Air mata Nino berlinang seperti tidak percaya menyaksikan buku-buku karyanya bersama temannya di tingkat Ranting di masa pandemi hadir di depan matanya langsung. Tiga bulan efektif Covid-19 memagari langkah-langkah, Nino tetap bisa produktif. Alhamdulillaah.

Tamantrito Jogja, 04 Februari 2021

Editor: Yusuf

Avatar
31 posts

About author
Ketua LazisMu PP Muhammadiyah
Articles
Related posts
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…
Feature

Jembatan Perdamaian Muslim-Yahudi di Era Krisis Timur Tengah

7 Mins read
Dalam pandangan Islam sesungguhnya terdapat jembatan perdamaian, yakni melalui dialog antar pemeluk agama bukan hal baru dan asing. Dialog antar pemeluk agama…
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds