Perang Dunia II (PD II) telah meninggalkan banyak kisah kelam dan tragis. Segala bentuk kejahatan termasuk perang tidak ada yang bisa dibenarkan dalam dunia ini.
Perang dunia telah menyisakan banyak kekejaman dan kebrutalan akibat nafsu segelintir pemimpin akan kekuasaan, khususnya yang dilakukan oleh Adolf Hitler dengan partai Nazinya. Tetapi di balik itu, semua masih ada orang-orang yang berjuang dan peduli terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Ada banyak kisah tentang orang-orang yang hatinya tergugah melihat pembantaian atau anti-semitisme yang dilakukan oleh Hitler terhadap kaum yang berbeda ras dan keyakinan dengannya.
Orang-orang itu tak jarang berusaha untuk menolong dan membantu untuk bisa keluar dari kekejaman tersebut. Bahkan ada orang-orang lintas agama dan negara yang rela mengorbankan dirinya serta berjuang demi bisa melawan rezim Hitler saat perang dunia II. Karena tekadnya, mereka dianggap pahlawan oleh bangsanya sendiri atau oleh dunia internasional. Salah satu pejuang dan pahlawan itu bernama Noor Inayat Khan, seorang perempuan bangsawan India.
Tentang Noor Inayat Khan
Noor Inayat Khan, lahir pada 1 Januari 1914 di Moskow, dari ayah Muslim India dan ibu Amerika. Ayahnya seorang yang sudah sangat terkenal sebagai musisi sekaligus seorang sufi, Hazrat Inayat Khan.
Salah satu bukunya yang diterbitkan oleh pustaka sufi adalah “Ajaran Spiritual Sufi Besar Hazrat Inayat Khan: Dimensi Mistik Musik dan Bunyi”. Sedangkan ibu Noor seorang penyair bernama Ora Ray Baker.
Noor Inayat Khan anak pertama dari empat bersaudara. Sejak kecil Noor sudah dihadapkan oleh konflik internasional. Sesaat sebelum Perang Dunia I (PD I) berkecamuk, keluarga Noor pindah dari Moskow ke London, menetap di daerah Bloomsbury.
Dua tahun kemudian keluarga Noor pindah ke Perancis. Di Paris Perancis, Noor belajar psikologi anak di Sorbonne University. Ia melanjutkan kariernya sebagai penulis anak-anak, berkontribusi pada majalah anak-anak, dan menulis ceritanya dalam bahasa Inggris dan Perancis.
Pada tahun 1939, tepat sebelum Perang Dunia II (PD II) pecah, Noor menerbitkan sebuah buku anak-anak berjudul “Twenty Jataka Tales” di London. Namun, kariernya sebagai penulis terganggu akibat perang. Noor dan keluarganya kemudian kembali ke Inggris pada Juni 1940 dan tinggal di rumah Basil Mitchell, seorang filsuf sekaligus murid dari Hazrat Inayat Khan.
Seperti diketahui bersama, ajaran tasawuf, khususnya dalam Islam tegas sekali menekankan pentingnya arti cinta, kasih sayang, perdamaian, dan kemanusiaan. Apalagi Noor lahir dari seorang sufi besar yang ajaran-ajarannya banyak menginspirasi Barat. Sudah pasti memiliki gejolak dalam dirinya melihat kenyataan perang yang merugikan banyak nilai kemanusiaan dan cinta.
Karir Noor Inayat Khan Sebagai Agen Mata-Mata
Tetapi terlepas dari itu semua, Noor dan saudara laki-lakinya berniat untuk berkontribusi pada upaya perang, maka pada bulan November 1940 Noor Inayat Khan bergabung dengan Women’s Auxiliary Air Force (WAAF) sebagai pembantu wanita dan dilatih sebagai operator wireless (istilah agen mata-mata pengirim pesan kode morse) di Inggris.
Noor merupakan wanita pertama yang menempati posisi sebagai operator wireless. Sebab semua wanita sebelumnya hanya bekerja sebagai kurir. Awalnya Noor diragukan sebagai agen mata-mata Inggris di Perancis. Bahkan identitasnya sebagai anak yang dibesarkan di bawah pengaruh sufisme, apakah Noor memiliki kepekaan? Sebagaimana dikatakan oleh perwira tinggi Inggris, Kolonel Frank Spooner (Times, 2018).
Meski pun begitu, dengan memiliki kemampuan bahasa Perancis yang fasih dan keterampilannya dalam menggunakan radio operator yang baik, pada bulan Juni 1943, Noor dikirim ke Perancis. Di sana ia mengambil nama samaran Jeanne Marie Renier dan menyamar sebagai perawat anak-anak.
Tugas Noor di Perancis sebagai agen mata-mata tidak bisa dibilang sembarangan. Selain mendukung perlawanan terhadap Nazi Jerman dari belakang garis musuh melalui spionase dan sabotase. Noor juga bertugas sebagai penghubung atau transmisi agen di wilayah Paris dan London (Times, 2018).
Kisah Noor tentang kegiatannya sebagai agen mata-mata ini sedikit banyak telah difilmkan dengan judul “A Call to Spy” tahun 2019 dan serial TV berjudul “Spy Princess”.
Noor sebagai agen mata-mata saat itu merupakan orang yang paling dicari oleh Gestapo polisi rahasia bentukan Nazi. Namun pada akhirnya, Noor ditangkap oleh Gestapo pada bulan November 1943 dan dikirim ke penjara Pforzheim di Jerman.
Pada September 1944, Noor dipindahkan ke kamp konsentrasi Dachau di mana pada 13 September 1944 Noor Inayat Khan gugur karena ditembak mati. Sebelum ditembak Noor mengucapkan kata terakhirnya, yaitu “liberte”, atau “kebebasan”.
Penganugerahan Gelar Jasa kepada Noor Inayat Khan
Atas jasa keberaniannya serta dedikasinya dan semua yang diselamatkan dari kebangkitan Nazi Jerman ini pada tahun 1949, Noor Inayat Khan dianugerahi tanda jasa Croix de Guerre dan George Cross.
Bahkan di tempat Noor di tahan, yakni di kamp konsentrasi Dachau terdapat sebuah pelakat untuk menghormati Noor Inayat Khan: (Guardian, 2021).
Simbol Keberanian
Noor merupakan simbol keberanian seorang wanita. Meski terlihat agak aneh ketika anak seorang sufi yang anti kekerasan bahkan perang terjun di medan perang. Tetapi Noor mampu menyelaraskan nilai-nilai kemanusiaan atas pilihan hidupnya sendiri sebagai seorang wanita yang berani menentang setiap prasangka dan stereotip bahwa wanita tidak mampu melakukannya.
Bahkan melalui serial TV berjudul “Spy Princess”, ingin memperlihatkan wanita luar biasa yang melakukan pekerjaan paling berbahaya sekaligus membongkar pandangan tentang gagasan kepahlawanan wanita Asia yang seringkali digambarkan sebagai korban dan orang lemah, tanpa pernah menjadi pahlawan.
English Heritage, sebuah badan amal yang berbasis di Inggris, menyebut Noor Inayat Khan sebagai “pahlawan perang muslim Inggris pertama di Eropa”.
Bahkan kapten Inggris bernama Selwyn Jepson menceritakan kisah pertemuannya pertama kali dengan Noor Inayat Khan dan menggambarkannya sebagai, “sosok kecil dan tenang, matanya gelap dan tenang, suara yang lembut dan semangat yang halus bersinar dalam dirinya”.
Sebagai seorang anak keturunan sufi, Noor Inayat Khan percaya pada anti-kekerasan dan kerukunan beragama. Namun ketika negara dan bangsanya membutuhkan dirinya, ia tanpa ragu memberikan hidupnya dalam perang melawan fasisme.
Daftar Referensi
Guardian. (2021, Januari 14). Life of Indian Princess Who Fought Nazis to be Told in Tv Series. Retrieved from The Guardian.
Spirit. (n.d.). Noor Inayat Khan. Retrieved from Write Spirit: Sharing Anciet Wisdom and Modern Inspiration.
Times, N. Y. (2018, November 28). Overlooked No More: Noor Inayat Khan, Indian Princess and British Spy. Retrieved from The New York Times.
Editor: Yahya FR